Lee Kuan Yew, tokoh pembangun.

Lee Kuan Yew memimpin negara merdeka, berwilayah pulau relatif kecil dengan sumber alam tidak mencukupi kebutuhan hidup penduduk sedang air saja dibeli pasokan dari Malaysia, setelah melewati masa perjuangan panjang, membentuk dan membangun Singapura yang maju, menjadikannya satu dari antara negara kaya dunia, dengan penduduk hidup makmur.

Singapura adalah koloni Britania, yang memperoleh otonomi internal sebagai anggota persemakmuran dalam bulan Maret 1957, berkat kebijakan tokoh Lim Yew Hock yang menjawab kekuatiran pihak kolonial akan ancaman komunis.

Atas perintah Lim Yew Hock, selaku ketua menteri Singapura, dilakukan penangkapan politisi pro-komunis. Dari antara anggota partai yang dipenjara, terbanyak adalah dari People’s Action Party (P.A.P.), Hal mana, menguntungkan bagi tokoh lain dalam partai tersebut, yang tergusur dari kedudukan sekretaris jenderal (ketua) karena ulah curang rekan sesama partai, yakni mereka yang telah ditangkap itu.

Perdana Menteri yang pertama dengan masa-masa sulit.

Lee Kwan YewTokoh tadi meraih kembali kedudukannya dalam partai dan berhasil membawa P.A.P. menang dalam pemilihan anggota dewan legislatif tahun 1959;
dengan meraup empat puluh tiga dari lima puluh satu kursi.

Sekretaris jenderal dari partai pemenang, sesuai ketetapan, akan memimpin negara sebagai perdana menteri.
Itulah perdana menteri Singapura pertama tokoh Lee Kuan Yew, dengan gubernurnya Sir William Allmond Codrington, wakil dari pemerintah kolonial sebagai kepala negara, Yang di-Pertuan Negara.

Kemenangan gemilang itu mengejutkan para pebisnis setempat dan sekitarnya karena dalam pandang mereka masih banyak anggota partai yang bersetia kepada komunis. Berbondonglah pebisnis dari Singapura mengambil ancang-ancang untuk memboyong kegiatan ke Kuala Lumpur; ancaman keterpurukan sosial ekonomi membayangi.

Kabinet parlementer bekerja keras meng-antisipasi exodus itu dan masalah sosial yang mungkin timbul karenanya. Menteri keuangan, Goh Keng Swee, menetapkan kebijakan keringanan pajak, menteri lain dengan kebijakan kemudahan lainnya. Semua ditujukan guna menarik investor asing dan lokal berkegiatan pada lahan industri di Jurong.

Pada 21 Mei 1961, perdana menteri Malaya, Tunku Abdul Rahman, membuka gagasan negara federasi, yang merdeka sepenuhnya dari pemerintah kolonial. Tokoh pimpinan P.A.P. menyambut dengan baik, meng-kampanye-kan federasi Malaysia di parlemen.

Telah sejak lama tokoh pimpinan P.A.P. memikirkan bagaimana mungkin keterbatasan wilayah Singapura dengan sumber alam minim dapat mendukung kelangsungan hidup sebuah negara. Kebergabungan dengan Malaya adalah solusi yang baik, secara historic dan ekonomi, kedua wilayah memang mempunyai keterkaitan sangat kuat.

Akan tetapi mereka yang berkiblat kepada komunis melihat kebergabungan Singapura dalam federasi merupakan ancaman, bahwa partai UMNO, yang memimpin di Malaya, yang anti-komunis, tentu akan membantu P.A.P. menyingkirkan mereka.

Banyak kalangan berpendapat, bahwa sikap otoriter Lee Kuan Yew mulai terlihat pada pemungutan suara mengenai kebergabungan dengan Malaya pada 1 September 1962. Hanya dua pilihan voting, antara ‘yes’ dan ‘abstain’, tiada pilihan ‘no’. Hasil referendum adalah 70% mendukung, sebagian besar dari sisanya sama sekali tidak memilih.

Pada 31 Agustus 1963, Singapura resmi menjadi bagian dari Malaysia, yang terdiri dari Malaya, Singapura, Sabah dan Serawak. Walau untuk itu, beberapa tokoh lama keluar meninggalkan P.A.P. mengancam akan menurunkan perdana menteri dari jabatannya, beberapa lainnya membentuk partai baru, Barisan Sosialis.

