Guo Si diam-diam mempersiapkan pasukan untuk suatu gerakan dadakan. Hal mana membuat Li Jue marah dan mendahului menyerang. Kedua pasukan yang terdiri atas puluhan ribu tentara bertempur di bawah dinding benteng kota. Dalam pertempuran mereka juga merampok penduduk kota.
Memperebutkan kaisar.
Dalam kerusuhan, pasukan Li Xian (keponakan Li Jue) membawa kaisar dan permaisuri keluar istana, di atas kereta kuda, melalui gerbang belakang. Pasukan Guo Si berusaha menghadang, menghujani dengan anak panah, sehingga banyak penghuni istana yang terbunuh. Pasukan Li Jue segera maju membantu, rombongan kaisar berhasil dibawa menuju MeiWo.
Merasa terkecoh, Guo Si mengumbar rasa kesal dengan membakar istana, menawan semua penghuni dalam perkemahannya.
Li Jue bersama pasukan menyusul menuju MeiWo.
Rombongan kaisar menderita lapar dalam perjalanan. Para kasim dan dayang diberi daging busuk dan nasi basi.
Niat kaisar menegur Li Jue atas perlakuannya dicegah penasihat istana, Yang Qi, yang menyabarkan kaisar, berkuatir teguran kaisar akan memperburuk keadaan.
Karena itu kaisar berdiam diri tertunduk dalam tangis. Tidak lama kemudian terdengar suara riuh, kaisar kembali mengangkat kepala untuk melihat apa yang terjadi. Setelah jelas bahwa suara itu adalah tibanya pasukan Guo Si, kembali kaisar berurai air mata.
Li Jue dan Guo Si berhadapan, mereka saling tuduh berhianat, sampai Li Jue kemudian menantang bertempur, berduel tanpa keterlibatan pasukan; pemenangnya itulah yang berhak memperoleh kebersamaan dengan (menyandera) kaisar.
Pertarungan berjalan belasan jurus dengan berimbang; pada saat mana Yang Biao tiba diatas kuda yang melaju deras, untuk melerai. Setelah berbincang, mereka bersepakat menarik pasukan ke perkemahan masing-masing.
Pada saat yang dijadwalkan, Yang Biao beserta enam puluhan orang pejabat datang ke perkemahan Guo Si membawa misi pendamai. Sebelum sempat mereka mulai, Guo Si memerintahkan penawanan mereka. Ramailah suara protes: “Kami datang dengan niat baik, mengapa tuan memperlakukan kami seperti ini?” Dijawab Guo Si dengan alasan sendiri: “Li Jue menyandera kaisar, bagian saya adalah menawan kalian, para menteri.”
Tak tertahan lagi, Yang Biao berkata dengan keras: “Seorang menyandera kaisar, yang lain menawan pejabat. Apa sebenarnya yang kalian kehendaki!” Guo Si menjadi berang dan menghunus pedang untuk membunuh Yang Biao. Beberapa perwira lekas melerai, membujuk Guo Si hingga ia membiarkan Yang Biao dan Zhu Yun pergi, sedang seluruh pejabat lain ditahan di perkemahan.
Kesedihan yang mendalam atas kegagalan misi yang dimaksudkan sebagai bakti bagi kaisar gagal, ditambah penawanan seluruh pejabat lainnya; membuat dua menteri itu pingsan sebelum pulang.
Dua minggu kemudian Zhu Yun meninggal dalam frustrasi nya.
Perseteruan antara Li Jue dan Guo Si terus berlanjut, setiap hari korban pada kedua pihak serta warga setempat terus bertambah. ChangAn berubah, menjadi kota sepi yang tak terurus.
Dalam penyanderaan, kaisar mendapat perlakuan buruk Li Jue. Bahkan kaisar lah yang memberi hormat pada Li Jue sebagai ucapan terima kasih, setiap kali ia menepuk dada sebagai penyelamat dihadapan kaisar, dari ancaman Guo Si yang dikatakannya hendak membunuh kaisar, terbukti dengan tindakannya menawan para pejabat.
