Kecemasan sulit dihindari, khususnya bagi warga di kota besar. Dalam sehari, berpuluh kali cemas datang melanda; beban pekerjaan, lalu lintas yang macet, keamanan rawan, menunggu anak belum pulang larut malam, akan bertemu pacar, bersiap untuk tampil dimuka umum, dan sebagainya, menyebabkan kecemasan dan kegugupan.
Tetapi pernahkah kita memperhatikan bahwa persentasi terjadinya peristiwa yang kita cemaskan adalah kecil saja. Dari sepuluh kali kecemasan yang dialami, mungkin tidak satu kali pun hal yang dikuatirkan itu menjadi kenyataan?
Gelisah, berkeringat dingin dengan denyut jantung dan tekanan darah meningkat.
Saat kecemasan menguasai, benak dalam kepala yang beratnya tidak lebih dari satu kilogram, namun mengkonsumsi 40% dari energy yang dikonsumsi seluruh tubuh.
Kecemasan sangat melelahkan!
Adakah hal baik diperoleh dengan merasa cemas? Sama sekali tidak.
Tetapi kerap tanpa disadari kita telah jauh larut dalam kecemasan, kegugupan, yang sama sekali tidak perlu dan tidak pernah akan menolong keadaan yang kita cemaskan, melainkan menambah keterpurukan.
Dalam kecemasan, siapakah dapat mem-fokus perhatian atas pekerjaan atau mencari jalan mengatasi keadaan?
Mungkin benar yang dikatakan para guru spiritual; bahwa kecemasan berakhir hanya setelah kita berpindah ke alam sana. Akan tetapi selagi masih di alam sini, ada baiknya kita memahami mengenai kecemasan dan cara mengatasinya, agar dapat mengurangi frekuensinya dan meringankan dampaknya demi kesehatan sendiri, mental dan phisik.
Tips mengatasi kecemasan.
Bagi yang tidak menyukai kucing, kehadiran seekor saja kucing di tempat ia bersantap akan membuatnya kehilangan selera makan. Namun, janganlah menghindar.
Membiasakan diri dengan membenturkan pada sumber kecemasan, adalah pilihan efektif untuk mengatasi; Membiasakan diri berdekatan dengan kucing, membiasakan menyentuhnya, sepanjang tidak merugikan bagi kesehatan, akan sangat mengurangi kecemasan akan kucing.
Atau bagi yang bekerja untuk boss yang galak, ketika tiba giliran menghadap, ia gugup tidak terkendali. Hal yang sama dialami pemula ketika tiba saat tampil ke depan rapat atau audience.
Datangilah boss galak menakutkan untuk berbincang diwaktu luang-santai, tentu akan mengurangi kegugupan berhadapan dengannya. Dengan sering muncul dan berbicara kehadapan audience, akan datang gilirannya kita dapat menguasai panggung.
Adakah tentara di medan pertempuran tidak merasa cemas akan keselamatannya?
Mungkin saja, ada orang yang tidak gentar menghadapi kematian, akan tetapi dengan menyibukkan diri adalah jalan yang baik untuk meredakan ketakutan.
Pasukan militer selalu mengisi waktu senggang dengan berolah-raga, merawat senjata atau bernyanyi dan sebagainya.
Setiap siswa normalnya, akan merasakan kecemasan menjelang masa-masa ujian.
Tetapi siswa yang telah menguasai pelajaran itulah siswa yang menguasai keadaan, sangat mungkin ia merasa tidak sabar menunggu hari ujian.
Seorang karyawan yang telah menyelesaikan pekerjaannya dengan prestasi baik, akan selalu menunggu kapan boss akan memanggilnya, walau betapapun galaknya ia.
Kecelakaan lalu lintas dapat terjadi tanpa terduga. Turbulensi udara dapat terjadi tiba-tiba, berakibat ketinggian pesawat anjlog, menimbulkan kepanikan penumpang. Akan tetapi baik untuk diingat bahwa persentasi kecelakaan lalu lintas udara jauh lebih kecil dari pada kecelakaan lalu lintas darat.
Dengan mengambil persentasi perbandingan diatas akan membesarkan hati, besar harapan kita tidak termasuk dalam persentasi yang kecil itu, dengan demikian redalah ketegangan melewati waktu perjalanan udara.
Apabila seseorang telah siap untuk kehilangan seekor kerbau, takkan ia cemas untuk mempertaruhkan seekor dari kambingnya.
Siap menerima keadaan terburuk akan mendatangkan ketenangan.
Umat ber-agama memahami hal ini dengan baik; sikap berpasrah diri di dalam banyak kasus terbukti menolong mengatasi kecemasan.
Kita sudah memahami kelima cara diatas untuk mengatasi kecemasan. Kita pun sudah menyadari kerugian akibat kecemasan. Jadi, mengapakah membiarkan diri mengalami kecemasan?
Janganlah kita kuatir dengan hari esok,
karena hari esok mempunyai kesusahannya sendiri.
Kesusahan sehari, cukuplah untuk sehari.