Tidak setiap orang beruntung mendapat kesempatan, mengenyam pendidikan formil perguruan tinggi mengumpulkan ijazah. Dan tak setiap orang ber ijazah membuktikan kemampuan bekerja, menerapkan apa yang telah dipelajarinya. Sebaliknya, ada yang berlatar pendidikan sederhana saja, namun menunjukkan perjalanan karir yang baik.
Mungkin pernah kita mendengar kemajuan karir yang pesat; dimulai dari posisi bagian cleaning service, kemudian mencapai kedudukan puncak perusahaan multi-nasional. Prestasi yang mengundang decak kagum kalangan profesional, kemajuan karir impian setiap karyawan.
Dari antara orang bernasib baik dimaksud kebetulan adalah kolega senior penulis se- masa muda, selagi masih berkarya. Pribadinya tiada menampak sesuatu yang istimewa, selain hanya minat dan caranya mempelajari segalanya, secara detail atas pekerjaan pada setiap tingkat jenjang karir yang dijalani, sehingga membuahkan hasil kerja yang memuaskan bagi perusahaan.
Lazimnya, ijazah adalah persyaratan yang perlu dipenuhi untuk melamar pekerjaan. Tujuannya untuk mengenali (recognize) mana dari antara pelamar yang pantas diberi kesempatan untuk menjalani masa percobaan kerja. Pe-rekrut sumber daya manusia yang berpengalaman menyadari dengan baik bahwa ijazah sama sekali bukan jaminan keterampilan kerja, namun mereka larut dengan kebiasaan, menambah ijazah sebagai persyaratan melamar.
Tingkat kecerdasan yang tinggi untuk menyerap pelajaran akan mempersingkat waktu untuk menerima pelatihan yang diberikan. Akan tetapi, trampil tidaknya menerapkan apa yang telah dipelajari bergantung kepada alasan untuk belajar; orang yang belajar dengan motivasi menguasai bidang pelajaran, ketrampilan menerapkan pengetahuan akan baik, jauh lebih baik, dari pada yang belajar agar lulus ujian, memperoleh ijazah.
Menanamkan pengetahuan bagi diri sendiri tidak cukup hanya dengan membaca atau mendengar atau melihat. Penerimaan secara pasif verbal, belum cukup menanamkan pengetahuan ke dalam ingatan, jangan dikata lagi kemampuan menerapkan.
Penerimaan pengetahuan secara pasif hanya membuat seorang menjadi mengerti.
Hasil penelitian tokoh motivator Allsopp, menunjukkan bahwa kebanyakan orang yang membaca, setelah selang dua minggu, yang tinggal dalam ingatan hanya 10% dari apa yang dibaca. Dari hasil mendengar, setelah dua minggu, yang teringat hanya 20%.
Sedangkan dari hasil melihat dan mendengar, setelah selang waktu yang sama, yang tinggal dalam ingatan adalah 50%.
Penerimaan pengetahuan secara aktif adalah jauh lebih efektif, caranya adalah dengan ber-partisipasi; mengulang dengan kata-kata sendiri, mengenai segala yang dipelajari, atau mendiskusikan bersama pihak yang berkompeten memberi tanggapan. Terlebih baik lagi, bila membuat catatan, memberi dukungan besar kepada pengingatan.
Dua minggu kemudian, yang masih tertinggal dalam ingatan adalah 70% dari apa yang dipelajari.
Murid pandai matematika mungkin saja menemui kesulitan menghafal rumus, sampai merasa perlu membuat contekan pada kertas kecil. Tetapi, biasanya setelah contekan selesai ditulis, kebutuhannya akan contekan drastis berkurang, ini terjadi dikarenakan keterlibatan tangan menulis rumus telah membantunya menghafal rumus dimaksud.
Hasil terbaik belajar didapat, dengan juga mempraktekkan. Sesudah selesai mengikuti suatu bagian pelajaran, mengulangi dengan kata-kata sendiri, diikuti mengerjakan soal latihan pelajaran yang baru diterimanya; inilah training yang sebenar-benarnya. Setelah melewati dua minggu hasil yang tersimpan dalam ingatan masih sangat tinggi, 90%, dan masih ditambah ketrampilan menerapkannya.
to know is one thing
to understand is another thing
to do is really something else
Sudah barang tentu ada pengecualian pada orang tertentu mengenai cara belajar yang efektif. Dan kiranya baik disadari, dalam kecenderungan professional seperti sekarang, pembelajaran hendaknya ditujukan kepada mendalami pengetahuan (bukan meluas).
Mempelajari satu hal sebanyak 12 kali memberi hasil lebih baik dari pada mempelajari 12 hal dan masing-masing hanya satu kali. – pepatah Yunani kuno.
Setelah dua minggu, yang masih tertinggal dalam ingatan.
Dari Membaca 10% penerimaan verbal
Dari mendengar 20% penerimaan verbal
Dari melihat 30% penerimaan verbal
Dari melihat dan mendengar 50% penerimaan visual
Mengulang dengan kata-kata sendiri 70% menerima dan berpartisipasi | aktif
Mengulang dan melakukan (berbuat) 90% mengerjakan | aktif
Terlihat betapa tingginya hasil belajar, melalui mengulang pelajaran yang didapat, dan mengerjakan latihan secara aktif.