Suatu hari, kaisar mengutus HuangFu Li, teman Li Jue sesama asal XiLiang yang dikenal handal membujuk, sebagai pendamai. Guo Si yang pertama didatanginya, menanggapi maksud HuangFu Li dengan baik; menyatakan kebersediaan untuk berdamai dan akan melepas para pejabat, jikalau Li Jue memberi kebebasan kepada kaisar sepenuhnya.
Tanggapan berbeda didapat HuangFu Li ketika ia mendekati Li Jue; teman sekampung itu merasa pasukannya lebih kuat dari pada pasukan Guo Si dan berprestasi lebih baik setelah mengatasi ancaman Lu Bu dimasa lalu, tak bersedia berdamai dengan Guo Si.
HuangFu Li masih mencoba membujuk, dengan mengemukakan bahwa betapa besar kekuatan Dong Zhuo yang berakhir dengan kepalanya digantung di gerbang kota.
“Apakah kaisar mengutus engkau untuk menghina saya?” Li Jue marah seraya berniat menghunus pedang kalau saja tidak segera dihalangi para perwiranya; mereka kuatir bahwa pembunuhan utusan kaisar membuat para penguasa daerah akan membantu pihak Guo Si.
Semasa hidupnya, Dong Zhuo adalah junjungan Li Jue dan Guo Si.
Demi keselamatan HuangFu Li, para perwira mendesaknya agar meninggalkan tempat. Tetapi sambil berjalan keluar, karena kecewa atas kegagalan misi, HuangFu Li berkata dengan suara keras bahwa Li Jue adalah pemberontak yang hendak membunuh kaisar, bahwa siapa yang mengikutinya tentu akan mendapat celaka. Ia terus berteriak, tanpa menghiraukan peringatan pejabat pendamping akan bahaya akibat perbuatannya itu.
Li Jue menugaskan perwira bernama Wang Chan agar segera menangkap HuangFu Li. Perwira itu tidak melaksanakan tugas, ia kembali untuk melaporkan bahwa HuangFu Li tidak dapat lagi ditemukan.
Pelemahan kekuatan pasukan.
Lebih dari setengah jumlah pasukan Li Jue berasal dari XiLiang, mengenal HuangFu Li sebagai orang asal sedaerah. Sebagian lagi adalah suku Qiang, luar utara Tiongkok.
Teriakan HuangFu Li telah menggoyahkan semangat mereka.
Pejabat Jia Xu memanfaatkan keadaan itu; mendekati para kepala suku yang menjadi komandan; mendengarkan keluhan atas upah yang belum dibayar dan menyampaikan perintah rahasia kaisar agar mereka pulang kampung; kaisar mengingat kesetiaan dan akan menghadiahkan mereka ketika pemerintahan negara telah kembali membaik.
Banyaklah dari mereka meninggalkan pasukan dengan mengajak serta bawahan. Li Jue cemas dengan menurunnya kekuatan pasukan, ia memanggil beberapa dukun untuk menolong memperbaiki keadaan. Melihat perkembangan itu, Jia Xu menyaran kaisar untuk memberi gelar kepada Li Jue, agar ia yang tamak disesatkan oleh pikiran sendiri.
Gembira Li Jue, menerima pengangkatan resmi kaisar sebagai menteri pertama, gelar yang telah lama diidamkan. Ia meyakini pengangkatan itu terjadi berkat mantera para dukun; dipanggilnya mereka dan diberinya hadiah yang besar. Pemberian hadiah tidak pernah dilakukan Li Jue kepada pasukan yang telah berjasa untuknya.
Kecemburuan mendorong dua perwiranya, Yang Feng dan Song Go, bersepakat untuk memberontak serta menyelamatkan kaisar. Rencana terbongkar sebelum terlaksana; Song Go diringkus dan dibunuh. Yang Feng dan pasukan yang menunggu isyarat untuk menyerbu dari luar, dihadapi oleh Li Jue sendiri yang memimpin pasukan menyerbu ke luar perkemahan.
Pertempuran berjalan sampai subuh, Yang Feng menyadari tiada kemungkinan untuk memenangi dan menarik pasukan mundur ke gunung. Li Jue berhasil menumpas para pembangkang, tetapi kekuatan pasukan sendiri sangat menurun karenanya, ditambah lagi dengan akibat gempuran pasukan Guo Si.
