Kisah Sam Kok 18

Sun Ce berjaya, mengkokohkan negara Wu di selatan daratan Tiongkok. Dibuatnya kesepakatan damai dengan Cao Cao dan ditagihnya stempel kekaisaran yang dititipkan pada Yuan Shu. Apakah yang diperbuat Yuan Shu, agar tetap memiliki stempel tersebut, sedang kekuatan Sun Ce terlalu besar untuk dilawan?

Mendengar mengenai penangkapan itu, Sun Ce keluar dari kemahnya dan menyuruh bubar serdadu yang meringkus TaiShi Ci, lalu ia sendiri melepaskan tali pengikat serta mengenakan mantelnya pada TaiShi Ci dan mengajak tawanannya itu masuk kemah.

TaiShi Ci terharu mendapat perlakuan Sun Ce yang sedemikian bersahabat, ia berlutut menyatakan penyerahan diri. Sun Ce segera mengangkatnya berdiri kembali kemudian menjamunya sebagai tamu kehormatan. Tengah perjamuan, TaiShi Ci bertanya kalau-kalau ia dipercaya untuk pergi, mengajak para serdadu pasukan mantan junjungannya turut bergabung.

Dengan gembira Sun Ce memperkenankannya pergi dan mempercayai janjinya untuk kembali keesokan tengah hari. Sementara para jenderal dan serdadu meragukan akan itikad TaiShi Ci dan bahwa ia tiada akan kembali.

menjelang-tengah-hariKeesokan hari, sebatang bambu ditancap di halaman perkemahan. Bayangannya di tanah menjadi petunjuk waktu. Menjelang tengah hari, saat keraguan akan ketulusan TaiShi Ci memuncak, siapa datang dengan seribu lebih pasukan berkuda.

Hal ini membuat semua mengagumi akan penglihatan Sun Ce atas diri TaiShi Ci, dan bertambahlah kekuatan pasukan Sun Ce. Dalam perjalanan kembali ke tempat asalnya di selatan, pun banyak pasukan lawan yang menyerah dan bergabung.

Pasukan yang demikian besar pada mulanya menimbulkan ketakutan penduduk. Akan tetapi melihat kedisiplinan pasukan, mereka kemudian menyambut dengan gembira. Banyak dari mereka membawakan ternak dan anggur, sebagai balasan Sun Ce berbagi kain sutera dan emas.

Setelah mengatur keamanan bagi ibu dan keluarganya di Que, menempatkan adiknya, Sun Quan, bersama Zhou Tai untuk memimpin di XuanCheng, lalu Sun Ce membawa pasukan untuk merebut WuJun.

Sun Ce merebut kota demi kota.

Yan BaiHu (macan putih), penguasa kota WuJun yang bergelar raja bijak dari timur Wu, tidak berani melayani tantangan pasukan lawan. Diperintahnya adiknya, Yan Yu, untuk bertempur. Dengan pedang di tangan, Yan Yu memimpin pasukan melintasi jembatan kota. Sun Ce yang bersiap maju menghadapi, dinasihati Zhang Hong agar membiarkan panglima Han Dang menggantikannya memimpin pasukan maju bertempur.

Bersamaan itu, Jiang Qin dan Chen Wu pun mendekati benteng, melintasi sungai diatas perahu kecil melewati hujan anak panah dari atas benteng. Setiba berdua di seberang, segera mengepung pasukan Yan Yu. Tidak dapat bertahan, Yan Yu mengundurkan diri kembali ke dalam kota, melalui pintu barat.

Sesudah tiga hari lamanya mengepung, dari pintu barat yang tiada ber sungai, Sun Ce menyerukan agar lawan menyerah. Sebagai tanggapan, seorang perwira memaki dari atas benteng, dengan tangan kiri bersandar di dinding, tangan kanannya menuding ke bawah. TaiShi Ci yang jengkel melihat itu, segera mengeluarkan busurnya.

panah-memaku-tangan-di-tembok“Akan kupanah tangan kirinya” Demikian TaiShi Ci, lalu mementang busurnya. Sesaat kemudian meluncur anak panah yang tepat memaku tapak tangan kiri si perwira itu di dinding. Yang menyaksikan, lawan dan kawan, semua bersorak.

Hal mana membuat Yan BaiHu bertambah ciut nyalinya. Diutusnyalah si adik, Yan Yu, untuk merundingkan perdamaian. Yan Yu diterima dengan baik dalam kemah Sun Ce, dimana ia menyampaikan syarat perdamaian, bahwa kakaknya menghendaki seluruh region dibagi sama kedua pihak.

