Kang Ow; Dunia Persilatan.

Ilmu silat dari daratan Tiongkok paling terkenal dan bersejarah berpuluh abad dunia persilatan yang benar eksis. Peninggalan banyak tempat perguruan dapat disaksikan masa kini. Wu Shu dan Kung Fu berakar dari kebutuhan bertahan hidup. Namun, keduanya berkembang dengan pengertian dan tujuan berbeda.

Membicarakan mengenai seni bela diri paling terkenal di dunia, adalah membicarakan mengenai Kung Fu atau Wu Shu; ilmu silat dari daratan Tiongkok, yang dikembangkan sejak masa spring and autumn, sebelum masa dynasty Qin (5 abad sebelum Masehi).

Kung Fu dan Wu Shu.

Kung Fu dan Wu Shu memang berakar dari kebutuhan bertahan hidup, untuk berburu dan menghadapi hewan buas atau penjahat. Kendati demikian keduanya itu kemudian berkembang dengan pengertian dan tujuan berbeda.
Kang Ow

Kung Fu adalah ketrampilan kinestetik (gerak tubuh) untuk kesehatan dan pertahanan atau pembelaan diri, yang diperoleh dengan latihan intensif gerak kegiatan sehari-hari, mulanya dikembangkan oleh biarawan dan biarawati, diikuti perguruan perorangan.

Gerak kegiatan tersebut antara lain, gerak mendayung, gerak menebar jala, menyapu, membelah kayu, memetik buah, merunduk memungut, menyandarkan tubuh di kursi, melompati parit, (orang tua) memutar jenggot dan sebagainya. Tak ketinggalan gerak menggeliat untuk kelancaran pernapasan dan peredaran darah. Lihat Stretching.

Karena itu, alat yang dapat digunakan sebagai senjata (atau perisai) sangat ber-ragam, yaitu benda-benda yang ditemui sehari-hari; kursi, tongkat, mangkuk, sumpit, handuk, payung, tudung kepala, dan sebagainya, disamping tentunya bermacam senjata tajam.

Gerak-gaya itu dirangkum, menghasilkan jurus silat. Dalam satu jurus silat terkandung beberapa puluh gaya, setiap gaya diberi bernama sesuai gaya gerak yang ditirukan.
Sebagai contoh, gerak “menebar jala” dengan jari-jari kedua tangan lurus mengancam, disusul “merunduk memungut” untuk mengelak serangan dan seterusnya.

Dalam perkembangannya, Kung Fu bukan saja meng-intensif gerak kegiatan manusia, melainkan juga menirukan gerak refleks beberapa jenis hewan. Pada mulanya, hewan yang ditirukan geraknya adalah bangau, kijang, beruang, harimau, dan monyet.
Gerak-gaya bagaikan orang mabuk pun kemudian dikembangkan ke dalam jurus silat.

Walaupun jurus-jurus Kung Fu demikian banyak, tetapi mengajarkan pengendalian diri secara intensif, sedapatnya selalu menghindari pertarungan, demi perdamaian, sesuai falsafah biara. Pertarungan yang tak terhindarkan bukan untuk dimenangi, melainkan untuk mengimbangi lawan.

Pendekar Kung Fu sejati menjaga agar lawan tidak terluka, agar lawan tidak dipermalu atas kekalahan yang menimbulkan rasa dendam dan permusuhan. Dengan demikian, pendekar Kung Fu sebenarnya kurang tepat disebut Kung Fu fighter.

Wu Shu berlainan dengan Kung Fu dalam banyak hal.
Gaya Kung Fu tidak terdapat dalam jurus Wu Shu, begitupun sebaliknya, walaupun ada beberapa jenis senjata yang sama digunakan keduanya.

Wu Shu adalah disiplin bertarung, semula dikembangkan lembaga negara (kekaisaran) untuk keperluan militer, kemudian diikuti perguruan perorangan (keluarga); pelatihan Wu Shu pada perguruan perorangan umumnya berbiaya tinggi, tidak seperti pelatihan di biara yang gratis.

