Adalah sebuah toko kelontong dengan space terbilang sedang, terletak di ujung jalan, agak jauh dari keramaian pengunjung pasar. Kerumunan yang berbelanja terpusat di pertengahan jalan menuju pasar itu. Hanya sesekali saja pelanggan lama yang jumlah nya tidak seberapa berbelanja ke toko itu.
Keadaan ini, membuat pemilik toko tidak berani menyediakan barang yang tergolong cepat kadaluwarsa, dengan begitu barang dagangan di toko nya sangat terbatas, sales (omzet) nya dari hari ke hari makin jauh dari menggembirakan.
Hari-hari sepi pembeli berkepanjangan itu sudah berjalan dua tahun, yaitu sejak jalan baru dibuka dipersimpangan. Praktis tiada harapan prospek toko akan membaik lagi, seperti sebelum dibukanya jalan baru itu.
Apakah yang harus diperbuat? Sementara pemiliknya tetap berniat mempertahankan toko warisan orang tua.
Suatu hari, setelah membaca penyuluhan pengelolaan toko, pemilik itu berketetapan memilih serangkaian gagasan, mengambil langkah terobosan; dihubunginya beberapa distributor, mengajukan permintaan untuk menjadi pedagang besar (wholesaler/pedagang grosir).
Dua minggu kemudian, satu diantara distributor, yaitu distributor sabun, tertarik untuk menjadikan toko itu pedagang grosir nya setelah melakukan survey lapangan. Sebagai persyaratan, toko wajib menyetor sejumlah uang tanggungan, jaminan kepercayaan.
Isteri pemilik toko, yang mendukung rencana suaminya, dengan berat hati melepaskan perhiasan miliknya, dijual guna memenuhi persyaratan distributor. Apa yang kemudian diperbuat si pemilik adalah titik tolak sebenarnya dari kemajuan tokonya.