Tips, Memilih Job.

Beralih profesi menyimpang dari latar pendidikan bukan suatu hal buruk, Jangan merasa berhutang terhadap latar pendidikan. Bagaimana menjalani hidup, jika pekerjaan tak mendatangkan ketentraman dan kebahagiaan di rumah, walau upahnya besar dan menjanjikan masa depan yang baik.

Memilih bidang pekerjaan hampir tiada bedanya memilih pasangan hidup. Layaknya memilih tebu, sulit menunjuk mana yang manis. Pekerjaan yang menyenangkan untuk seorang, mungkin tidak cocok untuk teman se-almamater, sebangku kuliah.

Teknisi berbakat dan piawai mengenai kelistrikan, belum tentu akan merasa nyaman bekerja untuk perusahaan penghasil listrik, dimana ia harus siap bangun dari tidur di tengah malam, manakala terjadi permasalahan pada mesin pembangkit listrik.

Pengaruh pekerjaan atas pola hidup.

happy workBagi orang ber-dedikasi, pekerjaan adalah perkawinannya kedua; perkawinan dengan perusahaan dimana ia bekerja, walau tiada keterikatan seumur hidup namun support pasangan akan efektif bila dimulai dengan memahami pengertian ini.

Bidang pekerjaan kepala keluarga sangat dominan pengaruhnya atas pembentukan pola hidup keluarga.
Profesi kepala keluarga bernafkah dengan pasti, bahkan drastis, akan membelokkan arah perjalanan ber-rumah tangga dari yang direncanakan semula.

Menjadi pilihan bagi kepala keluarga untuk menentukan; membiarkan bidang profesi membentuk pola hidup keluarga sepanjang pendapatan mencukupi kebutuhan hidup, apalagi jikalau berlebihan. Atau ber-inisiatif untuk tetap menjadi pengarah perjalanan ber-rumah tangga, memilih pekerjaan lain, dengan prioritas utama untuk kebahagiaan keluarga.

Untuk pilihan terakhir, beberapa point dibawah dapat dijadikan bahan pertimbangan.

1). Jangan tergiur dengan pendapatan orang lain.

Setiap pendapatan besar, selalu menuntut pengorbanan dan resiko yang besar pula.
Melihat kawan bekerja di kapal tanker dengan gaji besar, kita mungkin tertarik untuk menjalani profesi yang sama. Tetapi sebelum memilih pekerjaan itu, adalah sebaiknya tanyakan diri sendiri, akankah siap terombang-ambing di lautan, berminggu lamanya, ber-ratus kilometer jauhnya dari keluarga.

Agen asuransi yang berhasil mengumpulkan banyak client, ia memperoleh pendapatan besar. Namun perlu diketahui bahwa sebelum agen memetik hasil, ia telah lebih dulu menjalani hidup bertahun dengan nafkah relatif sangat rendah, biaya perjalanan yang memberatkan, belum lagi waktu perjalanan.

Suami isteri yang berangkat bekerja pagi hari, kembali sesudah gelap hari, agar dapat mempunyai rumah sendiri, adalah pasangan yang belum siap mempunyai anak, atau mereka akan membiarkan anak dibesarkan dan diasuh baby sitter.

2). Pilihlah karir yang ber prospek baik.

Sangat sedikit orang beruntung mendapat perkerjaan cocok sejak awal masa bekerja, sementara banyak yang telah puluhan tahun ber profesi karyawan belum juga merasa nyaman, belum puas dengan bidang pekerjaan yang sedang dijalani; ini terjadi karena yang bersangkutan terlena dan berhenti mencari pekerjaan baru.

Berpindah kerja dari satu perusahaan ke perusahaan lain membutuhkan ‘keberanian’ untuk mencoba. Ada yang cenderung bertahan kerja pada perusahaan kecil dimana ia adalah karyawan senior. Bagai belalang; di negeri serangga, kata belalang akulah elang. Tiada keberaniannya mencoba bekerja di perusahaan besar, tiada keberanian bekerja dimana ia akan menjadi karyawan junior.

Lapangan kerja yang baik adalah dimana tersedia kesempatan mencapai peningkatan karir ke jenjang yang lebih tinggi. Kendatipun untuk itu, mungkin harus memulai pada posisi yang relatif lebih rendah.
Di perusahaan yang telah mapan (well-established) tersedia kesempatan belajar besar bagi setiap karyawan. Jenjang karir yang terbuka pantas (worth) untuk diperjuangkan.

