Kabar kekalahan dan tewasnya Hua Xiong meresahkan Dong Zhuo, disaat bersamaan berkuatir bahwa Yuan Wei, paman Yuan Shao, yang berkedudukan sebagai pimpinan pertahanan negara, akan memberi dukungan kepada pasukan koalisi. Atas usul Li Ru, diperintahnya beberapa perwira membawa pasukan, untuk menghabisi Yuan Wei dan seluruh keluarganya, terjadi dalam tahun 190 AD.
Dong Zhuo menggerakkan pasukan.
Untuk memperkuat pertahanan di benteng lintasan sungai Si, Dong Zhuo memerintah Guo Si dan Li Jue memimpin 50ribu tentara kesana sedang ia bersama Lu Bu membawa 150ribu tentara menuju lintasan perangkap harimau pada malam itu juga.
Setiba disana, mendirikan perkemahan dan Lu Bu diperintah memimpin 30ribu tentara untuk mencegat gerak maju pasukan lawan. Dong Zhuo sendiri bersama pasukan, tetap berposisi ditengah lintasan.
Tidak lama kemudian pasukan gabungan di pimpin Wang Kuang tiba. Perwira Fang Yue maju bertempur, ia tewas di tangan Lu Bu dalam 4 jurus. Pasukan Lu Bu memukul mundur lawan, Wang Kuang nyaris tewas.
Menyadari keperkasaan Lu Bu tiada tanding, Cao Cao mengusulkan memikirkan jalan untuk mengenyahkan Lu Bu yang merupakan kekuatan utama Dong Zhuo. Belum lagi mereka siap dengan rencana, kembali Lu Bu menantang untuk bertempur.
Penguasa berbagai daerah telah tiba disana, lalu bergabung bersama menuju tempat dimana Lu Bu sedang menantang. Beberapa perwira maju melayaninya, satu persatu tewas atau terluka di ujung tombak Lu Bu, siapa kemudian memimpin pasukan untuk merangsek maju sampai dekat ke depan para tokoh penguasa pasukan gabungan.
Liu Bei bersama kedua saudaranya meraih kemenangan.
Lu Bu tampil menyolok di muka barisan pasukannya; bertopi perang emas kemerahan dengan rancang indah ekor burung menjuntai, jubah sutera merah beludru bersulam tabur bunga dan kepala hewan menyeringai.
Sabuk pinggangnya berkait cincin berukir kepala singa sangat indah. Busur dan anak panah tergantung di punggung, ditangannya terdapat tombak bulan sabit yang berat. Itulah Lu Bu di atas kuda semberani kelinci merah nya, dengan gagahnya mengobrak abrik pertahanan pasukan gabungan.
Menyaksikan kekalahan di pihaknya, GongSun Zan tidak dapat menahan diri, ia maju menempur Lu Bu. Setelah lewat beberapa jurus, ia kewalahan dan lari mengundurkan dengan di kejar Lu Bu. Disaat kritis, Zhang Fei maju membela, menyelamatkannya.
Setelah mengeluarkan kata-kata pedas atas ketidak-setiaan Lu Bu, dengan tombak di tangannya, Zhang Fei menyerang Lu Bu. Lebih 50 jurus pertempuran berjalan dengan seimbang. Melihat keadaan, Guan Yu maju membantu, pertempuran berlanjut dengan seru, berjalan sampai lebih 30 jurus.
Melihat tiada tanda kedua saudaranya akan memenangkan pertempuran, Liu Bei ikut membantu. Pertempuran berjalan sengit, pasukan gabungan terpesona menyaksikan ketiga bersaudara sedang berusaha mengepung Lu Bu, sampai saat Lu Bu tidak dapat lagi bertahan karena kelelahan.
Dengan gerak seakan-akan menusuk kearah Liu Bei, dipacunya kuda untuk melarikan diri ke dalam daerah lintasan. Ketiga bersaudara itu mengejar Lu Bu dan pasukannya, pasukan gabungan membarengi menyerbu dengan serentak diiringi teriakan riuh.
Di kejauhan batas lintasan terlihat payung besar peneduh atas kereta Dong Zhuo. Perhatian Liu Bei serta pasukan beralih, tak lagi mengejar pasukan Lu Bu, melainkan menuju benteng untuk menyerang.
Mereka disambut hujan bebatuan dan balok kayu dari atas benteng; Liu Bei terpaksa menarik mundur pasukan menjelang senja, kembali ke perkemahan, dimana mereka mendapat ucapan selamat dari para tokoh.
Di markas besar, Yuan Shao menerima laporan kemenangan, segera mengirim utusan kepada Sun Jian yang berada di sisi lain lintasan sungai, agar menggerakkan pasukan.
Sun Jian yang masih kesal atas kekalahan waktu lalu, yang disebabkan keterlambatan pasokan, bersama dua jenderal setia, Cheng Pu dan Huang Gai, mendatangi Yuan Shu untuk menegur. Yuan Shu yang memang bersengaja menunda pasokan agar Sun Jian tidak beroleh kemenangan, dengan gelisah memohon beribu maaf kepada Sun Jian.
