Lu Bu dan pasukan kembali dari MeiWo melaporkan keberhasilan. Wang Yun memberi penghargaan serta mengadakan perjamuan untuk mereka. Semua orang merayakan, kecuali seorang sedang meratapi jenazah Dong Zhuo yang dipertontonkan di pasar.
Atas perintah Wang Yun, orang itu dibawa menghadap. Terkejut hadirin bahwa orang itu adalah Cai Yong, penasihat pengadilan, yang disegani orang banyak. Adapun sikap nya demikian, karena budi baik Dong Zhuo yang menghargai kepandaiannya.
Dengan marah Wang Yun mencelanya dan memutuskan hukuman untuknya, walau ia berkali-kali menjura mengakui kekeliruan, bahwa ia tiada bermaksud membangkang serta memohon agar diperkenankan untuk menyelesaikan penulisan sejarah dynasty Han, sebagai penebus atas kesalahannya.
Pejabat lain juga memintakan pengampunan mengingat Cai Yong penulis sejarah yang handal. Wang Yun menukas berdasar pengalaman kaisar Wu mengampuni Sima Qian beberapa abad lalu, memberi kesempatan seorang penulis, ia ternyata memutar balik sejarah. Wang Yun tetap memutuskan; Cai Yong dihukum penjara, dimana ia terbunuh tak lama kemudian. Rakyat berkabung atas tragedi yang menimpa pejabat yang telah berjasa itu.
Bangkitnya pemberontak baru.
Sementara itu di LiangZhou, empat panglima pengikut Dong Zhuo, yaitu Li Jue, Guo Si, Fan Chou dan Zhang Ji, yang melarikan diri dari MeiWo, mengirim utusan ke ChangAn memohon pengampunan. Para pejabat mengusulkan pengabulan demi ketenteraman mengingat kekuatan mereka sangat besar. Saran mana ditentang keras Wang Yun.
Kaisar menerima pendapat menteri dalam negeri nya, diusirlah utusan itu dari istana.
Lie Jue dan panglima lain resah dengan penolakan pengampunan atas mereka. Jia Xue, penasihat mereka, menyarankan siasat membangun kesempatan menyelamatkan diri; keesokan hari mereka menyuruh orang menyebar kabar bahwa Wang Yun berencana membunuh rakyat di LiangZhou. Rakyat terhasut, dalam waktu singkat 100 ribu orang terkumpul untuk memberontak bersama, berangkat menyerang ibukota.
Mendengar datangnya penyerang, Wang Yun lekas ber konsultasi dengan Lu Bu, yang dijawab Lu Bu dengan menepuk dada, agar tidak berkuatir. Lalu bersama Li Su dengan pasukan mendirikan perkemahan beberapa kilometer di luar kota untuk menghadang musuh. Tak berselang lama, pasukan pelopor pemberontak dipimpin Niu Fu tiba, Li Su yang berada di garis depan memukul mundur pasukan menantu Dong Zhuo.
Malam harinya, dalam kegelapan, pasukan Niu Fu menyerang perkemahan Li Su yang tidak bersiap, sehingga banyak tentaranya tewas. Marah dengan kelalaian yang mem permalunya, Lu Bu memerintahkan untuk memenggal Li Su lalu menggantung kepala nya di gerbang perkemahan.
Keesokan harinya Lu Bu sendiri memimpin pasukan, dalam sekejap pasukan Niu Fu kacau balau melarikan diri. Niu Fu yang gentar menghadapi Lu Bu berembuk dengan orang kepercayaannya, Hu Chier, dan mengikuti sarannya untuk men-desersi. Malam itu juga Niu Fu, Hu Chier dan beberapa yang setia kepadanya pergi diam-diam meninggalkan perkemahan pasukan dengan memboyong harta, emas, perak, permata, dan sebagainya.
Disaat akan menyeberangi sungai, Hu Chier tiba-tiba tergoda untuk merampas semua benda berharga itu. Dibunuhnya Niu Fu yang tidak bersiaga. Karena masih mengharap akan hadiah, ia menghadap Lu Bu dengan membawa kepala Niu Fu. Ketika ditanyakan kronologi nya, pengikut Niu Fu menceritakan yang sebenarnya. Mendengar itu, Lu Bu dengan spontan memerintahkan memenggal kepala penghianat ganda Hu Chier.
Lu Bu menggerakkan pasukannya, memukul mundur pasukan Li Jue yang tidak sempat menyusun barisan hingga terdesak ke kaki bukit. Li Jue mendirikan perkemahan lalu ia merembukkan siasat menghadapi Lu Bu yang dikenalnya gagah namun tiada berakal.
