Pasukan Li Jue dan Guo Si mengejar kaisar; sepanjang perjalanan merampok, merusak dan merekrut paksa penduduk muda menjadi tentara, mengepung rombongan kaisar di HongNong. Namun dengan pasukan lebih kecil, Yang Feng dan Dong Cheng berhasil menyelamatkan kaisar menuju ShanBei.
Pemerintahan yang sangat memprihatinkan.
Menghadapi keadaan genting, Yang Feng dan Dong Cheng bersiasat; mengirim utusan mengajak pengikut pemberontak ikat kepala kuning Li Yue, Han Xian dan Hu Cai untuk bergabung dengan janji pengampunan kaisar atas kesalahan mereka, dalam saat yang sama mengajak Li Jue dan Guo Si merundingkan perdamaian untuk mengulur waktu.
Pengikut pemberontak gembira menerima ajakan bergabung. Guo Si meng antisipasi; ketika pasukan Li Yue bergerak mendekati diperintahnya pasukan melempar pakaian dan bermacam barang lain hasil rampasan berserak di jalan.
Kacaulah pasukan Li Yue, mereka berebut memungut benda-benda itu. Segera Li Jue dan Guo Si memimpin pasukan menyergap. Pada saat itu pasukan Hu Cai tiba, namun tidak dapat menolong, mereka tergempur hebat bahkan Hu Cai sendiri tewas.
Yang Feng dan Dong Cheng bersegera membawa rombongan ke utara. Keadaan jalan yang tidak rata menghambat laju kereta sedangkan kaisar menolak menunggang kuda agar tidak terpisah dari para pejabat; kaisar dan permaisuri berjalan kaki berdekapan melawan udara dingin.
Tiba di tepi sungai Kuning, Li Yue mencari perahu, ia hanya menemukan sebuah yang ber-operasi sehari-harinya sebagai sarana penyeberangan. Tepian sungai yang sangat tinggi dari permukaan air sungai menyulitkan kaisar menaiki perahu, sementara para pengejar makin mendekat.
Fu De, kakak permaisuri, menyambungkan kekainan sutera untuk mengikat pinggang kaisar dan menurunkannya ke perahu lalu ia sendiri menyusul dengan menggendong permaisuri, meloncat terjun ke perahu.
Li Yue berdiri di haluan sebagai pengawal.
Perahu bolak balik untuk menyeberangkan dengan Li Yue menjaga, agar muatan tidak melampaui kapasitas. Dengan tangkai pedang ia menetak setiap tangan mereka yang tercebur yang mencoba berpegang pada perahu. Tangis dan ratap ramai terdengar di sungai itu.
Setelah menyeberang, didapati banyak dari mereka hilang, kalangan dalam istana yang masih berkumpul hanya belasan orang. Yang Feng mendapatkan pedati lembu untuk kaisar dan permaisuri menuju DaYang untuk bermalam. Disana, para tetua setempat membawakan pepadian rebus yang sulit ditelan, untuk makan malam.
Hari berikut, kaisar menganugerah pangkat jenderal penakluk utara kepada Li Yue dan jenderal penakluk timur kepada Han Xian. Perjalanan berlanjut, tidak lama kemudian, wali istana Yang Biao, pengurus istana Han Rong dan beberapa staf dan dayang istana dari antara yang semula dinyatakan hilang, datang menghadap, membangkitkan rasa haru.
Atas saran Yang Biao, mereka menuju AnYi untuk membangun ibukota disana. Di kota itu tiada satupun bangunan untuk berteduh. Dibuatlah dinding dari semak duri untuk tempat kaisar mengadakan rapat. Para tentara beristirahat mengelilingi.
Tabiat asli Li Yue muncul yang diikuti Han Xian; bersewenang atas para pejabat, tanpa segan menggunakan kekerasan, bahkan memaksa kaisar agar menetapkan beberapa pejabat yang melawan mereka sebagai penjahat, bermeterai stempel kayu yang kasar pahatannya.
Itu terjadi selagi Yang Feng dan Dong Cheng berfokus mencoba membenahi LuoYang.
Sementara itu di tempat terpisah, Han Rong yang mendatangi Li Jue dan Gua Si, telah berhasil membujuk mereka, membebaskan para pejabat dan warga istana yang telah lama disandera.
Masa paceklik melanda, penduduk memakan rerumputan dan segala apa, yang dapat dimakan. Gubernur Zhang Yang dan gubernur Wang Yi, mengirimkan perbekalan dari HeNei dan HeDong untuk Kaisar dan rombongan, mereka agak berlega karenanya.