Setelah reda amarah, Sun Jian kembali keperkemahan dan mempersiapkan pasukan. Sesaat kemudian, ia kedatangan Li Jue, yang diutus Dong Zhuo untuk menyampaikan pesan akan maksud berbesan, yaitu menjodohkan puterinya dengan putera Sun Jian. Dengan marah ditolaknya maksud itu dan diusirnya Li Jue dari hadapannya.
Dong Zhuo yang masgul dengan semangat tempur pasukannya yang merosot setelah kekalahan pasukan Lu Bu, bertambah lagi ia risau dengan gagalnya upaya pendekatan dengan Sun Jian. Tiada pilihan, ia menarik mundur pasukan dan menerima usul Li Ru; memindahkan ibukota ke Chang An.
Adapun usul Li Ru didasarkan perhitungan bahwa Han barat ber-ibukota di Chang An jatuh setelah 12 kaisar memerintah. Dengan demikian Han timur, yang ber-ibukota di Luo Yang, akan jatuh juga karena telah 12 kaisar memerintah. Karena nya, disarankan agar ibukota dikembalikan ke Chang An, untuk memulai lagi periode baru 12 kaisar.
Dong Zhuo memindahkan paksa ibukota.
Di LuoYang, banyak pejabat tidak setuju dengan rencana pemindahan ibukota karena akan berakibat kesengsaraan pada rakyat. Dong Zhuo yang tidak pernah peduli akan rakyat dengan berang memecat pejabat yang menentang rencananya. Rakyat dijarah terlebih dulu, kemudian dibawah pengawalan yang ketat, dipaksa berjalan kaki untuk pindah ke ChangAn. Makam kaisar pun tidak luput dijarahnya.
Kota LuoYang dikosongkan, lalu dibumi hanguskan atas perintah Dong Zhuo, sampai tiada lagi yang tersisa; istana, rumah penduduk, tempat ibadah, semua habis dibakar. Sepergi Dong Zhuo dari sana, panglima benteng lintasan menyerah kepada Sun Jian.
Sun Jian mendudukkan sebagian pasukan di benteng, kemudian dengan sisa pasukan menuju LuoYang dan mendirikan perkemahan, sambil memadamkan api, yang masih menjulangkan asap di sana sini.
Di perkemahan pasukan gabungan, Cao Cao menyarankan agar menyergap pasukan Dong Zhuo yang sedang mengundurkan diri. Yuan Shao tidak menerima saran dengan alasan pasukan sedang mengalami keletihan. Cao Cao menganggap sikap Yuan Shao sebagai pikiran picik, oleh karena itu ia sendiri memimpin pasukannya untuk mengejar pasukan Dong Zhuo.
Pasukan Cao Cao berhasil menyusul Lu Bu serta pasukan sedang mengawal pasukan Dong Zhuo di YingYang. Bertatapan muka, ia menghardik Lu Bu sebagai menghianat, karena menyandera kaisar.
Yang dihardik menusukkan tombaknya ke arahnya, yang lekas ditangkis XiaHou Dun. Selagi bertempur, pihak Lu Bu menyerbu, untuk menjepit pasukan Cao Cao.
Sesaat kemudian XiaHou Dun tak sanggup melayani Lu Bu lebih lama, memutar kuda kembali bergabung dengan pasukan. Lu Bu lekas mengerahkan pasukan maju menyerang dan pasukan Cao Cao terpukul mundur sampai ke kaki bukit dengan kekalahan besar. Saat itu malam telah larut, tanpa diduga pasukan penguasa YingYang, bernama Xu Rong turut menyergap mereka.
Cao Cao memacu kuda, namun ia lewat tepat, dimana Xu Rong sedang menghadang. Segera Cao Cao membalik arah dan Xu Rong mengejar sambil melepas anak panah ke arahnya. Dengan sebuah anak panah tertancap di pergelangan tangan, Cao Cao terus melarikan diri, ia terjatuh ketika dua tentara musuh muncul dari balik semak menetak kaki kudanya dengan golok.
Disaat kritis, Cao Hong tiba dan menewaskan dua tentara itu lalu ia memberikan kuda nya, mendesak Cao Cao menungganginya. Cao Hong dengan berjalan kaki mengawal Cao Cao, mencari jalan keluar. Lewat tengah malam mereka mencapai sebuah sungai besar, saat itu dibelakang mereka terdengar teriak para pengejar.
Mereka menanggalkan pakaian perang, agar Cao Hong dapat menggendong Cao Cao menyeberangi sungai dibawah hujan panah pasukan musuh yang makin mendekat ke tepi sungai. Setiba di seberang, mereka berjalan belasan kilometer lalu beristirahat di perbukitan.
Tidak lama berselang, terdengan lagi teriak; Xu Rong juga telah menyeberangi sungai. Cao Cao panik dan putus asa karenanya. Namun beruntunglah ia, kedua jenderalnya, XiaHou Dun dan XiaHou Yuan bersama belasan pasukan mendatangi. Xu Rong tewas ditombak XiaHou Dun. Selamatlah Cao Cao.
Tanpa kekuatan tempur lagi, pasukan yang semula berkekuatan lebih 10ribu tentara tertinggal hanya 500 orang. Bersama sisa pasukannya, Cao Cao kembali ke Luo Yang.
Bersambung . . .