Kisah Sam Kok 10

Cao Cao mengerahkan pasukannya menyerang Tao Qian untuk pembalas dendam kematian ayahnya. kekosongan di YanZhou dimanfaatkan Chen Gong dan Lu Bu untuk merebut kota itu.
Di pihak lain, gubernur Kong Rong mengajak Liu Bei membantu Tao Qian, yang sedang bertahan di XuZhou, terhadap tekanan kekuatan besar pasukan Cao Cao.

Pada suatu hari Ma Teng (gubernur XiLiang) dan Han Sui (penguasa daerah BingZhou) berencana untuk menggempur Li Jue dan Guo Si. Mereka mengirim utusan ke ibukota, untuk menyelidiki kemungkinan mendapat dukungan dari dalam. Pejabat istana Ma Yu yang menemui utusan itu dengan senang hati menerima dan menjanjikan bantuan.

Ma Yu dan beberapa pejabat lain diam-diam menyusun rencana; memintakan kaisar untuk menaikkan pangkat untuk Ma Teng dan Han Sui, dan perintah untuk membasmi pemberontak. Sepenerima perintah kaisar, Ma Teng dan Han Sui membawa lebih dari seratus ribu pasukan menuju ibukota.

Ma Chao menusuk Wang FangSegera keempat pemimpin perusuh, Li Jue, Guo Si, Fan Chou dan Zhang Ji, merembuk untuk menghadapi. Penasihat Jia Xu meng usulkan untuk bertahan tanpa bertempur sampai musuh, yang datangnya dari jauh, kehabisan sediaan pangan. Itulah saatnya yang tepat untuk menggempur.

Li Meng dan Wang Fang tidak sependapat, mereka bertekad maju dan siap menerima hukuman apabila mereka kalah. Melihat semangat itu Li Jue memperkenankan mereka maju dengan lima belas ribu orang pasukan.

Ketika kedua pihak berhadapan, dan siap dengan formasi pasukan, dari kubu Ma Teng maju Ma Chao ke depan. Wang Fang melayani dengan meremehkan putera Ma Teng, yang baru berusia 17 tahun. Dalam beberapa babak Ma Chao menombak jatuh lawan dari kuda, Wang Fang tewas.

Ma Chao mengarahkan kuda kembali ke dalam barisan, saat mana Li Meng mengejar. Melihat itu, Ma Teng berteriak memberitahu puteranya. Ma Chao bersikap seolah tak menyadari, ketika Li Meng mencapainya dan menusukkan tombak, Ma Chao mengelak sigap, mengulur tangannya yang kuat, merenggut tubuh Li Meng dan menawannya.

Sejak kekalahan itu, Li Jue dan Guo Si menuruti saran Jia Xu, bersiasat posisi bertahan. Keadaan berjalan dua bulan, pada suatu hari kegiatan Ma Yu dan dua pejabat lain yang membantu lawan diungkap oleh pelayan. Li Jue dan Guo Si membunuh mereka, serta seluruh anggota keluarga. Kepala tiga pejabat kemudian digantung di depan gerbang.

Kelelahan pasukan dan kekurangan pangan ditambah hilangnya dukungan dari dalam, tiada memberi Ma Teng dan Han Sui pilihan, selain menarik mundur pasukan. Di saat dinantikan itulah, Zhang Ji dan Fan Chou membawa pasukan keluar benteng, masing-masing untuk mengejar pasukan Ma Teng dan Han Sui.

Pasukan dari XiLiang menjadi kacau balau, Ma Chao bertempur sekuat tenaga, untuk memukul mundur Zhang Ji. Sementara itu, Fan Chou telah berhasil mengejar pasukan Han Sui.
Ketika berdekatan satu sama lain, Han Sui berkata: “Tuan dan saya adalah saudara se kampung, mengapa tuan tak menimbang akan hal itu? Tuanpun memahami, bahwa saya sedang mengemban tugas negara, haraplah tuan tidak menekan saya.”

Mendengar itu Fan Chou membalik arah kuda, menarik mundur pasukan membiarkan Han Sui dan pasukan pergi. Keponakan Li Jue yang menyaksikan, melaporkan kejadian tadi kepada pamannya, siapa menjadi marah, serta berniat membawa pasukan untuk menggempur Fan Chou. Lagi-lagi Jia Xu mengajukan siasat menghindari kehebohan.

Menuruti saran penasihatnya, Li Jue mengadakan perjamuan merayakan kemenangan, Zhang Ji dan Fan Chou berada diantara hadirin. Menjelang usai acara, mendadak Li Jue bertanya kepada Fan Chou, kalau-kalau ia berniat berhianat dengan melepas Han Sui.
Tidak menyangka akan pertanyaan itu, Fan Chou yang terkejut tidak dapat menjawab.

