Aksara mandarin dalam insert (orang Jepang menyebut sebagai aksara Kan-Ji) secara harfiah berarti keberuntungan. Aksara ini sangat digandrungi penduduk negara Asia Timur, biasa ditemui menghias dinding dalam rumah, kantor atau pintu.
Penafsiran akan keberuntungan beragam versi menurut kalangan masing-masing. Ada tradisi yang memandang sebagai nasib baik dan buruk yang tidak dapat disangkakan, kapan serta dimana datangnya, bagaikan hal gaib; kedatangannya selalu didambakan namun diluar kesanggupan manusia untuk memperkirakannya:
“Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak.”
Ada yang mengartikan keberuntungan sebagai hal langka atau mujizat, seperti didalam ungkapan harap-harap cemas berbunyi: “Semoga keberuntungan berpihak kepadanya, agar ia dapat bertahan hidup setelah malapetaka dahsyat itu.” Ada pula kalangan yang menghitung keberuntungan menurut kekayaan materi yang berhasil dikumpulkan.
Makin susah dan berat keadaan yang sedang dialami, makin besar kerinduan manusia akan keberuntungan, makin menyuburkan bagi berkembangnya kepercayaan maupun penyembahan, peramalan dan nujum, sampai kepada tahayul yang sulit diterima akal.
Kepercayaan menurut tradisi.
Setiap kalangan mempunyai perlambang pembawa keberuntungan/berkat masing-masing; Tuhan/Allah, dewa/dewi, sampai kepada pertanda phisik/spiritual termasuk perlambang aksara luck.
Mengenai aksara itu saja, displaynya tidak hanya berdiri tegak, seperti terlihat diatas, karena dikenal juga pemasangan terbalik (up-side-down).
Pemasangan aksara terbalik, dimaksudkan sebagai pernyataan bahwa keberuntungan (baca: materi) yang telah diperoleh selama ini belum memuaskan, belum mencukupi.
Entah sejak kapan orang memulai pemasangan terbalik sedemikian.
Dalam kalangan Tionghoa, warna merupakan nuansa yang penting. Warna merah dan keemasan menduduki urutan atas pembawa keberuntungan. Sedangkan warna hitam yang melambangkan perkabungan dan kenaasan, sedapatnya dihindari.
Pelafalan angka yang berdekatan dengan pelafalan kemalangan atau kematian dijauhi. Angka 13 dan 14 hampir tidak didapati pada nomor rumah, kamar, lantai gedung, atau nomor plat kendaraan bermotor dalam lingkungan masyarakat Tionghoa.
Mengurai pengertian keberuntungan.
Akan tetapi, adakah pandang tradisi mengenai keberuntungan sudah benar adanya?
Bagi yang telah memahami mengenai kehidupan di bumi ini, tentu menyadari bahwa yang sepantasnya ditunggu kedatangannya tiada lain adalah peluang.
Peluang yang datang inilah yang memberi kesempatan memperbaiki nasib diri.
Setiap orang bergilir dihampiri peluang, yang membedakan peruntungan antara orang yang satu dan yang lain adalah kesiapannya untuk merenggut peluang yang datang.
Seorang lebih beruntung dari pada yang lain bilamana ia lebih berkesiapan merenggut peluang yang menghampirinya. Luck is, when Opportunity meets Preparation.
Keberuntungan = Persiapan + Peluang.
Dengan pengertian ini, keberuntungan bukan lagi merupakan hal yang gaib, melainkan bergantung kepada bagaimana kesiapan menyambut peluang. Ibarat gadis yang selalu tampil rapih bersikap ramah, setiap saat dengan kepribadian dan sikap yang baik, siap menyambut sang pangeran hati.
Dengan kecerdasannya, orang berupaya mengenali tanda-tanda kedatangan peluang. Dari antara sekian banyak peluang, ada yang datangnya periodik dan mudah diprediksi seperti datangnya musim hujan/semi untuk mulai bercocok tanam, tanda telah masak tanaman untuk melakukan panen, begitupun dengan arah angin bagi kegiatan melaut nelayan.
Orang yang cerdik adalah mereka yang memanfaatkan peluang dengan sebaik-baiknya sedangkan yang lain bahkan tidak menyadari sekalipun banyak peluang telah berulang kali menghampirinya dan berlalu dari nya tanpa meninggalkan jejak.
Diluar yang periodik datangnya, kebanyakan peluang sukar diprediksi akan kapan dan dimana. Siapakah dapat memperkirakan akan jodoh, lowongan pekerjaan yang baik?
Peluang itu datang bagai pencuri layaknya; disayangkan bahwa tiada pencuri memberi tahu jadwal kedatangannya.
Untuk menangkap peluang yang mencuri datang itu, tiada pilihan selain bersiap selalu, selama 24 jam sehari, 7 hari seminggu, atau peluang akan berlalu sebelum tersadari, sedangkan peluang yang sama belum tentu menghampiri untuk kedua kalinya.
Dengan demikian, kiranya persiapan merupakan esensi, penentu akan keberuntungan setiap individu. Makin baik persiapan dalam seluasnya aspek, makin baiklah persiapan. Untuk itu diperlukan commitment kerja keras bagi persiapan, itulah orang yang genius.
Orang yang genius menyadari sepenuhnya bahwa keberuntungan adalah keberhasilan melalui kerja keras.
Genius is of 10% inspiration and 90% perspiration
(10% inspirasi dan 90% kerja keras).
Mengenali peluang adalah hal inspiratif (10%), bekerja keras untuk membuahkan hasil adalah bagian terbesarnya (90%).
Jadi, mengapa kita menggantungkan keberuntungan kita atas kepercayaan yang tidak jelas, sementara kita sendiri dapat menentukan keberuntungan kita melalui persiapan yang kita lakukan dengan sebaiknya untuk menyambut peluang?