Tekanan pendamaian dari ShanXi.
Suatu hari, Zhang Ji dari ShanXi tiba dengan pasukan besar, bermaksud mendamaikan, dan menghantam yang berkeras kepala. Li Jue dan Guo Si lekas-lekas menyatakan niat berdamai; masing-masing membebaskan kaisar dan para menteri.
Mengingat poranda nya ChangAn, kaisar menerima saran Zhang Ji untuk berpindah ke HongNong, dekat LuoYang. Segala perbekalan, kereta, serta ratusan tentara pengawal telah pula dipersiapkan Zhang Ji; untuk jasanya itu, kaisar menganugerahkannya gelar panglima pasukan kuda terbang.
Perjalanan ditempuh lancar hingga di XinFeng. Juga ketika melewati jembatan BaLing, pasukan Guo Si, yang dipimpin dua perwira, memberi hormat dan membuka jalan bagi kaisar dan rombongan.
Dua perwira itu kembali dari BaLing, melaporkan mengenai perjalanan kaisar. Mereka dibunuh tanpa diberi kesempatan membantah oleh Guo Si yang marah karena mereka tidak mengerti bahwa penugasan pengamanan jembatan BaLing bagi perjalanan kaisar hanyalah kepura-puraan di depan Zhang Ji. Tujuan penugasan yang sebenarnya adalah untuk mencegat dan membawa kembali rombongan kaisar ke MeiWo.
Segera, Guo Si dengan pasukan berjumlah besar melakukan pengejaran. Rombongan kaisar dikejutkan teriak riuh dari belakang ketika melewati kabupaten HuaYing.
Kaisar dan para menteri panik, menyadari akan berulangnya kepahitan. Dalam tangis nya kaisar berujar: “Lepas dari gua serigala masuk ke mulut harimau.”
Sejenak kemudian, terdengar bunyi tabuh genderang disisi lain. Dari balik perbukitan keluar seribuan pasukan berbendera ‘Han’ dipimpin jenderal Yang Feng; perwira pembelot pasukan Li Jue ini mengetahui trayek perjalanan kaisar, berniat memberi pengawalan bagi kaisar sebagai pengabdian diri.
Berhadapan kedua pasukan dan masing-masing memajukan perwira andalan. Dalam beberapa jurus saja Xu Huang dari pihak Yang Feng menewaskan lawannya. Yang Feng segera memerintahkan penyerbuan, memukul mundur pasukan Guo Si.
Kaisar sangat bergembira dan berterima kasih kepada para penyelamat itu. Perjalanan berlanjut dengan pengawalan Yang Feng. Malam itu semua beristirahat di perkemahan Yang Feng.
Keesokan hari, pasukan Guo Si kembali untuk bertempur, mereka menantang di depan perkemahan. Ketika Xu Huang telah keluar untuk melayani, serempak pasukan Guo Si bergerak maju mengepung perkemahan. Yang Feng berusaha keras melindungi kaisar dalam perkemahan, dengan pasukan yang jauh lebih kecil, ia tidak berhasil menembus kepungan.
Dalam keadaan kritis, datang pasukan dari tenggara menyerang, memecahkan barisan pasukan pengepung. Melihat datangnya bantuan, pasukan Xu Hung juga melancarkan serangan. Pasukan Guo Si terpukul kalah lagi, lebih hebat dari pada hari sebelumnya.
Adapun pasukan pendatang itu dipimpin oleh Dong Cheng, paman dan juga kakak ipar kaisar Xian. Dihiburnya kaisar dan disampaikannya bahwa ia bersama Yang Feng telah berikrar untuk mengenyahkan Li Jue dan Guo Si.
Dalam pada itu, Guo Si sedang mengumpulkan sisa pasukan, berjumpa dengan Li Jue. Mereka berembuk, sama-sama berkuatir, bahwa setelah pemerintahan kaisar kembali terbenahi, tentu seantero penguasa daerah akan diperintah untuk menangkap mereka berdua. Mereka bersetuju untuk bergabung lagi, mengejar dan membunuh kaisar.
Bersambung . . .