Kisah Sam Kok 5

Penemuan stempel kekaisaran memicu berakhirnya kekuatan gabungan yang memang rapuh. Mereka kemudian saling ber tempur saling bersiasat demi memperluas daerah kekuasaan. Yuan Shao merebut daerah JiZhou tanpa pengorbanan, tetapi kemudian berakibat perang terbuka, melawan mantan mitra.

Ketika induk pasukan gabungan tiba di Luo Yang, api yang membakar kota dan istana telah dipadamkan, puing reruntuhan telah dikumpul, bongkaran makam-makam telah ditutup kembali, oleh pasukan Sun Jian yang telah tiba lebih dulu, dan berkemah dekat kuil keluarga dynasty.

Luo Yang dibakarMalam itu, Sun Jian duduk diantara puing, terkenang kepada kejayaan kekaisaran, ia bersedih karenanya.
Pada saat itu beberapa tentaranya sedang menguras sumur dan menemukan benda berbentuk kubus terbuat dari batu kumala dan terdapat ukiran aksara diatasnya yang berbunyi: “Saya menerima perintah sorga, semoga saya beroleh hidup usia panjang dan makmur.”

Jenderal Cheng Pu mengenali benda kotak itu adalah stempel kekaisaran, diusulkannya agar Sun Jian pulang ke tempat asal nya. Jika penemuan stempel itu menandakan takdirnya menjadi kaisar, usaha besar harus dimulai dari tempat asal mereka.

Memperebutkan stempel kekaisaran.

Sun Jian menerima usul jenderal kepercayaannya, dan pikirnya: “Pada masa yang tiada menentu seperti saat ini siapapun dapat menjadi kaisar.” Tetapi tanpa sepengetahuan nya seorang tentaranya diam-diam melaporkan hal itu kepada Yuan Shao, mengharap akan mendapat hadiah.

Keesokan hari, Sun Jian mengajukan pengunduran diri dari pasukan gabungan dengan alasan kesehatan. Yuan Shao menanggapi: “Saya tahu bahwa anda sedang mengalami demam stempel pusaka kekaisaran.” Lalu, dimintanya agar menyerahkan stempel itu kepada selaku pimpinan koalisi.

Sun Jian menyangkal keberadaan stempel di tangannya: “Jikalau pada saya ada benda yang anda maksudkan, saya akan mati terbunuh dengan tubuh tercabik.”
Yuan Shao lalu menampilkan tentara yang menjadi saksi penemuan.

Sun Jian marah atas penghianatan tentaranya, dihunusnya pedang untuk membunuh nya, Yuan Shao menghunus pula pedangnya siap menghalangi, para penguasa disana lekas melerai. Sun Jian yang marah membawa pasukannya, pulang kembali ke tempat asalnya.

Berakhirnya gabungan kekuatan melawan Dong Zhuo.

Yuan Shao yang juga marah, menulis kepada Liu Biao, penguasa di JingZhou, memberi- tahukan prihal perbuatan Sun Jian, dan agar mencegatnya. Setelah itu, ia mengunjungi Cao Cao dan mengadakan perjamuan untuk menghiburnya.

Dalam perjamuan, Cao Cao mengemukakan kekecewaan; bahwa tiada persatuan yang baik antara mereka, bahwa mereka menunda-nunda, melewatkan kesempatan untuk mencapai tujuan. Sirna harapannya atas pasukan gabungan. Para penguasa terdiam. Setelah perjamuan, Cao Cao membawa sisa pasukan menuju YanZhou.

GongSun Zan pun melihat ketidak-mampuan Yuan Shao memimpin, diperintahkannya pasukan membongkar perkemahan dan mengajak Liu Bei menuju utara, meninggalkan Liu Bei disana sebagai penguasa PingYuan. Penguasa lain pun satu-persatu pergi, dan berakhirlah kekuatan koalisi yang dibentuk untuk menggempur Dong Zhuo.

Sun Jian yang dalam perjalanan pulang, melewati daerah JingZhou, dihalangi pasukan Kuai Yue dan Cai Mao, dua perwira yang dikirim Liu Biao untuk mencegat Sun Jian dan merebut stempel kekaisaran. Pasukan Sun Jian dengan mudah memukul barikade itu. Tetapi tak berselang lama, Liu Biao sendiri dengan pasukan besar, mengejar pasukan Sun Jian, sampai kedua mereka bertemu muka.

