Kisah Sam Kok 17

Dengan alasan untuk membebaskan ibu dan adik-adik, Sun Ce meminjam pasukan dari Yuan Shu dengan stempel kekaisaran menjadi jaminan. Hanya berkekuatan pasukan 3ribu, mulailah Sun Ce melanjutkan usaha besar mendiang ayahnya. Satu per satu kota diduduki, kekuatan pasukannya bertambah besar.

Sementara Cao Cao fokus bersiasat menghadapi Liu Bei, di tempat lain, Sun Ce, putera Sun Jian, memindahkan keluarga (ibu dan adik-adiknya), untuk tinggal bersama paman nya, Wu Jing, gubernur di DangYang. Ia sendiri kemudian bergabung dengan Yuan Shu, yang sangat senang kepadanya karena paras yang tampan dan sikapnya yang sopan.

Adapun kebergabungannya itu dikarenakan menyadari kekuatan pasukan peninggalan ayahnya tinggal sedikit, tidak lagi cukup kuat berjuang sendiri. Sebagai perwira, Sun Ce ber-prestasi baik, memenangi sejumlah pertempuran bagi Yuan Shu, siapa bertambah menyayangnya. “Andaikan Sun Ce adalah puteraku.” Demikian Yuan Shu mengagumi.

Sun Ce dan Zhu ZhiSuatu hari, menerima laporan bahwa Que telah direbut oleh Liu Yao, penguasa atas YangZhou, setelah menggusur kekuasaan Wu Jing.
Gelisah Sun Ce, memikirkan ibu dan adik-adiknya yang berada disana. Membuatnya bersedih, sebagai putera pahlawan namun tidak berdaya. Tanpa terasa ia meneteskan air mata.

Tiba-tiba terdengar suara tertawa, ia menoleh dan dilihatnya Zhu Zhi, mantan perwira ayahnya yang telah lebih dulu bergabung dengan Yuan Shu. Mereka berbincang dalam tenda Sun Ce; ia menghibur dan mengusulkan meminjam pasukan Yuan Shu, dengan alasan untuk merebut Que demi menyelamatkan keluarga. Namun setelah itu, dengan kekuatan pasukan yang bertambah, dapatlah ia melepaskan diri dari Yuan Shu, untuk melanjutkan usaha besar mendiang ayahnya.

Pada saat mana, masuklah seorang lain ke dalam tenda Sun Ce dan berkata: “Saya tak sengaja mendengar pembicaraan tuan-tuan. Pada saya ada seratus serdadu unggulan dan saya akan menyerahkan mereka untuk membantu anda.” Yang berkata itu adalah Lu Fan, seorang dari penasihat Yuan Shu.
Perbincangan berlanjut bertiga, sampai dicapai cara yang baik agar Yuan Shu bersedia memenuhi permintaan mereka.

Sun Ce membangun kekuatan.

Keesokan hari, Sun Ce menemui Yuan Shu, dengan tersedu sedih mengemukakan niat meminjam pasukan untuk menyelamatkan keluarga. Dikeluarkannya stempel pusaka kekaisaran Han untuk penjaminan. Yuan Shu yang semula terdiam menjadi bergairah, ditelitinya stempel itu ditangannya.

“Saya tidak berminat memilikinya, tetapi anda dapat menitipkannya pada saya.” Begitu Yuan Shu berkata senang dan bersedia meminjamkan 3.000 tentara dan 500 ekor kuda kepada Sun Ce, siapa juga bergembira dalam hati, segera berangkat bersama Zhu Zhi, Lu Fan dan para jenderal ayahnya, Cheng Pu, Huang Gai, Han Dang dan lainnya.

Mencapai LinYang, berjumpa pasukan dipimpin jenderal yang muda tampan, bernama Zhou Yu, asal ShuCheng, sedang dalam perjalanan menemui paman Sun Ce, gubernur Wu Jing. Pertemuan itu sangat menggembirakan, Sun Ce dan Zhou Yu adalah saudara angkat, Sun Ce adalah kakak yang berbeda usia dua bulan; mereka tumbuh bersama di SunCheng dimana Sun Jian menitipkan keluarga, saat sedang menghadapi Dong Zhuo.

Sun Ce & Zhou Yu berbincangSun Ce memberitahu Zhou Yu rencananya, siapa lalu menyaran untuk mencari orang-orang pandai untuk membantunya, antara lain adalah Zhang Zhao dan Zhang Hong.
Keesokan hari Sun Ce mengundang kedua bersaudara, bahkan mengunjungi mereka di kediaman. masing-masing diangkatnya, sebagai penasihat dan jenderal. Berlanjut dengan merembukkan penyerangan.

