Petuah mengenai perlunya kepribadian yang baik.
Dikisahkan semasa dynasty Ming di sebuah kota di Tiongkok, adalah seorang pemuda welas asih, mengikuti pendidikan di sebuah perguruan. Walaupun berasal dari desa, ia berpandangan luas dan berpendirian lurus. Melihat kepribadiannya yang sangat baik, para dewa berniat memberi dukungan kepadanya, agar ia mendapat kedudukan yang baik di pemerintahan demi perbaikan kehidupan rakyat.
Untuk itu diutuslah satu dari antara dewa menjelma menjadi manusia untuk menemui Goan, demikian nama pemuda itu. Kepadanya diserahkan tiga pucuk amplop tertutup, serta pesan untuk membukanya apabila menghadapi kesulitan, sesuai urutan nomor pada amplop, 1, 2 dan 3.
Goan tidak memahami benar maksud dari pesan itu dan disimpannya saja tiga pucuk amplop itu tanpa perhatian yang serious.
Suatu hari Goan berminat untuk melamar pekerjaan pada instansi pemerintah, dan sebagaimana ketentuan berlaku, pelamar diharuskan menempuh ujian penyaringan penerimaan pegawai yang diadakan sekali dalam setahun.
Akan tetapi dimaklumi, bahwa adalah sulit sekali untuk dapat lulus ujian penyaringan tersebut, karena tidak ada keterangan yang jelas mengenai hal yang akan diujikan; setiap tahun team panitya dengan sekena hati mempersiapkan soal ujian. Banyak kakak kelasnya yang telah menempuh ujian tahun-tahun sebelumnya, dan tiada seorangpun yang lulus.
Teringat ia akan amplop yang disimpannya, dibukanya sebuah yang bernomor 1 tanpa ekspektasi; dibacanya nota yang terdapat di dalamnya: “Lusa, pada sore hari, pergilah minum ke rumah (kedai) teh yang berada dekat persimpangan jalan.”
“Apa maksud isi surat ini?” Demikian ia membathin tidak mengerti. Rasa ingin tahunya membuat ia pergi juga ke tempat dan pada waktu, seperti tertulis pada nota. Sejenak duduk dan minum disana, terdengar olehnya percakapan dua orang yang duduk tepat bersebelahan meja dengannya, hanya terbatasi sebuah tirai tipis.
“Kabarnya, ujian penerimaan pegawai negeri akan digelar bulan mendatang? Soal apa yang telah anda siapkan untuk ujian kali ini?” tanya yang seorang. “Oh, untuk tahun ini saya telah mempersiapkan soal yang tidak kalah sulitnya dari pada soal tahun lalu dan saya yakin tidak ada peserta yang dapat menjawabnya.” Demikian jawab yang ditanya, lalu dengan bangga ia membeberkan detail soal, disertai jawabnya. Kemudian mereka tertawa terbahak.
Ternyata orang itu adalah ketua panitya ujian tahun berjalan, sedang asyik mengobrol dengan teman di kedai itu. Keruan saja Goan sangat bergirang hati mendapat bocoran soal lengkap dengan jawabnya; keesokan hari ia mendaftar sebagai peserta ujian, yang akan diadakan minggu mendatang.
Dua minggu kemudian hasil ujian diumumkan; Goan calon satu-satunya yang lulus dari kota itu. Tidak mengherankan, angka kelulusannyapun sangat tinggi. Untuk itu, ia diterima sebagai pegawai negeri dengan jabatan setingkat lurah.
Untuk kedudukan lebih tinggi dibutuhkan koneksi dengan panitya.
Selama dua tahun menjabat, Goan berupaya dengan keras meningkatkan taraf kehidupan warganya yang kebanyakan adalah petani miskin. Keadaan mana sangatlah memilukan hatinya, sehingga sebagian besar gajinya digunakan untuk membantu, antara lain untuk membelikan obat untuk warga yang menderita sakit.
Upayanya mensejahterakan warganya, terbentur dengan pajak tinggi yang ditetapkan gubernur propinsi. Apakah lagi yang bisa ia perbuat dengan kedudukan lurah?
Teringat ia akan dua amplop yang masih disimpannya. Kali ini dibukanya amplop yang bernomor 2 dan didapati nota: “Pergilah kunjungi kota tetangga minggu mendatang.”
Pada hari yang ditentukan, Goan membaur diantara kerumunan di kota dimaksud itu, dalam keramaian mengelu-elukan puteri raja, yang berkenan berkunjung, pada jelang musim tanam, untuk berdoa bersama warga bagi keberhasilan panen mendatang.
Goan mendapat posisi disisi pendopo yang dibangun khusus untuk rombongan puteri sehingga dapat menyaksikan dari dekat, kegiatan puteri raja bersama dayang selama upacara ritual berjalan. Tanpa terduga, ia sering beradu pandang dengan sang puteri dan keduanya merasa saling jatuh cinta, dengan dayang yang memperantarai, mereka mendapat kesempatan untuk berkenalan.
Hubungan Goan dan puteri raja meningkat kepada pernikahan; adapun puteri raja itu diperkenankan menikah dengan rakyatnya dikarenakan dilahirkan oleh seorang selir. Sebagai menantu raja, Goan mendapat kepercayaan istana untuk memegang jabatan sebagai gubernur propinsi.
Jabatan gubernur mendukung Goan, dengan upayanya mendatangkan kesejahteraan warga. Goan sangat digandrungi dan dihormati serta dipertahankan para warga untuk tetap memimpin propinsi seumur hidupnya.
Memasuki usia sangat lanjut, kekuatan dan keadaan kesehatan sangat menurun, tabib yang didatangkan dari seantero propinsi tidak ada yang sanggup mengobati.
Teringatlah ia akan amplop yang ketiga. Dan kali ini nota berisikan tulisan: “Bersiaplah waktu anda sudah dekat.”
Tiada hal yang dapat diperbuat, selain mempersiapkan pengalihan kedudukan kepada pengganti pilihannya, yaitu seorang dari stafnya, yang selama bertahun menunjukkan dedikasi bagi kesejahteraan rakyat.
Demikian kisah yang merupakan petuah. Kiranya kisah ini mengandung pesan, bahwa setiap orang yang berkepribadian baik, kepadanya akan diberi petunjuk mengenai apa yang sebaiknya ditempuh, agar kebaikan yang pada dirinya dapatlah bermanfaat bagi banyak orang dan bagi dirinya sendiri.