3). Libatkan pasangan secara proporsional, jangan berlebihan.

Mempertimbangkan pemilihan pekerjaan bersama pasangan, memang suatu hal yang baik, hanya saja perlu diingat bahwa betapapun dicoba memberi gambaran mengenai pekerjaan yang sedang dijalani, penangkapan pasangan akan keadaan pekerjaan tiada dapat secara seutuhnya.

Ada suami sangat bergantung kepada keputusan isteri dalam menentukan pilihan job. Bila ini yang terjadi, selain menyulitkan posisi isteri, yang terpenting lagi adalah bahwa orang yang tidak menjalani dan kurang memahami, tidak dapat diharap pertimbangan yang objektif, terlebih lagi apabila unsur remunerasi (gaji, tunjangan dan sebagainya) menjadi satu-satunya orientasi pandang pasangan.

Masukan, saran serta keberatan, pasangan adalah baik menjadi bahan pertimbangan. Setelah itu, buatlah keputusan sendiri, sesuai menurut pola hidup berkeluarga yang di sepakati bersama pasangan.

4. Jangan merasa berhutang terhadap latar pendidikan.

Adalah logis memilih bidang pekerjaan sehubungan dengan latar pendidikan. Namun, bagaimana jikalau pekerjaan itu ternyata tidak mendatangkan ketentraman di rumah, meski pekerjaan itu menjanjikan akan pendapatan besar atau masa depan yang baik.

Ada musisi yang hanya pernah menulis sebuah lagu saja. Sesudah lagu pertama yang juga adalah lagu terakhir, ia tidak lagi menekuni dunia musik, dikarenakan isteri tidak menyukai pergaulannya dengan sesama artis, penyanyi dan musisi.
Demi isteri, ditinggalkan dunia dimana ia mempunyai latar belakang mumpuni, beralih profesi ke bidang yang sama sekali tiada berkaitan dengan musik.

Adalah phenomena umum, banyak terjadi, orang ber-profesi dalam bidang yang sama sekali tiada berhubungan dengan latar pendidikan. Bukan saja di negara berkembang, di negara majupun banyak ditemui sedemikian, padahal disana terdapat lebih banyak kesempatan bagi penafkah alih profesi. Ini menunjukkan, bahwa pemilihan pekerjaan yang cocok tetap merupakan persoalan serious bagi setiap warga dimanapun berada.

Kesimpulan.

Di negara maju, profesi sopir bus, pengumpul sampah atau operator alat berat, cukup untuk menafkah keluarga sebagai anggota masyarakat kelas ekonomi menengah.
Terlebih lagi Jikalau ia bekerja untuk pemerintah. Umumnya gaji pegawai negeri lebih tinggi dari pada gaji pegawai swasta, juga kualifikasi seleksi pada penerimaan pegawai negeri lebih tinggi dari pada kualifikasi pegawai swasta.

Kenyataannya, nafkah mencukupi tidaklah selalu menjadi unsur pemberi kenyamanan dan para pekerja disana masih berusaha mencari lagi pekerjaan lain yang lebih sesuai dengan kehidupan yang mereka idamkan, walau gaji dari bidang pekerjaan baru tidak sebesar gaji pada pekerjaan lama. Dalam hal ini disadari benar, bahwa ke-berantakan hidup harus dibayar mahal, tidak ter-kompensasi dengan nafkah berapapun besarnya.

Meninggalkan bidang yang kita pelajari di bangku perguruan bukan suatu yang buruk. Ilmu pengetahuan hanyalah pendukung dan kita adalah subjeknya, bukan sebaliknya. Adalah keberuntungan besar, tentu saja, apabila bekerja di bidang yang sesuai dengan pengetahuan dan pendidikan kita, sepanjang bukan merupakan hal yang dipaksakan.

Pekerjaan yang awalnya dijalani dengan ketentraman dapat berubah menjadi tekanan bathin, dikarenakan perkembangan suasana tempat kerja, peraturan pemerintah, dan sebagainya. Jangan terpaku lama, sedapatnya mencari pekerjaan baru sekalipun harus beralih kepada bidang yang tidak berkaitan dengan bidang pendidikan kita, setidaknya untuk sementara.