Atas pertanyaan Cao Cao, tampil Xu Chu yang berkata: “Berikan saya lima ribu pasukan terpilih dan akan saya bawakan kepala dua orang itu kepada perdana menteri.”
Penasihat Xun Yu mencegah niat itu dengan anjuran menahan diri sambil mempelajari lebih dulu perkembangan serta mengingatkan Cao Cao agar mengirim utusan kepada Liu Bei untuk menganugerahnya dengan pangkat penguasa region.
“Kepada utusan titipkan pula surat pribadi berisi perintah agar Liu Bei menghancurkan Lu Bu. Apabila Liu Bei berhasil, maka hilanglah satu kekuatan yang kita kuatirkan akan mendukungnya. Sebaliknya jikalau ia gagal dan terbunuh oleh Lu Bu, maka hilang satu pesaing kita. Yang manapun yang terjadi, akan menguntungkan pihak kita.” Demikian Xun Yu dengan siasat mengadu dua harimau.
Kebergabungan Lu Bu dengan Liu Bei.
Adapun dengan Lu Bu, setelah mengalami kekalahan saat peperangan yang terhenti keadaan paceklik (lihat Kisah Sam Kok 12), menuruti saran Chen Gong, ia membawa pasukannya ke XuZhou untuk bergabung dengan Liu Bei.
Mendengar kabar akan kedatangan Lu Bu dan pasukan, Liu Bei merundingkan hal itu bersama stafnya, dan ditetapkannya untuk menerima Lu Bu dengan baik, kendatipun Mi Zhu dan Zhang Fei menentangnya.
Lalu, dipimpinnya staf keluar kota sejauh 30 kilometer untuk menyambut kedatangan Lu Bu. Setelah bersalaman dengan akrab, merekapun berjalan bersama menuju balai pemerintahan untuk berbincang.
Lu Bu menyampaikan bahwa diwaktu lalu ia menyerang kekuatan Cao Cao di YanZhou merupakan upayanya untuk memecahkan kekuatan Cao Cao yang sedang mengepung XuZhou dibawah perlindungan Liu Bei, namun ia gagal karena terjebak siasat Cao Cao.
Liu Bei menceritakan ihwal bagaimana sampai dipercayakan kekuasaan atas XuZhou. Selesai dengan cerita, ia memerintah pengambilan stempel kekuasaan XuZhou, untuk diserahkan kepada Lu Bu, yang dipandangnya lebih pantas memegangnya.
Dengan senang hati Lu Bu mengulurkan tangan untuk menerima, namun pada saat itu dilihatnya Guan Yu dan Zhang Fei yang berdiri dibelakang Liu Bei, sedang memandang kepadanya dengan mata membelalak. Melihat itu ia lekas menggoyang tangan seraya berkata: “Saya hanya seorang petarung, dan tidak berkemampuan memimpin daerah seperti XuZhou.”
Liu Bei tetap bersikeras dan membujuk Lu Bu agar menerima. Chen Gong yang melihat gelagat tadi, turut membujuk Liu Bei agar tetap memegang kekuasaan. Mendengar itu, barulah Liu Bei berhenti dengan niatnya, kemudian menjamu Lu Bu dan memerintah penyiapan tempat bagi Lu Bu dan keluarga.
Keesokan hari, Lu Bu balas mengundang Liu Bei, untuk perjamuan dan diperkenalkan kepada keluarga. Guan Yu dan Zhang Fei turut menyertai. Lu Bu meng-isyarat kepada keluarganya agar memberi hormat, yang disambut Liu Bei dengan penuh sungkan.
“Janganlah adik menolak.” Demikian Lu Bu mendesak Liu Bei. Mendengar ini, Zang Fei naik pitam dan menuding Lu Bu: “Siapakah engkau, sampai berani menyebut kakakku sebagai adik? Hayo keluar, kita bertempur ratusan jurus!”
Liu Bei menegur Zhang Fei agar menahan diri. Sedang Guan Yu membawanya keluar Liu Bei memintakan maaf atas kejadian.
Usai perjamuan Lu Bu mengantarkan Liu Bei menuju pintu, dan disana telah menanti Zhang Fei menunggang kuda, berteriak sambil mengacungkan tombak: “Lu Bu, engkau dan aku akan bertarung!” Kembali Guan Yu membawanya pergi dari sana.
Lu Bu menghargai kebaikan Liu Bei namun tak dapat menetap tinggal bersama setelah sikap Zhang Fei yang tidak bersahabat. Liu Bei menyarankannya agar tinggal di XiaoPei, kota berdekatan dimana ia berkemah waktu lalu dan menjanjikan pasokan kebutuhan. Hari berikutnya, berangkatlah Lu Bu bersama pasukan ke kota itu.