Siasat menghadapi keperkasaan.
Keesokan hari pasukan Lu Bu tiba, dengan angkuh nya Li Jue menantang hingga Lu Bu berang dan menyerbu. Sebentar bertempur, Li Jue dan pasukan mundur dan menjaga jalan ke bukit dengan hujan anak panah dan lemparan bebatuan.
Berkali-kali Lu Bu dan pasukan gagal mendekati, hingga tiba-tiba barisan belakangnya diserang pasukan Guo Si. Berbalik Lu Bu menghadapi pasukan Guo Si, terdengar tabuh genderang, pasukan Guo Si ditarik mundur. Berselang sesaat genderang terdengar lagi ditabuh, berganti pasukan Li Jue yang maju menyerang kembali.
Setelah Lu Bu mengatur posisi pasukannya setepatnya berhadapan, pasukan musuh bersurut mundur. Begitu terjadi beberapa hari, mereka maju menantang bertempur kemudian mengundurkan diri.
Ketika Lu Bu akan menarik pasukan, mulai kembali mereka mendekat dan menggoda dengan serangan.
Lu Bu menjadi kesal oleh ulah musuh yang mengenal karakternya, mempermainkan emosi nya. Ketika Lu Bu merasa serba salah, datang seorang tentara dengan kabar bahwa ibukota terancam dari dua jurusan oleh pasukan Fan Chou dan Zhang Ji. Begitu rupanya siasat yang dijalankan Li Jue bersama tiga rekannya.
Terkejut Lu Bu, segera memerintahkan pasukan kembali ke ibukota. Gerakan pasukan nya menjadi kacau balau ketika pasukan Li Jue dan Guo Si mengejar. Namun Lu Bu tak berniat melayani dan terus memacu kuda, pasukannya mengalami kerugian besar.
Lu Bu mundur ke ibukota, pasukan empat panglima maju mengepung ChangAn pada empat jurusan. Lu Bu beberapa kali keluar benteng untuk bertempur tanpa hasil yang berarti. Sikapnya bertambah keras, sehingga banyak tentara dan perwira membelot.
Suatu hari sisa pendukung Dong Zhuo di dalam kota membantu pengepung, membuka kan pintu gerbang kota, masuklah keempat pasukan itu menyerbu. Betapa keras Lu Bu berusaha menahan disana-sini, akan tetapi sedemikian banyak tentara dan datang dari berbagai jurusan tidak dapat teratasi.
Gagal membendung serangan, Lu Bu dengan ratusan tentara dan perwira mendatangi gerbang dimana Wang Yun berada, mengajaknya menyelamatkan diri. Dari lantai atas, Wang Yun menjawab: “Saya bercita-cita menyelamatkan negara, sekiranya gagal lebih baik saya mati sebagai pengorbanan daripada hidup tanpa kehormatan. Maka biarkan saya menghadapi bahaya.”
Berulang kali Lu Bu membujuk, Wang Yun tetap menolak untuk meninggalkan ibukota.
Kebakaran mulai terlihat dimana-mana dengan pekik riuh pasukan penyerbu. Dengan terpaksa Lu Bu meninggalkan keluarganya, dengan ratusan pengikutnya ia menerobos kepungan, menuju tempat Yuan Shu, dengan maksud menggabungkan diri kesana.
Li Jue dan Guo Si membiarkan tentaranya menjarah dan membunuh, beberapa orang menteri juga terbunuh, dua komandan kekaisaran tewas. Ketika pasukan mengepung halaman istana, para anggota istana ketakutan dan meminta kaisar agar tampil di atas anjungan untuk meredakan keadaan. Melihat kaisar, Li Jue memerintah pasukan agar mengekang diri dan memberi hormat dengan pekik “Hidup kaisar seribu tahun.”
“Apa maksud kalian masuk ke ibukota dengan cara seperti ini tanpa perkenan dariku?” tanya kaisar. Li Jue dan Guo Si menengadah, menjawab: “Perdana menteri Dong Zhuo telah dibunuh oleh Wang Yun, kami datang menuntut balas, kami tidak memberontak, kami akan mengundurkan diri setelah Wang Yun diserahkan kepada kami.”
Wang Yun yang juga berada di anjungan berkata kepada kaisar: “Sejak mulanya hamba menjalankan rencana adalah untuk kepentingan negara. Ternyata, semua berkembang menjadi seperti ini. Harap baginda tidak mengkuatirkan hamba yang akan menghadapi para pemberontak penghianat itu.” Kaisar sedih mengetahui apa yang akan terjadi.