Sun Jian mempertanyakan mengapa Liu Biao mempercaya perkataan Yuan Shao, lalu dengan meSun Jian menunjuk langitnunjuk langit, seperti layaknya sedang bersumpah, menyatakan sangkal: “Jikalau saya menyimpan benda itu, maka biarlah saya mati di bawah hujan bacokan atau anak panah.”
Liu Biao tetap tidak mempercayai, berniat menggeledah barang bawaan Sun Jian.

Sun Jian merasa diremehkan dengan kata- kata Liu Biao, ia menyerang Liu Biao yang segera memacu kudanya menjauh. Seketika itu datang pasukan Kuai Yue dan Cai Mao dari sisi kiri kanan. Dengan pasukan Liu Biao dimuka, pasukan Sun Jian terkepung dari tiga sisi. Tetapi jenderal Cheng Pu, Huang Gai dan Han Dang bertempur dengan gagah sehingga Sun Jian dapat meloloskan diri.

Sun Jian kehilangan lebih dari separuh jumlah pasukannya. Sejak saat mana, mulailah permusuhan antara Liu Biao dan Sun Jian.

Siasat Yuan Shao merebut JiZhou.

Sepergi dari LuoYang, Yuan Shao menempatkan pasukan di HeNei, mereka mengalami bahan pangan dan mendapat bantuan dari Han Fu, penguasa JiZhou.
Penasihat Hong Ki menyarankan agar Yuan Shao merebut daerah JiZhou agar pasokan makanan lebih terjamin. Dianjurkannya Yuan Shao menyurati GongSun Zan, mengajak bersama menyerang JiZhou, dan berbagi dua kekuasaan atas JiZhou dengannya.

Pada waktu bersamaan, Yuan Shao mengirim utusan untuk memberitahu Han Fu akan rencana GongSun Zan menyerang JiZhou. Merasa Yuan Shao dapat dipercaya, setelah mengenal cukup lama, Han Fu mengundang Yuan Shao dan pasukannya masuk kota, untuk menambah kekuatan bertahan, tanpa peduli akan nasihat stafnya. Para stafnya yang kecewa dengan keputusannya ber-ramai mengundurkan diri.

Seberada di dalam kota, Yuan Shao memerintah bawahannya mengambil alih segala pengaturan daerah. Barulah Han Fu menyadari dan menyesali diri telah mengundang harimau masuk kandang domba. Dengan terpaksa pergi ia seorang diri, meninggalkan anak dan isteri, untuk bergabung dengan penguasa daerah ChenLiu.

Mendengar Yuan Shao telah menduduki kota JiZhou, GongSun Zan mengutus adiknya untuk menagih pembagian setengah dari daerah JiZhou. Yuan Shao menanggapi agar GongSun Zan sendiri yang datang, karena sesuatu hal yang hendak dibicarakan.

Adik GongSun Zan pulang dengan tangan kosong dan ditengah perjalanan ia dihadang pasukan, mengaku sebagai pasukan pengawal Dong Zhuo. Adik GongSun Zan tewas di bawah hujan anak panah. Pengikut yang berhasil meloloskan diri melaporkan kejadian kepada junjungan mereka.

GongSun Zan marah mendengar berita itu. Ia menyadari bahwa Yuan Shao telah meng gunakan namanya untuk mempedaya Han Fu. Kini ia kuat menduga, bahwa Yuan Shao yang membunuh adiknya, dengan menggunakan nama Dong Zhuo. Segera dikerahkan seluruh pasukannya untuk menyerbu JiZhou.

Pasukan kedua pihak berhadapan di kedua sisi sungai Pan. GongSun Zan dengan keras memaki Yuan Shao sebagai penghianat dan tidak menepati janji.
Yuan Shao menjawab bahwa pendudukannya atas JiZhou karena Han Fu menyerahkan kepadanya, tiada ber hubungan dengan perjanjian mereka.