Beberapa hari kemudian Liu Bei menerima kedatangan utusan Cao Cao membawakan penganugerah sebagai jenderal penakluk timur dengan gelar pangeran YiCheng, serta penetapan sebagai penguasa atas XuZhou. Tak lupa utusan juga menyampaikan surat pribadi Cao Cao kepada Liu Bei.
Sikap Liu Bei menanggapi perintah Cao Cao.
Disaat utusan itu beristirahat, Liu Bei berembuk bersama staf mengenai surat Cao Cao. Spontan Zhang Fei berkata: “Tak perlu pertimbangan, kita bunuh saja orang jahat itu!” Sedangkan Liu Bei berpendapat; adalah tak ber-moral mengambil tindakan demikian, selagi Lu Bu dalam keadaan terdesak yang justru membutuhkan perlindungan.
Di hari berikutnya, Lu Bu berkunjung untuk mengucapkan selamat kepada Liu Bei atas anugerah yang diterima. Liu Bei menerima Lu Bu dengan baik dan menyatakan terima kasih. Saat itu Zhang Fei mendekat dengan pedang terhunus mengarah kepada Lu Bu, segera Liu Bei menghadangnya.
Lu Bu yang terkejut bertanya: “Mengapa engkau ingin membunuhku?” Jawab Zhang Fei berang: “Cao Cao pun menganggapmu manusia tidak berbudi dan menyuruh kakakku membunuhmu!” Setelah Liu Bei membentak, pergilah Zhang Fei dari sana.
Liu Bei mengajak Lu Bu ke ruang pribadi. Ia memintakan maaf atas sikap Zhang Fei dan menerangkan penyebabnya, diperlihatkannya surat Cao Cao. Setelah membaca, Lu Bu memahami siasat Cao Cao, dan dengan berlinang air mata ia menyatakan terima kasih atas ketulusan Liu Bei.
Seperginya Lu Bu dari sana, Guan Yu dan Zhang Fei mempertanyakan sikap kakaknya terhadap Lu Bu. Dijawab Liu Bei perintah Cao Cao adalah siasat memecah belah yang tidak perlu dipenuhi. Guan Yu mengangguk mengerti, sedang Zhang Fei bersungut.
Pulanglah utusan Cao Cao dengan jawaban Liu Bei bahwa untuk mengenyahkan Lu Bu diperlukan waktu untuk menyusun rencana dan persiapan.
Kecewa atas kegagalan rencana, Cao Cao memanggil Xun Yu; si penasihat menyaran pembuatan titah kaisar, yang memerintah Liu Bei menangkap Yuan Shu.
Bersamaan itu, beritahu kepada Yuan Shu seolah-olah Liu Bei telah mengirim nota ke istana akan rencananya menduduki region sekitar sungai Huai, wilayahnya Yuan Shu.
“Selagi mereka bertikai, kita dapat melihat bagaimana tindakan dan sikap Lu Bu terhadap Liu Bei. Pada saat itulah kita menyusun rencana selanjutnya.” Demikian Xun Yu menerangkan.
Siasat mana disetujui Cao Cao; titah palsu dibuat dengan stempel kaisar, untuk dikirim kepada Liu Bei. Dibuat pula surat lain sebagai pemberitahuan kepada Yuan Shu.
Pihak Liu Bei menyadari adanya muslihat dibalik perintah itu, tetapi Liu Bei tidak dapat mengabaikan ‘titah kaisar’. Ia menyusun rencana penyerangan, hanya saja bagaimana dengan XuZhou. Saran Guan Yu agar ia tinggal untuk menjaganya tak disetujui Liu Bei, karena penyertaannya dibutuhkan untuk pandangan dan nasihat dalam pertempuran.
Akhirnya, Zhang Fei lah yang ditinggal untuk menjaga. Liu Bei mengambil keputusan itu dengan keraguan besar atas kehandalan Zhang Fei, dikarenakan gemarnya bermabuk, lalu memukuli tentara. Kendatipun ia berulang berjanji akan menjauhi minuman, tiada seorang yang percaya, untuk itu penasihat Chen Deng ditugaskan mengawasinya.
Liu Bei dan Guan Yu berangkat menuju NanYang, dengan memimpin 30ribu pasukan.
Di pihak sana, Yuan Shu yang marah sesudah menerima surat Cao Cao, disela makian ke alamat Liu Bei, memerintah persiapan 100ribu pasukan yang dipimpin Ji Ling, untuk menyerang XuZhou. Kedua pasukan itu bertemu di XuYi, dimana pasukan Liu Bei telah lebih dulu berkemah, mengambil posisi membelakangi bukit, kiri kanan diapit sungai. Posisi dipilih sedemikian mengingat jumlah pasukan lebih kecil.
