Orang Samaria yang Murah Hati.

Ungkapan “orang Samaria yang murah hati” sangat menggugah perasaan, setelah Yesus mengemukakan dalam perumpamaan. Siapakah orang Samaria, yang dipandang rendah serta dibenci orang Israel, tetapi Kristus justru mengambilnya dalam sebuah perumpamaan; mengenai apa yang perlu diperbuat seseorang, agar beroleh kehidupan kekal?

Ungkapan orang Samaria yang murah hati sangat menggugah perasaan, setelah Yesus mengemukakannya dalam perumpamaan mengenai belas kasih kepada sesama.
Lukas10: 25-37

the good Samaritan

Banyak pusat kesehatan kota besar dunia menggunakan phrase tadi sebagai nama:
‘Good Samaritan Hospital’
‘Good Samaritan Medical Centre’
‘Good Samaritan Health System’
‘Good Samaritan HealthCare’ dan lain-lain.

Banyak pula instansi kesehatan yang tiada sempat menggunakan phrase tadi sebagai nama, tetapi paling tidak terdapat sebuah lukisan tergantung dalam ruang penerima pasien; meng-ilustrasi orang Samaria sedang memberi pertolongan kepada sesama.

Siapakah orang Samaria?

Setelah raja Salomo meninggal, kira-kira 925 tahun sebelum Masehi, kerajaan terbagi dua; kerajaan utara dikenal sebagai Israel ber-ibukota di Samaria dan kerajaan selatan dikenal sebagai Yudah ber-ibukota di Yerusalem.

Pada tahun 722 sebelum Masehi, orang Asiria menaklukkan kerajaan Israel; lebih dari 25ribu orang Israel dibawa keluar untuk dicerai-berai diberbagai tempat pembuangan (di Babylon dan sekitarnya), agar tidak dapat membangun daya perlawanan dan tidak dapat pula mempertahankan budaya istiadat dan agama mereka.

Terjadilah kekosongan disana, tiada yang menggarap tanah pertanian, banyak rumah tiada berpenghuni. Untuk mengatasi keadaan itu, raja Asiria mendatangkan orang dari tempat lain, kebanyakan adalah para pemuja berhala, untuk ditempatkan terutama di kota Samaria yang menjadi pusat kegiatan usaha.

Dari tahun ke tahun terbentuk penduduk baru, keturunan campuran antar pendatang dan orang Israel yang masih tertinggal, inilah mereka yang disebut orang Samaria.
Mereka menerapkan dengan sangat teguh mengenai hari Sabath, mengenal mengenai hukum yang dibawakan oleh Musa, antara lain Sepuluh Perintah Allah, tetapi memuja allah yang mereka sebut sebagai Yahweh dan sederet dewa-dewi.

Berselang 70 tahun, orang Israel terbebas untuk kembali ke tempat asal. Tetapi orang Samaria telah terlanjur merasa sebagai ‘tuan-rumah’ enggan berbagi tempat dan tidak memperkenankan orang Israel membangun kembali tempat (negara) leluhur.

Inilah awal-mulainya rasa benci orang Israel terhadap orang Samaria, yang dipandang rendah; bangsa campuran, pemuja yang serba berketanggungan, yang menggunakan kesempatan mengambil tanah dimana mereka pernah berjaya dimasa lalu.

Sedemikian pandang orang Israel terhadap orang Samaria; tak sudi mengenal mereka bahkan menghindar menginjakkan kaki diatas tanah dimana mereka berdiam. Orang Israel memilih jalan memutar dari Judea ke Galilea dan sebaliknya, kendati pun harus menyeberang sungai Yordan dan waktu perjalanan lebih panjang (6 hari).

Orang Samaria dalam perumpamaan.

Kebencian orang Israel berlangsung ratusan tahun, 600tahunan lebih, masih bertahan dimasa Anak Manusia di bumi. Namun, Yesus justru ‘mengambil’ orang Samaria, yang rendah dan dibenci dimata orang Israel, dalam sebuah perumpamaan mengenai belas kasih kepada sesama yaitu ketika seorang ahli Taurat sedang mencobai-Nya mengenai apa yang harus diperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal.

Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukul nya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati. Kebetulan adalah seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan.

Lalu datang seorang Samaria yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan.
Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah itu ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya.

Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali.

Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?”
Jawab orang itu: “Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya.”
Kata Yesus kepadanya: “Pergilah, dan perbuatlah demikian!” Lukas10: 30-37

Dalam perikop diatas, kiranya jelas apa yang ditekankan Kristus mengenai siapa yang akan beroleh kehidupan kekal. Bukanlah orang yang sekedar menjadi pengikut-Nya, bahkan bukan yang berkedudukan sebagai imam, sekalipun.
Orang-orang yang menyatakan kasih kepada sesama dalam perbuatan nyata, mereka itulah yang akan beroleh kehidupan kekal.

Kristus tidak diterima di tempat orang Samaria.

Memahami pandangan (menurut orang Israel) terhadap orang Samaria pada masa itu (atau sampai saat ini?) akan memudahkan kita untuk lebih memahami perumpamaan ‘Orang Samaria yang murah hati’ yang dikemukakan Kristus.

Untuk kemudian kita ketahui, bahwa bukan orang Israel saja yang sangat ber-antipati terhadap orang Samaria, pada kenyataannya orang Samaria pun tidak menyukai dan tidak menerima kehadiran orang Israel di tempat mereka.

Ketika hampir genap waktunya Yesus diangkat ke sorga, Ia mengarahkan pandangan-Nya untuk pergi ke Yerusalem, dengan melewati tempat orang Samaria. Untuk tujuan itu beberapa murid mendahului Dia, untuk mempersiapkan segala sesuatu bagi-Nya. Lukas9: 52

Orang Samaria tidak mau menerima Dia, walaupun hanya melewat dalam perjalanan menuju Yerusalem. Lukas9: 53
Bagaimanakah reaksi Kristus atas penolakan terhadap diri-Nya?

Kristus tiada sama sekali menunjukkan kekecewaan, bahkan menegur dua murid-Nya, yang marah dan bermaksud membinasakan orang Samaria itu. Mengapa sikap Kristus yang demikian?
Kiranya sekali lagi hanyalah menerangkan bahwa bagi orang Samaria sekalipun, orang yang dipandang rendah dan dibenci, bagi mereka terbuka kesempatan untuk beroleh kehidupan kekal melalui perbuatan belas kasih kepada sesama.

Jikalau orang Samaria mempunyai kesempatan beroleh kehidupan kekal dikarenakan perbuatan kasih kepada sesama, mampukah dan maukah orang yang menyatakan diri sebagai pengikut-Nya, sebagai murid-Nya, berbuat kasih kepada sesama?
Semoga Tuhan membimbing kita semua.