Lalu, tanpa ragu ia lompat terjun dari ketinggian anjungan gerbang, diiringi teriaknya: “Wang Yun ada di sini!”
Ia jatuh, tepat di depan mereka yang menuntut kematiannya.
Dengan pedang terhunus, Li Jue dan Guo Si membentaknya: “Atas alasan apakah atasan kami dibunuh?”
Wang Yun menjawab tak kalah keras nya: “Kejahatan Dong Zhuo teramat besar, pada hari kematiannya rakyat merayakan, bukankah kalian semua mengetahuinya?”
“Kalau ia benar bersalah, lalu apakah kesalahan yang kami perbuat hingga kami tiada mendapat pengampunan?” Demikian Li Jue dan Guo Si melanjutkan pertanyaan.
Wang Yun menyudahi: “Kalian penghianat, tidak usah berkata-kata lagi, saya telah siap menghadapi maut!” Li Jue dan Guo Si mengayunkan pedang dan tewaslah Wang Yun di halaman itu, lalu mereka memerintahkan membunuh seluruh keluarga Wang Yun.
Kepalang bertindak Li Jue dan Guo Si berniat menyerbu istana, membunuh kaisar Xian, merebut kekuasaan pemerintah pusat. Chang Ji dan Fan Chou mencegah niat mereka, yang dikuatirkan akan menimbulkan perlawanan yang membahayakan mereka sendiri. Menyarankan membiarkan kaisar tetap berkuasa, namun dalam kendali mereka. Saran mana diterima baik oleh Li Jue dan Guo Si.
Kembalinya kekuasaan pemberontak menyandera istana.
Dari atas gerbang terdengar kaisar mempertanyakan mengapa mereka belum menarik pasukan setelah membunuh Wang Yun. Jawab Li Jue dan Guo Si: “Kami berharap akan anugerah jabatan mengingat jasa kami selama ini.” Lalu atas pertanyaan kaisar, mereka menulis jabatan yang dikehendaki dan diserahkan kepada kaisar.
Dengan terpaksa kaisar meluluskan tuntutan, melantik mereka atas jabatan, yaitu:
Li Jue sebagai jenderal kereta perang, penguasa ChiYang, panglima distrik ibukota dan anugerah lencana militer.
Guo Si sebagai jenderal pertahanan, penguasa MeiYang dan anugerah lencana militer.
Keduanya itu, Li Jue dan Guo Si juga menjabat kepala administrasi negara.
Fan Chou sebagai jenderal sisi kanan dan penguasa WaNian.
Zhang Ji sebagai jenderal pasukan berkuda dan penguasa PingYan.
Dua orang yang memimpin pendukung membukakan gerbang dianugerahkan jabatan komandan lingkungan kekaisaran. Pemimpin pemberontak lainnya, juga diberi jabatan sebagai penghargaan.
Puas dengan jabatan kehormatan, mereka menyatakan terima kasih dan baru menarik pasukan keluar ibukota ChangAn. Mereka kemudian memerintahkan mencari jenazah Dong Zhuo, hanya beberapa sisa tulang saja yang terkumpul. Temuan itu dipersatukan dengan pahatan kayu, membuatnya seolah jasad utuh, untuk dimakamkan pendukung nya dengan upacara besar di MeiWo.
Tidak berselang lama setelah selesai pemakaman terjadi badai besar disertai halilintar, banjir besar melanda. Bencana alam itu membongkar makam dan merobek pecah peti jenazah Dong Zhuo. Pada kedua kali diulang pemakaman, pada malam hari terjadi lagi hal serupa. Pada kali ketiga, kembali bumi menolaknya, diikuti api halilintar membakar peti dan isi, tiada bersisa. Rupanya alam akhirat sungguh marah terhadap tokoh ini.
Dengan kekuasaan jabatan pentingnya, Li Jue dan Guo Si bersikap keras dan sewenang wenang, mereka mengganti pekerja istana dengan orang mereka, agar segala tindakan kaisar dan pejabat terawasi dengan ketat. Para pejabat disingkirkan dan dipermalukan seenaknya, tiada seorangpun berani menentang mereka berdua.
Lepas dari kekuasaan tirani yang satu, jatuh ke dalam cengkeram kekuasaan sewenang wenang yang keras lainnya. Siapakah gerangan berikutnya akan membebaskan istana?
Bersambung . . .