Mendengar permintaan berlebihan itu, Sun Ce marah dan memerintahkan penahanan Yan Yu. Segera Yan Yu mencabut pedang untuk melarikan diri. Sebelum mencapai luar kemah ia terjatuh dengan pedang Sun Ce yang dilempar menancap di punggungnya.

Menyadari tiada jalan lagi untuk bertahan, Yan BaiHu dan pasukan meninggalkan kota WuJun; pasukan Sun Ce mendesak dan merebut beberapa kota berturut-turut, bahkan bertambah kekuatan dengan menyerahnya Ling Cao, penguasa kota YuHang. Tiadalah tempat bagi Yan BaiHu selain menuju KuaiJi, untuk mendapat perlindungan gubernur yang bernama Wang Lang.

Seruan Sun Ce agar Yan BaiHu, yang pemberontak, diserahkan kepadanya, ditanggapi Wang Lang bahwa ia akan melindunginya bersamaan dengan mempertahankan KuaiJi terhadap penguasaan Sun Ce. Terjadi pertempuran antara TaiShi Ci yang mengajukan diri menghadapi Wang Lang. Beberapa jurus berjalan pasukan Wang Lang dikacaukan pasukan kecil Zhou Yu dan Cheng Pu yang mengepung dari belakang.

Tak dapat bertahan, Wang Lang dan Yan BaiHu bersama pasukan mengundurkan diri kedalam kota. Setelah beristirahat, Wang Lang berencana untuk mengadakan serbuan kilat, Yan BaiHu mencegahnya mengingat kekuatan pasukan lawan sedemikian besar, dan menyaran menunggu sampai lawan kehabisan pasokan pangan.

Beberapa hari mengepung tiada hasil, Sun Jing, paman Sun Ce, menyaran penguasaan atas ChaDu, lumbung kota KuaiJi yang lokasinya berdekatan. Zhou Yu menambahkan, bahwa Wang Lang dan pasukan tentu akan keluar untuk mencegat, kesempatan mana baik dimanfaatkan untuk menyergap dan merebut KuaiJi.

Malam hari itu juga, pasukan Sun Ce menyalakan api di muka keempat pintu gerbang, Wang Lang, Yan BaiHu dan Zhou Sin menyaksikan dari atas benteng mereka-reka akan gerakan pasukan lawan. Yan BaiHu dan Zhou Sin berpendapat bahwa pasukan Sun Ce akan merebut ChaDu. Berkhawatir akan hal itu, keduanya segera memimpin pasukan keluar benteng, sedang Wang Lang dan pasukan mengikuti di belakang.

zhou-sin-tewas-oleh-sun-ceMelewati hutan, tiba-tiba terdengar suara genderang dan benderangnya obor, lekas mereka berbalik, menghindari sepasukan yang menghadang. Baru berlari beberapa saat kembali mereka dihadang, dan disini tampil Sun Ce dengan pasukannya.

Yan BaiHu gentar menghadapi, sedangkan Zhou Sin maju menyerang, dan ia tewas di ujung tombak Sun Ce. Keseluruhan lima ribu pasukan menyerah, Yan BaiHu bersendiri kabur. Mengetahui itu, Wang Lang tidak berani kembali kedalam kota. KuaiJi pun jatuh kepada penguasaan Sun Ce dan pasukan.

Mengkokohkan negara Wu.

Beberapa hari kemudian seorang penduduk daerah itu, bernama Dong Xi, menghadap Sun Ce dengan membawa kepala Yan BaiHu, untuk jasanya, ia dianugerah kedudukan dalam pasukan. Setelah menenteramkan keadaan region tenggara, Sun Ce menugasi Sun Jing sebagai pemegang komando kota dan Zhu Zhi sebagai gubernur WuJun. Lalu bersama pasukan induk, Sun Ce kembali ke daerah asal di selatan sungai besar.

Adapun seperginya Sun Ce dari XuanCheng, kota itu dicekam oleh kegiatan perampok, yang kerap melancarkan serangan berbarengan di berbagai sisi kota. Sampai satu kali Sun Quan sendiri terancam bahaya. Zhou Tai berjibaku menyelamatkannya, namun ia sendiri mengalami luka parah.

Sun Ce dan pasukan kembali kesana untuk menghancurkan kelompok perampok. Atas rekomendasi Dong Xi, diundanglah Yu Fan, tabib dari KuaiJi. Tabib ini mengundang lagi rekannya yang ahli bedah bernama Hua Tuo, asal Qiao. Kerja sama keduanya berhasil menyelamatkan nyawa Zhou Tai. Mereka kemudian menjadi tabib dalam pasukan.

