Siapa Mengabdi kepada Mamon?

Kristus tidak menjanjikan kekayaan kepada para pengikut-Nya, namun yang dimaksud mengabdi kepada Mamon bukan orang kaya. Kristus mengajarkan mengenai harta yang sesungguhnya apakah ini berarti juga janji Allah akan kekayaan kepada Israel, berlaku juga kepada Gereja? Lalu siapakah pengabdi Mamon?

Dalam kepercayaan kuno dengan para dewa-dewa mengatur jalan kehidupan manusia selalu terdapat dewa kekayaan atau keberuntungan; bangsa Yunani dan Roma dengan dewa Plutus, bangsa Mesir dengan dewi Renenet, di India dengan dengan dewa Kuber, di Tiongkok dengan dewa Chai Sen, dan sebagainya.

Lazimnya disegala tempat, dewa kekayaan merupakan satu dari antara dewa favorite dan popular, kepada siapa penganut meng gantungkan harapan akan kemakmuran.

Allah sendiri memperkenankan umat-Nya beroleh kekayaan bahkan menjanjikannya kepada Israel atas kesetiaan dan ketaatan menuruti perintah-Nya sebagaimana yang disampaikan melalui Musa. Raja dan orang pilihan-Nya juga dilimpahi gelimang harta.

Setelah berjalan berabad pandangan sedemikian mengenai kekayaan, datang sebuah falsafah dengan pernyataan seakan-akan kepemilikan harta adalah suatu yang tercela, bahkan di-illustrasi-kan bagai monster, dengan panggilan akrab Mamon.

Pengabdian kepada Mamon.

Kata mammon (mamon) didapat dari kosa bahasa Yunani, Ibrani, Latin, dan beberapa bahasa lain yang berasal dari akar yang sama; berarti kekayaan, uang atau kepemilikan harta. Kata mamon didapat juga dalam kitab perjanjian baru, tulisan Matius dan Lukas. Yang menjadikan ‘heboh’ adalah penafsiran ber-ragam atas kata itu dalam kitab.

Ajaran Kristus, pada bagian besarnya, adalah falsafah ketimbang detail penerapannya. Kalimat “Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.”, seakan-akan mengarah kepada pengertian bahwa pemilikan harta adalah pengabdian kepada sosok mahluk penjelmaan pihak yang berseberangan dengan Allah, sehingga kekayaan harus dijauhi; seorang yang kaya adalah penyembah harta. Mat 6:24, Luk 16:13.

Pengertian yang diharapkan sama sekali tidaklah demikian adanya; kepercayaan kuno sekalipun (dengan jajaran dewanya) tidak pernah mengajarkan penyembahan ataupun pengabdian kepada harta melebihi penyembahan terhadap sang dewa sendiri, terlebih lagi tentunya dalam agama ke-Tuhan-an.

Yang dimaksud dengan pengabdian kepada Mamon adalah sikap-perbuatan tidak jujur dalam bernafkah atau mengumpulkan kekayaan. Seorang dikatakan mengabdi kepada Mamon apabila ia menempuh jalan tidak terpuji di hadapan Allah demi bernafkah atau pengumpulan kekayaan, yang miskin maupun yang kaya.

Dengan demikian terang sudah dengan konteks tersebut diatas, bahwa yang dimaksud dengan mengabdi kepada mamon bukan pemilikan harta atau kekayaan.

Antara Mamon dan harta sesungguhnya.

Dalam kitab perjanjian baru tidak dinyatakan mengenai janji Tuhan akan kemakmuran hidup kepada Gereja (pengikut Kristus) sebagaimana janji kepada bangsa Israel dalam masa perjanjian lama. Kristus juga tidak menjanjikan kekayaan; Yesus sendiri saja tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya. Mat 8:20, Luk 9:58.

Tidak ada anjuran mengejar kekayaan; karena ambisi yang besar mengarahkan kepada keserakahan dan iri hati yang merupakan pendorong kepada perbuatan jahat, menjadi cikal bakal mulainya pengabdian kepada Mamon.
Tidak ada yang salah dengan kekayaan sepanjang diperoleh dengan benar. Hanya saja, kemudian pada umumnya kekayaan menjadikan orang angkuh, mengandalkan harta dan menjauhi-Nya. Luk 18:18-30.
Perumpamaan unta dan lobang jarum.

Tiada juga anjuran bertahan miskin, akan tetapi, bagi setiap orang, yang selalu bekerja dengan benar dan mengasihi sesama, tersedia segala apa yang dibutuhkannya untuk hidup dengan sejahtera. Mat 6:33.

Orang kaya dan orang miskin adalah sama dihadapan-Nya. Namun, sikap-perbuatan si kaya dalam mengumpul harta, dan sikap-perbuatan si miskin dalam bernafkah, itulah yang penting di mata Allah.
Seorang yang tidak dapat mempertanggung-jawabkan kebenaran atas harta kekayaan yang dimilikinya di bumi, atau atas nafkahnya, kepadanya tidak akan diserahkan harta yang sesungguhnya. Luk 16:10-12.

Kehidupan kekal sesudah kehidupan di bumi, itulah harta sesungguhnya, harta bernilai tiada terhingga juga kekal jauh di atas nilai harta di bumi seberapapun banyaknya yang hanya dapat digunakan selagi masih hidup di bumi.

Oleh karenanya, Kristus menganjurkan si kaya untuk berbagi miliknya kepada sesama yang berkekurangan, karena hanya dengan berbuat demikian ia mengumpulkan harta sesungguhnya. Ketika tidak lagi hidup di bumi, kekayaannya tidak berguna lagi, besar harapan telah terkumpul cukup harta sesungguhnya, untuknya beroleh tempat dalam kemah abadi, yaitu kehidupan kekal. Luk 16:9.

Setelah memahami beberapa perikop ini, kita dapat mengatakan siapa saja orang yang mengabdi kepada Mamon, dan siapa yang mengabdi kepada Allah. Bilamana sekiranya terpikir oleh kita akan peluang meraih keuntungan melalui cara tidak terpuji, pada saat itu kita dapat melihat seorang sedang mengabdi kepada Mamon, di dalam cermin.

Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah.
Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu.
Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya,
maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.
Mat 6:33.