Menjelang musim semi, kaisar bersetuju untuk berpindah ke LuoYang. Namun, Li Yue menentang maksud mana, sehingga rombongan berangkat tanpa Li Yue dan pasukan. Dalam perjalanan itu, pengintai datang melapor bahwa Li Yue mengirim pesan kepada Li Jue dan Guo Si, agar bersama mengejar kaisar.
Atas laporan itu, Yang Feng, Dong Cheng dan Han Xian menggegas iringan, agar dapat melewati perbukitan Gu sebelum subuh. Mengetahui perkembangan, Li Yue membawa pasukan mengejar untuk menahan kaisar tanpa menunggu pasukan Li Jue dan Guo Si.
Pukul empat pagi mereka lewat di perbukitan Gu terdengar teriakan: “Hentikan kereta, kami Li Jue dan Guo Si tiba.” Yang Feng menghibur kaisar bahwa itu adalah Li Yue yang menggertak lalu memerintah Xu Huang menghadapi. Dalam sejurus, Li Yue dijatuhkan dan tewas, seluruh pasukannya kocar-kacir.
Dalam awal tahun 196 Masehi, kaisar dan rombongan tiba di LuoYang, kota itu telah hancur, poranda tiada terurus, jalan-jalan penuh ilalang. Bekas istana dan aula yang terbakar, hanya terlihat puing tembok dan atap yang roboh.
Dibuatkanlah istana kecil yang beratapkan langit diantara belukarnya semak, dimana kaisar bersama pejabat menjalankan pemerintahan secara prihatin, tiada lagi keadaan pemerintahan makmur.
Penduduk LuoYang yang hanya tertinggal beberapa ratus keluarga, tidak terluput dari paceklik. Bahan pangan yang dikirim dari HeNei oleh gubernurnya, Zhang Yang, amat terbatas. Pejabat eselon menengah kebawah dan tentara mengikuti penduduk, pergi mencari kulit, akar pohon, disekeliling kota untuk dimakan. Banyak mereka meninggal kelaparan.
Kaisar memilih Cao Cao.
Pada suatu kesempatan, Yang Biao mengingatkan kaisar akan Cao Cao, siapa dengan kekuatan pasukannya yang sangat besar sangat untuk mendukung terhadap jalannya pemerintahan. Dengan serta merta kaisar menitah, mengirim utusan kepada Cao Cao yang berada di pegunungan ShanDong.
Saat bersamaan Cao Cao sedang berunding, mendengarkan, saran penasihat Xun Yu; memanfaatkan moment untuk merebut simpati rakyat dengan memberi perlindungan bagi kaisar. Datangnya utusan kaisar bak gayung bersambut, Cao Cao dengan gembira memerintah pasukannya segera bersiap.
Di LuoYang, mereka yang sedang berharap-cemas menanti, dikejutkan laporan bahwa pasukan Li Jue dan Guo Si sedang mendekat. Atas usul Dong Cheng, mereka bergegas menuju ke pegunungan ShanDong, para pejabat berjalan kaki karena ketiadaan kuda tunggangan.
Baru satu kilometer berjalan, di depan tampak debu mengepul bagaikan awan pekat, derap langkah pasukan besar terdengar. Semua menjadi panik, kaisar dan permaisuri menggigil bahna takut. Lalu dari arah yang sama, tiba kembali utusan yang dikirim ke ShanDong, melaporkan: “Jenderal Cao Cao dan pasukan dalam perjalanan, didahului XiaHou Dun dengan 50ribu tentara berkuda dimuka, untuk melindungi kaisar.” Maka,
berlegalah rasa seisi rombongan itu.
Tiga jenderal, XiaHou Dun, Xu Chu dan Dian Wei, menghadap kaisar. Tidak berselang lama tiba pula pasukan infantri yang dipimpin Cao Hong, Li Dian dan Yue Jing. Pasukan tambahan ini diterangkan Cao Hong, adik Cao Cao, sebagai penguat karena kekuatiran kakak nya akan keselamatan kaisar. Kaisar terkesan dan memuji kehandalan Cao Cao.
Berbaliklah kembali rombongan menuju LuoYang dan sebelum mereka tiba di kota itu, pasukan Li Jue dan Guo Si mencegat.
Pasukan kavaleri XiaHou Dun menyambut dengan didukung Cao Hong dengan infantri mengikut dari belakang. Pasukan Li Jue dan Guo Si yang terdiri dari kebanyakan warga yang direkrut paksa dalam seketika digempur, sepuluhan ribu dari mereka tewas.