Dipihak sana, Liu Yao pun sedang bersama penasihat dan perwira; general Zhang Ying mengusulkan blokada atas NiuZhu, merintangi gerak pasukan lawan. Tiba-tiba seorang berkata: “Biarkan saya memimpin pasuka pelopor.”
Melihat yang bicara adalah TaiShi Ci, dengan tersenyum Liu Yao menukasnya: “Engkau masih terlalu muda untuk menjadi komandan.” Berangkatlah Zhang Ying dan pasukan menuju NiuZhu, daerah yang terkenal sebagai lumbung padi dan ternak.

Ketika pasukan Sun Ce tiba, kedua pihak berhadapan. Ditengah pertempuran, terlihat berkobar api membakar perkemahan Zhang Ying, membuatnya kehilangan fokus, dan menarik mundur pasukan. Sun Ce dan pasukan merangsek, membuat lawan melepas pertahanan dan sejumlah perbekalan besar, banyak tentara lawan yang menyerah.

Sesaat kemudian, dua orang datang menghadap, Jiang Qin dan Zhou Thai, mereka ini yang membakar perkemahan Zhang Ying, bermaksud bergabung dengan Sun Ce yang sedang mengumpulkan cendekiawan. Sun Ce memberi jabatan kepada mereka.

Pasukan Sun Ce, telah bertambah kekuatan, bergerak menuju ShenTing, sementara itu Liu Yao yang kecewa dengan kekalahan pihaknya, memimpin sendiri pasukannya maju dan mendirikan perkemahan berseberangan dengan posisi lawan.

Sore itu, Sun Ce berniat berdoa di kuil terdekat. Ia pergi bersama 12 perwira, walaupun Zhang Zhao telah mencoba mencegahnya. Dari sana mereka naik ke atas bukit, untuk melihat posisi lawan. Liu Yao tidak mengambil tindakan atas pengintaian itu, menuruti saran penasihat, mewaspada kalau-kalau hal itu adalah sebuah perangkap.

Akan tetapi, TaiShi Ci berkata: “Kalau tidak sekarang, kapan lagi menangkap Sun Ce?”
Lalu tanpa menunggu tanggapan ia mengambil senjata, menunggang kudanya, sambil berteriak: “Siapa yang berani, ikut aku!” Dari antara pasukan yang terpaku mendengar, hanya seorang yang segera memacu kuda mengikutinya.

Setelah cukup dengan pengamatan, Sun Ce bersama para perwiranya menuruni bukit. TaiShi Ci yang berhasil mengejar berteriak: “Sun Ce, jangan engkau lari!”
Setelah berhadapan ia berkata: “Yang mana Sun Ce? Karena aku TaiShi Ci datang untuk menangkapnya!” Sun Ce maju menjawab: “Kalau begitu majulah kalian berdua, karena akulah Sun Ce!”

TaiShi Ci maju menusukkan tombak, Sun Ce menangkis, terjadilah pertempuran seru, puluhan jurus. TaiShi Ci tidak mendapati kelemahan Sun Ce, ia memancing berpindah lokasi, menjauhi 12 perwira lawan. Sun Ce yang tidak sudi melepas, mengejar. Setelah mereka menghilang di rimbunan tanah datar, TaiShi Ci membalik kuda untuk kembali bertempur.

Setelah puluhan jurus lagi berjalan seimbang, pada suatu kesempatan Sun Ce dengan kuat menusukkan tombaknya. TaiShi Ci mengelak dan menjepit tombak lawan dengan lengan kiri, segera ia membalas menusukkan tombak yang juga berhasil dipegang oleh Sun Ce. Terjadilah tarik menarik dan keduanya terjatuh dari kuda masing-masing.

Sun Ce fight TaiShi Ci

Berguling di tanah, tombak yang tidak efektif lagipun dilepas, bergulat sampai pakaian robek compang camping. Sun Ce mencabut tombak pendek dari bahu lawannya untuk menyerang, TaiShi Ci melepas helm lawan untuk menangkis. Sampai terdengar teriak, Liu Yao membawa seribuan tentara datang membantu, pergulatan terhenti karenanya.

Sun Ce, tuan muda perkasa.

Sedang Sun Ce bersendiri disana, Cheng Pu dan 11 perwira mendatangi, membawakan kudanya. Sun Ce kembali diatas kudanya, bersama 12 perwira bertempur, menghadapi kepungan lawan. Pada saat tepat Zhou Yu dan pasukan tiba, pertempuran berlangsung tak lama, kedua pihak menarik pasukan untuk kembali ke perkemahan masing-masing.
Malam harinya, Zhou Yu dan pasukan, diam-diam berangkat menuju Que.

Di pagi hari Sun Ce menantang bertempur, tentaranya mengacungkan tombak pendek TaiShi Ci pada sebuah galah, dan berteriak: “Pemilik tombak ini hampir terbunuh oleh tombaknya sendiri.”
Pihak lawan mengacungkan helm Sun Ce pada sebuah tombak dan membalas dengan: “Lihat, kepala Sun Ce telah berada disini.”