Seketika itu Wen Chou, jenderal andalan Yuan Shao, menyeberang jembatan dan maju menyerang. Pertempuran terjadi sepuluh jurus, GongSun Zan tidak dapat bertahan, ia mengundurkan diri ke barisannya yang segera juga dibuat kocar kacir oleh Wen Chou.

GongSun Zan tersungkurGongSun Zan melarikan diri menuju bukit, dimana ia kehilangan busur dan helmnya. Dalam paniknya, kudanya tersungkur pula menjatuhkan penunggangnya. Wen Chou mendekat, untuk menusukkan tombak ke tubuhnya. Disaat kritis itu muncul seorang perwira muda berkuda, dengan tombak di tangan menangkis serangan Wen Chou.

Pemuda yang menolongnya tampak gagah berwajah lebar ber alis tebal. GongSun Zan berbesar hati melihatnya bertempur melawan Wen Chou, kekuatan mereka seimbang. Hingga pada jurus 60, pasukan bantuan GongSun Zan tiba, Wen Chou segera memacu kudanya kembali ke pasukannya.

GongSun Zan mendekati sang penolongnya; pemuda itu memberi hormat kepadanya. Ia adalah Zhang ZiLong alias Zhang Fen; mantan bawahan Yuan Shao, mengundurkan diri karena kecewa atas kebijakan Yuan Shao yang tak mencinta rakyat, tidak membela negara. Ia berniat bergabung dengan pasukan GongSun Zan guna menentang mantan atasannya.

GongSun Zan dengan gembira menerima namun belum sepenuhnya mempercayanya. Karena itu ia diberi posisi memimpin pasukan cadangan. Pada Keesokan hari, pasukan GongSun Zan dengan panji ‘Panglima’ kembali maju untuk bertempur, Yan Guang yang sebagai jenderal memimpin pasukan pelopor di muka.

Pasukan Yuan Shao hanya diam di seberang sungai, dari pagi sampai tengah hari, tidak keluar bertempur. Melihat itu, Yan Guang dan pasukannya menyerbu, sambil berteriak ramai. Tiba-tiba terdengar dentuman, dan langit bagai tertutup awan anak panah yang menghujani. Pihak penyerbu jatuh bergelimpangan tertancap panah. Yan Guang tidak keburu menarik mundur pasukan, karena jenderal Qu Yi dari seberang telah menyerbu ke depan dan memenggal kepalanya.

Qu Yi memimpin pasukan menyerang maju, ia membabat putus tiang panji “Panglima”, memporak poranda dan mengejar pasukan GongSun Zan. Pada saat itu, Zhang ZiLong tiba menghadang, dalam beberapa jurus Qu Yi tewas tertusuk tombaknya. Seorang diri Zhang ZiLong menyerbu masuk ke dalam barisan pasukan lawan. Melihat itu, pasukan GongSun Zan yang melarikan diri berbalik kembali maju menyerang.

Zhang ZiLong berhasil merangsek, sampai dekat ke posisi dimana Yuan Shao sedang menyaksikan pertempuran. Yuan Shao yang semula senang, mentertawakan ketidak mampuan GongSun Zan, terperanjat dengan keadaan yang berbalik dalam sekejap.

Melihat keadaan itu, penasihatnya menganjurkan Yuan Shao agar menyingkir. Namun, ia melempar helm nya ke tanah, dan berkata bahwa sebagai laki-laki lebih baik mati di medan pertempuran, dari pada melarikan diri dari hadapan musuh. Lalu ia memimpin pasukannya menyambut lawan, dan pertempuran berjalan seimbang.

Tak lama kemudian, tiba pasukan berjumlah besar dipimpin jenderal Yan Liang dipihak Yuan Shao, turut mengepung. Pasukan GongSun Zan menderita kekalahan besar, tiada terbilang tentaranya yang tewas atau tercebur ke sungai Pan. Zhang ZiLong mengawal GongSun Zan menerobos kepungan berlapis. Yuan Shao memimpin pasukannya terus mengejar.

Setelah pengejaran terjadi beberapa kilometer, dari balik perbukitan terdengar teriak “serbu”. Muncul pasukan yang dipimpin Liu Bei, Guan Yu dan Zhang Fei, mereka telah mengetahui terjadinya pertempuran dan datang untuk membantu GongSun Zan.

Bersambung . . .