Oleh karena itu, pendekar Wu Shu biasanya adalah pejabat negara, perwira, atau para kalangan berada. Penampilan perlente dengan menyandang pedang menandakannya pendekar Wu Shu, sedangkan pendekar Kung Fu kebanyakan adalah orang bersahaja.

Gaya dalam jurus Wu Shu dikreasi khusus, menyesuaikan dengan tubuh serta anggota tubuh manusia. Jurus-jurusnya diwarnai gerak akrobatik bagai sedang menari. Tampak indah menarik hati tetapi berbahaya, luwes tetapi sangat kuat, semuanya itu bertujuan menundukkan dan melumpuhkan lawan.

Dalam insert, terlihat pedang menusuk mengarah kepada bagian tengah tubuh lawan, namun kaki kiri dengan tapak diluruskan menjadikan terbentuk garis lurus dari ujung tangan kiri sampai ke ujung kaki kiri, merupakan persiapan tubuh untuk berguling ke arah kiri.

Oleh falsafah keduanya yang demikian, sangat jarang atau janggal, apabila mendapati dua pendekar Kung Fu bertarung. Yang lumrah terjadi adalah antara pendekar Wu Shu berhadapan dengan pendekar Kung Fu, atau antara dua pendekar Wu Shu.

Perkembangan dunia persilatan.

Masa dynasty di Tiongkok diwarnai perang dan kesusahan hidup, berakibat rawannya keamanan disana. Perampokan oleh warga setempat atau pendatang yang mengambil kesempatan merupakan ancaman terhadap transportasi. Perlu adanya petarung untuk mengawal perjalanan, khususnya atas pengiriman barang dagangan.

Dimana ada gula disana ada semut; bermunculan perusahaan ekspedisi menawarkan jasa pengawalan dengan panji-panji yang menggentarkan niat merampok dikarenakan petarung yang menyertai. Makin banyak petarung ulung dalam perusahaan ekspedisi, makin terkenal perusahaan itu dan makin tinggi pula biaya pengiriman.

Persaingan antar perusahaan ekspedisi menjadi satu dari antara penyebab timbulnya minat bertarung antara pendekar untuk menentukan siapa yang lebih unggul. Sampai-sampai pendekar Kung Fu terlupa dengan falsafahnya, demi memajukan perusahaan. Disinilah mulai rancunya perbedaan antara pendekar Kung Fu dan pendekar Wu Shu.

Ada kompetisi tertentu yang diadakan secara berkala, di initiated para senior, dengan syarat-syarat pemenangan guna menghindarkan cidera. Kenyataannya, masih banyak terjadi pertarungan liar bertaruh nyawa, tanpa dapat dicegah.

Kerancuan bertambah-tambah dengan keadaan lain, diantaranya seperti motive balas dendam, tetapi kepandaian bertarungnya diperoleh dengan menjadi murid perguruan Kung Fu, seperti ShaoLim, WuDang, dan sebagainya. Penyalah gunaan kepandaian ini terjadi karena kurang konsisten nya penerapan syarat penerimaan murid.

Adalah manusiawi bahwa diantara pendekar banyak yang berkeinginan diakui sebagai petarung paling unggul.
Jadilah banyak pendekar yang tidak jelas alirannya, mengaku pendekar Kung Fu tetapi kemudian mempelajari juga teknik Wu Shu agar dapat telengas dalam bertarung untuk menundukkan bahkan mematikan lawan.

Begitulah dunia persilatan memang pernah ada di daratan Tiongkok. Peninggalannya, antara lain berupa tempat latihan berbagai perguruan dimasa lampau banyak ditemui disana. Bukan sesuatu yang fiktif seperti film-film produksi negara di luar Tiongkok.

Catatan.
Kini Wu Shu telah menjadi cabang olah raga, sejak pemerintah menetapkannya tahun 1958, dibawah naungan All China WuShu Association. Seluruh unsur silat dari daratan Tiongkok dipadukan kedalam Wu Shu, dengan kontes memperebutkan peragaan jurus terbaik yang disebut TaoLu dan laga tarung yang disebut SanDa.

Sekiranya pembaca budiman melihat adanya bahan untuk ditambahkan, atau koreksi, atas artikel, team kami dengan senang hati menerima untuk perbaikan, melalui e-mail proreaders@hotmail.com