Selesai pendirian perkemahan, Ji Ling dengan tombak bercagak tiga maju menantang. Liu Bei tampil dan berkata: “Saya membawa titah kaisar untuk menggempur gubernur kalian atas kesalahannya, siapa menentang tentu akan mendapat hukuman juga.”
Tanpa berucap, Ji Ling mengayun senjata maju menyerang, Guan Yu melayani, mereka bertempur 30 jurus dengan seimbang. Tiba-tiba Ji Ling dengan berteriak menghentikan pertempuran, berdua mereka kembali ke barisan masing-masing. Ketika pertempuran akan berlanjut, Ji Ling menyuruh perwiranya, Xun Ceng, untuk menggantikannya.
Melihatnya, berkata Guan Yu: “Mengapa engkau? Biarkan Ji Ling dan aku melanjutkan pertempuran.” Tetapi Xun Ceng menjawab dengan meremehkan Guan Yu sebagai tak pantas berhadapan dengan Ji Ling. Dalam marah Guan Yu menyerang, dalam sejurus saja berhasil memenggal kepala Xun Ceng.
Lekas Liu Bei memerintah penyerbuan, pasukan Ji Ling mengalami kekalahan, mundur hingga muara sungai HuaiYin. Banyak tentara Li Jing yang menyusup kedalam pasukan lawan untuk menimbulkan kekacauan. Keadaan yang rupanya adalah siasat Li Jing itu digagalkan, para penyusup diringkus dan dihabisi seketika.
Sementara itu di hari pertama sepeninggal Liu Bei, segala urusan administrasi XuZhou diserahi Zhang Fei kepada Chen Deng, ia sendiri menangani urusan kemiliteran. Untuk penetapan mana diadakannya perjamuan untuk para pejabat militer. Ditengah ramah-tamah ia berkata: “Aku telah berjanji kepada kakakku untuk menjauhi minuman selagi ia pergi, untuk memelihara keamanan kita.”
“Jadi sekarang, marilah kita menikmati anggur sepuasnya, karena itu mulai besok kita tidak lagi menyentuhnya!” Demikian lanjutnya, dituangkannya anggur ke dalam cawan setiap hadirin dan ia sendiri minum beberapa cawan. Lalu ia mengulang menuangkan anggur untuk setiap orang.
Diantara yang hadir adalah Cao Bao yang tidak terbiasa minum. Setelah ia terpaksa minum cawan yang pertama, ditampiknya cawan yang kedua. Merasa tidak dipatuhi, Zhang Fei tersinggung: “Menolak perintah jenderal, engkau pantas untuk didera 100 cambukan rotan.” Dipanggilnya pengawal untuk melaksanakannya.
Chen Deng yang mencoba menengahi dan mengingatkan akan janjinya, namun tiada digubris: “Engkau mengurusi administrasi sipil, urusan militer adalah bagianku!”
Cao Bao memohon ber-iba: “Jenderal, ampunilah saya dengan memandang menantu saya.”
Bertanyalah Zhang Fei: “Siapakah menantumu?” Dijawab Cao Bao: “Menantuku adalah Lu Bu.” Mendidihlah darah Zhang Fei karenanya: “Apa? Engkau mengancamku dengan nama Lu Bu? Maka aku sendiri yang akan menghajarmu! Dengan menghajarmu berarti menghajar Lu Bu!”
Tamu lain berusaha meredakan amarah Zhang Fei, namun apa daya, tuan rumah yang mabuk telah kepalang kalap diluar kendali. Tak pelak tamu malang itu menerima tidak kurang 50 kali cambukan oleh tangan Zhang Fei sendiri.
Perjamuan bubar, Cao Bao yang babak belur pulang dengan perasaan penuh dendam. Malam itu juga Lu Bu disurati, diceritakan penghinaan yang dialami. Diterangkan pula kekosongan sebagian pertahanan XuZhou setelah kepergian Liu Bei, serta dianjurkan agar segera menyerang selagi Zhang Fei mabuk, sedang ia bersama pengikutnya akan memberikan dukungan dari dalam.
Lu Bu berkonsultasi dengan Chen Gong mengenai surat itu. Si penasihat berpendapat: “XiaoPei hanya kota kecil untuk sementara, dengan menduduki XuZhou akan memberi peluang lebih besar.”
Akankah Lu Bu menyerang XuZhou?
Bersambung . . .