Pada saat itu, beberapa algojo keluar dari persembunyian untuk menghujani Fan Chou dengan bacokan. Beberapa saat kemudian, kepala Fan Chou diletakkan mereka di atas meja. Zhang Ji yang tidak berhasil mengalahkan Ma Teng menjadi ketakutan, segera ia berlutut. Li Jue memapahnya bangkit dan menghiburnya bahkan mengalihkan pasukan Fan Chou ke bawah komando Zhang Ji, lalu memerintahkannya kembali ke HongNong.

Setelah mundurnya pasukan XiLiang, bertambah lagi kesewenangan Li Jue dan Guo Si. Berkat Jia Xu yang tiada henti menasihati, mereka agak menahan diri dan memberikan perhatian kepada jalan pemerintahan, mengajak para cerdik pandai membantu, agar rakyat memperoleh kemakmuran.

Akan tetapi, timbul masalah baru; pemberontakan ‘ikat kepala kuning’ bergolak lagi di QingZhou. Mereka berjumlah ratusan ribu dibawah pimpinan para kepala-kepala suku, menjarah di segala tempat yang didatangi. Li Jue dan Guo Si menjadi resah karenanya, seorang pejabat bernama Zhu Jun menyatakan: “Hanya Cao Cao saat ini yang dapat di andalkan menumpas mereka.” Li Jue bertanya: “Tetapi dimanakah Cao Cao berada?”

Cao Cao dengan kekuatan baru.

“Cao Cao adalah gubernur DongJun, saat ini mempunyai kekuatan militer yang besar, yang perlu anda lakukan hanyalah membuatkan perintah kaisar, agar ia menggerakkan pasukan.” Demikian Zhu Yun mengusulkan.
Li Jue mengatur perintah dan mengirim utusan kepada Cao Cao, juga kepada Bao Xin, penguasa di JiBei, agar keduanya bekerja sama membasmi pemberontak.

Cao Cao dengan kekuatan baruSepenerima perintah dari istana, Cao Cao segera menyusun rencana lalu menyerang laskar pemberontak di ShouYang. Bao Xin juga menggempur pemberontak dari JiBei, dan ia tewas dalam pertempuran sehingga pertahanan JiBei patah karenanya.

Pasukan Cao Cao maju sempai ke Jibei, di mana kemudian, sepuluh ribuan anggota pemberontak menyerah dan ditempatkan dalam pasukan pelopor. Pasukan Cao Cao terus maju dan dari hari ke hari bertambah jumlah mereka yang menyerah dan bergabung.

Beberapa bulan kemudian Cao Cao telah mengumpulkan tambahan pasukan lebih dari tiga ratus ribu orang dan lebih dari satu juta rakyat pengikut. Dari antara mereka, yang pandai dan kuat, direkrut membentuk pasukan QingZhou, yang tak terpilih dianjurkan pulang kampung untuk bertani.

Cao Cao menyusun rencanaPrestasi itu meningkatkan martabat, Cao Cao menjadi terkenal dengan gelar yang dianugrahi istana, jenderal penjaga sisi timur. Bahkan Liu Dai pun beserta pejabat mendatanginya untuk menyerahkan daerah YanZhou, untuk diperintah Cao Cao.
Di posnya yang baru itu Cao Cao mengundang banyak cendekiawan dan para pendekar untuk membantunya menyusun kekuatan.

Diantara cerdik pandai adalah paman dan keponakan, Xun Yu dan Xun You. Selain itu, terdapat Guo Jia, Cheng You dan Liu Ye. Untuk bidang kemiliteran terdapat ahli antara lain Yu Jin dan Dian Wie dan banyak lagi.

Setelah keadaannya mapan, Cao Cao mengutus Ying Shao, penguasa di TaiShan, untuk menjemput ayahnya di LangYe, yang bernama Cao Song. Si orang tua menerima surat Cao Cao dengan senang, lalu sekeluarga berjumlah empat puluh orang beserta seratus pelayan, berangkat dalam seratus lebih kereta berkuda.

Melewati XuZhou, penguasa bernama Tao Qian, seorang pemurah hati dan telah lama ingin membina hubungan dengan Cao Cao, menyambut rombongan itu dan menjamu selama dua hari. Iapun mengantar rombongan meneruskan perjalanan sampai batas kota dan menugaskan perwira Zhang Kai dengan lima ratus pasukan untuk mengawal rombongan sampai tujuan.

Melintasi daerah bernama HuaFei, turun hujan lebat menjelang musim gugur. Tempat berteduh yang ditemui hanya sebuah kuil tua. Cao Song bersama keluarga menempati ruang utama, sedang pengawal di sisi kanan kiri serambi. Berbasah kuyup tentara oleh percikan air hujan, mereka menjadi sangat kesal dan menggerutu.

Tragedi penyebab kerusuhan.

Melihat itu, Zhang Kai berembuk bersama tentara, sesama mantan pemberontak ‘ikat kepala kuning’, untuk membunuh Cao Song sekeluarga, merampas harta mereka, lalu melarikan diri ke gunung. Usul itu diterima dan dirundingkan cara bertindak.