Setelah itu, Sun Ce memberi penghargaan kepada setiap yang berjasa, menempatkan pasukan pada tempat-tempat strategis, menjadikan sebuah negara Wu yang kokoh di selatan daratan Tiongkok, pasukan yang tangguh dan bahan pangan mencukupi.
Tidak lupa ia membuat kesepakatan dengan Cao Cao, dan menyurati Yuan Shu untuk meminta kembali stempel kekaisaran yang dititipkan sesuai perjanjian.

Yuan Shu dengan ambisinya.

Akan tetapi, Yuan Shu yang diam-diam sangat ber-ambisi, menyurati dengan meminta pengertian Sun Ce bahwa ia belum dapat mengembalikan pusaka negara itu. Segera ia berembuk dengan penasihat dan perwira nya. “Sun Ce meminjam pasukan saya untuk mengadakan expedisi yang telah membuatnya penguasa di selatan. Sekarang, ia tidak mengembalikan pasukan pinjaman itu, tetapi menagih titipannya. Bukankah itu suatu hal yang tidak pantas?” Demikian Yuan Shu bersungut.

“Apa yang harus saya lakukan untuk menghancurkannya?” Lanjut Yuan Shu yang lekas dijawab penasihatnya, Yang DaJiang, bahwa pada saat mana kedudukan Sun Ce terlalu kuat. Sebaiknya ber-fokus untuk mengenyahkan Liu Bei, siapa tanpa sebab yang jelas, telah menyerang Yuan Shu.

Dalam pada itu, Lu Bu, yang menuruti saran Chen Gong, berhasil menduduki XuZhou hanya dengan 500 pasukan berkuda. Semua itu terjadi berkat bantuan Cao Bao yang membukakan gerbang kota selagi Zhang Fei tertidur dalam mabuknya. Sam Kok 16

zhang-fei-kalang-kabutZhang Fei dibangunkan anggota pasukan, kalang kabut ia bergegas keluar. Baru saja duduk diatas punggung kudanya, pasukan penyerang telah tiba.

Lu Bu mengenal kegagahan Zhang Fei dan ia tidak menekannya. Begitupun Zhang Fei dengan kesadaran belum pulih menangkis sedapatnya. Ia berhasil menerobos keluar gerbang timur dengan meninggalkan keluarga Liu Bei.

Cao Bao melihat keadaan Zhang Fei lekas mengejarnya. Melihat siapa yang mengejar, Zhang Fei naik pitam, dan menggempurnya. Cao Bao tak mampu melayani, melarikan diri sampai ia terluka parah dipunggung oleh tombak Zhang Fei dan tewas tenggelam ke dalam sungai.

Lu Bu menenteramkan keadaan, menempatkan pasukan melindungi keluarga Liu Bei. Sedang Zhang Fei serta belasan pasukan menuju XuYi, dimana kedua saudaranya dan pasukan berkemah. Diceritakannya disana segala kejadian yang dialami. Guan Yu yang menyesalkan hal itu bertanya: “Lihatkah akibat segala yang telah engkau perbuat?”

Zhang Fei merasa sangat malu; ia menghunus pedang hendak membunuh diri. Liu Bei memeluk untuk mencegah dan melempar jauh pedangnya. “Kita telah kehilangan kota yang sejak mula memang bukan milik kita, keluargaku tertinggal di XuZhou akan tetapi kiranya Lu Bu takkan mencelakakan mereka. Adikku, engkau telah berbuat kesalahan, tetapi apakah engkau harus mati karenanya? Bukankah kita bersaudara telah berikrar untuk mati bersama?” Liu Bei menghibur, meski ia sendiri meneteskan air mata.
Guan Yu dan Zhang Fei menangis bahna terharu mendengar kata-kata Liu Bei.

Pendudukan XuZhou oleh Lu Bu menyenangkan Yuan Shu. Dikirimnya utusan kepada Lu Bu, mengajaknya agar bersama menyerang Liu Bei, dengan imbalan berupa 50ribu gerobak padi, 500 ekor kuda, 10ribu tail emas dan perak, seribu gulung kain sutera.

Lu Bu menelan umpan, diperintahnya Gao Shun dengan 50ribu pasukan menuju XuYi, sedangkan Yuan Shu memerintah Ji Ling memimpin pasukan menuju kota yang sama, untuk berbarengan menyerang Liu Bei.
Bagaimanakah nasib Liu Bei bersaudara menghadapi kekuatan dua pasukan besar ini?

Bersambung . . .