Hari berikutnya, Cao Cao tiba di LuoYang dengan pasukannya yang besar. Menghadap kaisar, ia diangkat sebagai menteri peperangan dan panglima distrik ibukota, ia diberi lencana penghargaan. Cao Cao bergelimang kehormatan.
Sementara itu Li Jue dan Guo Si berencana mengadakan serangan yang menentukan selagi pasukan lawan lelah dari perjalanan, tetapi Jia Xu menyarankan agar menyerah saja, karena kuatnya pasukan Cao Cao.
Atas saran mana, ia nyaris dibunuh Li Jue. Dimalam hari Jia Xu meninggalkan mereka dan kembali ke kampung halamannya.
Pagi harinya, dua orang keponakan Li Jue bersama pasukan menantang bertempur. Xu Zhu maju melayani dan mereka tewas dalam beberapa jurus. Cao Cao yang berbangga, memerintah pasukannya menyerang dari tiga jurusan, menggempur dan mengejar. Banyak pasukan lawan yang tewas dan sisanya menyerah. Li Jue dan Guo Si melarikan diri, bersembunyi diri ke gunung.
Cao Cao memantapkan kedudukan.
Suatu hari, kaisar mengutus Dong Zhao mengundang Cao Cao datang berunding.
Mengetahui yang datang adalah menteri, Cao Cao menjamu dan mengajak berbincang bersama penasihatnya mengenai persoalan penting istana dan negara.
Pada saat itu datang laporan bahwa ada pasukan yang membongkar perkemahan dan pergi menuju timur. Dong Zhao menerangkan, mereka adalah pasukan Yang Feng dan Han Xia, yang merasa tersisih dengan keberadaan Cao Cao.
Adapun Yang Feng dan Han Xia telah meminta perkenan kaisar untuk memisahkan diri dengan alasan untuk mengejar Li Jue dan Guo Si.
Dong Zhao menyaran Cao Cao memprakarsa pemindahan ibukota ke XuChang (dekat basis ShanDong), dengan alasan kemudahan mendapat bahan pangan disertai hal lain untuk memperkuat pengaruh; Cao Cao berterima kasih kepadanya. Saat menghadap, kaisar dan para menteri tiada yang (berani) menentang saran pemindahan ibukota itu.
Pada hari ditetapkan Cao Cao dan pasukan mengawal kaisar menuju XuChang. Di hari kedua perjalanan, mereka dihadang pasukan Yang Feng dan Xan Xia. Tampil dari kubu itu Xu Huang menantang dengan teriaknya: “Cao Cao telah mencuri kaisar.”
Cao Cao tertarik akan kegagahan Xu Huang, diperintahnya Xu Chu maju. Pertempuran sengit terjadi, ketika memasuki jurus 50 Cao Cao menarik mundur pasukan.
Cao Cao berminat merekrut Xu Huang ke pihaknya. Untuk itu Man Chong mengajukan diri; di malam hari ia menyamar tentara, menyelinap ke kemah Xu Huang dan berhasil membujuknya. Malam itu juga Xu Huang bersama belasan tentara berkuda berangkat untuk bergabung dengan pasukan Cao Cao.
Mengetahui itu, Yang Feng dengan seribu pasukan berkuda mengejar pembelot. Tiba-tiba terdengar dentum meriam; Cao Cao memimpin pasukan keluar menyergap.
Sebagian besar pasukan Yang Feng menyerah dan ia sendiri lolos dengan susah payah dari kepungan berlapis, lalu bersama sisa pasukannya pergi untuk bergabung dengan Yuan Shu.
Cao Cao sangat bergembira memperoleh kemenangan dan menambah perwira gagah di pihaknya. Hari-hari berikut meneruskan pengawalan kaisar menuju XuChang. Setiba disana, dua perwira bawahan Li Jue dan Guo Si datang menghadap dengan membawa kepala Li Jue dan Guo Si. Atas perintah Cao Cai, dua kepala digantung, dipamerkan.
Di kota itu, Cao Cao membangunkan istana, perbentengan dan perbendaharaan kota. Kemudian ia menobatkan dirinya sebagai perdana menteri, wali peperangan dan gelar pangeran WuPing. Dianugerahnya pangkat tinggi kepada penasihat dan perwira yang berjasa. Selanjutnya, apa yang diperbuatnya tiada jauh berbeda dari perbuatan Li Jue dan Guo Si.
Suatu hari, dalam menjamu para penasihat teringat ia akan Liu Bei dan Lu Bu, apabila kedua mereka itu bergabung akan merupakan ancaman besar. Bertanyalah Cao Cao: “Tindakan apakah yang perlu kita lakukan untuk meng-antisipasi kemungkinan itu?”
Bersambung . . .