Pada tengah malam selagi badai dan hujan tiada henti, Cao Song dan adiknya Cao De hendak tidur, terdengar teriakan. Cao De membuka pintu untuk memeriksa, ia ditikam tentara dan tewas. Cao Song dan selir yang segera bersembunyi di belakang bangunan juga ditemukan dan dibunuh. Ying Shao yang memanjat dinding berhasil lolos. Namun, tak berani untuk kembali kepada Cao Cao, ia menggabungkan diri dengan Yuan Shao.

Cao Cao terdudukBeberapa tentara Ying Shao yang selamat, melaporkan kejadian itu kepada Cao Cao. Bagai tersambar petir mendengar laporan, Cao Cao jatuh terduduk dan menangis.
Sambil tersedu, ia menuduh Tao Qian yang menjadi penyebab dan akan mengerahkan pasukan untuk membalas dendam.

Lalu ia menugaskan Xun Yu dan Cheng Yu dengan tiga puluh ribuan pasukan berjaga di JuanCheng, FanXia dan DongJun. Ia sendiri dengan perwira dan pasukan besar yang dipelopori XiaHou Dun, Yu Jin dan Dian Wei, menuju XuZhou untuk menggempur dan membunuh seluruh penduduk kota itu.

Di malam hari, berkemah di tengah perjalanan, Cao Cao didatangi Chen Gong, sahabat Tao Qian. Mengerti akan maksud kedatangan, Cao Cao yang semula enggan, kemudian menerimanya di tendanya, mengingat kebaikannya di masa lalu. Namun, betapa upaya Chen Gong menerangkan, Cao Cao tetap dengan sumpah membalas dendamnya.

Gagal upaya membujuk, Chen Gong tidak sampai hati untuk kembali kepada Tao Qian, pergilah ia ke ChenLiu untuk bergabung dengan gubernur Zhang Miao. Disana didapati nya Lu Bu, keluarga Lu Bu dari ChangAn juga telah berkumpul bersama.
Adapun Lu Bu terpaksa bergabung dengan Zhang Miao, setelah berturut-turut niatnya bergabung dengan Yuan Shu dan Yuan Shao ditolak dua bersaudara itu.

Chen Gong memandang Lu Bu sebagai pahlawan. Melihat kehadiran Lu Bu, timbul idea Chen Gong; disarankannya kepada Chang Miao menugaskan Lu Bu merebut YanZhou, yang kosong selagi Cao Cao dan pasukan sedang menuju XuZhou.
Saran mana diterima Zhang Miao dan berangkatlah Lu Bu dan Chen Gong memimpin pasukan.

Dalam perjalanan menuju XuZhou, pasukan Cao Cao melakukan pembunuhan besar, pada setiap tempat yang dilalui. Tao Qian menyesalkan kejadian yang menimpa rakyat sebagai kesalahannya, bersedia menebus dengan nyawanya. Ketika pasukan Cao Cao tiba, terlihat bagai salju mendatangi, semua dengan pakaian putih berkabung.
Tiada pilihan bagi Tao Qian selain memimpin pasukan keluar kota untuk menghadapi.

Cao Cao tampil ke muka dan memaki, sedang Tao Qian memberi salam dan mencoba menerangkan betapa tidak menyangka jiwa pemberontakan masih melekat pada diri Zhang Kai. “Tua bangka, setelah membunuh ayahku, masih berani beromong kosong!” Cao Cao memakinya lalu bertanya siapa perwiranya yang akan menangkap Tao Qian.

XiaHou Dun menanggapi, ia maju menyerang, Tao Qian kembali ke dalam barisan, dari sana tampil Cao Bao maju menahan serangan. Kedua perwira bersiap bertempur dan tiba-tiba datang badai, menerbangkan pasir dan kerikil, menutupi pandangan, hingga kedua pihak terpaksa menarik mundur pasukan.

Sekembali ke dalam kota, menyadari betapa kuat pasukan lawan, Tao Qian merembuk niat untuk menyerahkan diri saja. Lekas Mi Zhu, karyawan administrasinya, mencegah: “Tuan telah lama memerintah di XuZhou dan disegani rakyat, sebaiknya meminta dulu bantuan gubernur Kong Rong di BeiHai dan penguasa Tian Kai di QingZhou. Berharap bantuan dari dua daerah itu dapat membuat Cao Cao mengundurkan pasukan.”

Tao Qian menerima saran, ditulisnya surat dan dikirim kepada dua daerah dimaksud. Gubernur Kong Rong membaca isi surat, lalu ia menyadari kekuatan pasukan Cao Cao, menulis surat kepada Liu Bei di PingYuan, mengajaknya bersama membantu Tao Qian yang sementara itu sedang mencoba bertahan sedapatnya di XuZhou.

Bersambung . . .