TaiShi Ci tampil ke muka. Saat Sun Ce akan maju, Cheng Pu mencegah; ia mengajukan diri untuk melayani. TaiShi Ci yang meremehkan menyerangnya, pertempuran berjalan seimbang 30 jurusan, sampai terdengar tabuh gong. Liu Yao menarik mundur pasukan karena mendapat laporan bahwa Que telah jatuh, direbut pasukan Zhou Yu.
Pasukan Liu Yao gelisah kehilangan tempat tinggal dengan jatuhnya Que.

Sun Ce melepas mereka pergi, menuruti siasat penasihat Zhang Zhao; malam harinya, pasukan Sun Ce mendekati perkemahan lawan dari 5 jurusan, lalu menyerang dengan mendadak. Pasukan Liu Yao, yang telah kehilangan semangat, melarikan diri. TaiShi Ci tidak dapat menahan serangan, bersama sepuluh pasukan berkuda meloloskan diri ke kabupaten JingXian. Mereka yang menyerah, bergabung memperkuat pasukan Sun Ce.

Setelah beristirahat, pasukan Sun Ce bersiap mengejar Liu Yao yang bersekutu dengan Ze Rong untuk merebut NiuZhu. Ketika berhadapan, Sun Ce meneriakkan agar Liu Yao menyerah, tetapi tampil Yu Mi menusukkan tombak ke arah Sun Ce. Bertarung 3 babak Sun Ce berhasil meringkus dan membawanya ke barisan untuk ditawan.

Fan Neng segera maju untuk menolong rekannya, tentara Sun Ce meneriakkan adanya pembokong yang mengejar. Ketika sangat mendekat, Sun Ce berbalik dan membentak sehingga Fan Neng terkejut, ia jatuh dan tewas dengan kepala pecah.

Sun Ce melempar Yu MiSetiba di barisan, Sun Ce melempar tubuh Yu Mi dari kempitan, ternyata ia juga telah tewas, karena kerasnya kempitan tadi.
Dua lawan tewas dalam seketika, satu oleh bentakan satu lagi karena kempitan keras, menjadikan pasukannya menyebut Sun Ce si tuan muda perkasa.

Segera pasukan Liu Yao digempur, hingga puluhan ribu tewas. Puluhan ribu sisa pasukan menyerah, Liu Yao melarikan diri untuk mencari perlindungan kepada Liu Biao, penguasa di JingZhou.

Pasukan Sun Ce terus bergerak menuju MoLing; pasukan penjaga menutup kota rapat-rapat tidak berani keluar bertempur. Sun Ce bersendiri mendekati gerbang, membujuk Xue Li, komandan pasukan, untuk menyerah. Tiba-tiba sebatang anak panah meluncur dari atas tembok kota, tepat menancap di paha kiri Sun Ce dan ia jatuh dari kudanya.
Para perwira segera maju memapahnya kembali ke perkemahan mereka.

Luka Sun Ce tidak parah, tetapi kejadian itu digunakan bersiasat seakan-akan ia tewas. Pada malam hari, pasukannya membongkar perkemahan, dalam keadaan berkabung. Melihat perkembangan itu, Xue Li memimpin pasukan untuk mengejar pasukan lawan yang mengundurkan diri.

Segera pasukan Xue Li terkepung, pemimpin pasukan penghadang memberi aba-aba sambil berteriak: “Sun Ce masih disini!” Pasukan Xue Li terkejut dan melempar senjata untuk menyerah. Xue Li berusaha melarikan diri, tetapi ia tewas dalam kekacauan itu. Pasukan Sun Ce menduduki kota MoLing dan menenteramkan penduduk.

Berikutnya untuk diduduki adalah kota JingXian, dimana TaiShi Ci dan pasukan berada. Sun Ce dan Zhou Yu berencana menawan TaiShi Ci. Atas saran Zhou Yu, kota kecil dan bertembok rendah itu dikepung tiga jurusan. Gerbang timur dibiarkan untuk TaiShi Ci melarikan diri. Di malam hari, Chen Wu diperintah memimpin pasukannya, memanjat dinding tembok kota dan membakar bangunan di atasnya, lalu membuka gerbang.

TaiShi Ci melihat keadaan kota terlalu susah dipertahankan, ia keluar dari pintu timur, sementara Sun Ce dan pasukan diam-diam mengikuti. Berlari lebih dari 60 kilometer, tiada terlihat ada yang mengejar, TaiShi Ci memperlambat lari kuda. Tiba-tiba kudanya tersungkur karena tali perangkap, ia terpental. Diikuti teriak tentara yang mengepung dan meringkusnya. Ia dibawa ke perkemahan Sun Ce.

Bersambung . . .