Setelah perjuangan susah payah, ternyata kebergabungan Singapura di dalam federasi tak bertahan lama. Iklim politik dan issue ras, membuat Malaya memandang Singapura tidak menunjukkan kesetiaan terhadap pemerintah pusat. Betapapun keras kompromi diupayakan, Singapura tetap harus keluar dari negara federasi Malaysia.

Dengan menahan air mata, Lee Kuan Yew menyampaikan keterpisahan Singapura dari federasi, melalui konperensi press televisi, pada 9 Agustus 1965. Siaran mana, sempat terhenti beberapa kali, untuk memberi kesempatan menenangkan diri dari kesedihan. Setelah itu kesehatan perdana menteri terganggu selama beberapa minggu.

Sebuah negara merdeka penuh hanya dengan wilayah sebuah pulau utama relatif kecil dan 62 pulau lain yang lebih kecil, sumber alamnya tiada dapat mencukupi kebutuhan penduduk, kebutuhan air saja dibeli dari Malaya, tanpa pula kemampuan pertahanan, harus berpisah dari federasi, bagai anak yatim-piatu yang terlunta.
Penanda tanganan resminya Singapura keluar dari federasi merupakan kenangan yang menyedihkan sepanjang hidup bagi Lee Kuan Yew.

Kesusahan yang dialami merupakan tantangan besar untuk dapat segera diatasi, pada saat mana masih terasa dingin hubungan dengan Indonesia, seusai masa konfrontasi antara Malaysia dan Indonesia.
Kendati keadaan sedemikian, Singapura menepis sikap belas kasihan perdana menteri Britania, Harold Wilson.

Beban pemerintahan betapapun beratnya, tetap dipikul bersama rekan-rekan. Setelah merembukkan, ditentukan suatu sikap bahwa Singapura akan hadir dalam percaturan politik di dunia.

Membentuk dan membangun kejayaan Singapura.

Dengan wilayah terbatas miskin sumber alam, dengan hanya bermodalkan penduduk yang dibina semangat kerjanya, Lee Kuan Yew, etnis Tionghoa generasi yang ke empat di Singapura, mengarahkan penduduk Singapura kepada kemajuan.

Ketrampilan tenaga kerja penduduk ditingkatkan melalui berbagai fasilitas pendidikan, infra-struktur dibangun terpadu. Untuk mengikis korupsi, pembuatan undang-undang didorong agar memberi kekuatan dan keleluasaan gerak kegiatan biro pengusut kasus korupsi. Kebebasan demokrasi ditentukan batasannya sebagai mendisiplinkan rakyat.

Dengan ketersediaan tenaga kerja trampil, lahan dengan infra-struktur memadai, serta bersih dari korupsi dan pungutan liar, ditambah kebijakan pajak yang rendah dan letak geografis yang strategis, menjadikan Singapura menarik bagi para investor asing; lebih dari 7.000 perusahaan multi-nasional berkegiatan disana membuat negara itu tercatat sebagai eksportir dan importir besar dan satu dari negara terkaya di dunia.

Bagi kalangan tertentu pemerintah Singapura bersikap otoriter, akan tetapi negara itu terbuka bagi berbagai istiadat kebudayaan dan kebebasan beragama. Meski mayoritas penduduk dan birokrat adalah etnis Tionghoa, diskriminasi ras tidak diperkenankan. Di sana semua kesempatan terbuka bagi setiap warga. Satu diantara keunikan negara itu, adalah keberagaman pada istiadat dan budayanya.

Lee Kuan Yew berlatar pendidikan perguruan tinggi masa kolonial Britania, berbahasa Inggris (sebagai bahasa ibu) dan baru mulai belajar berbahasa Mandarin pada usia 32 tahun. Namun kemudian menganjurkan Mandarin sebagai bahasa nasional disamping bahasa Inggris. Dua bahasa dunia sebagai bahasa nasional, merupakan keunikan lain Singapura.

Unik dan menarik adalah kebijakan ketetapan bahwa setiap perusahaan harus terbuka bagi warga berusia lanjut dan masih mampu bekerja, agar dapat mereka membelikan buah-tangan untuk cucu tercinta. Kepedulian besar kepada rakyat terlihat, antara lain atas kasus anak yang mengenyahkan orang tua sendiri. Lihat artikel.

Pada akhir tahun 1992, setelah 32 tahun membentuk dan membangun Singapura yang maju, Lee Kuan Yew mengundurkan diri dari P.A.P. dan duduk dalam kabinet sebagai menteri senior, mendampingi perdana menteri Goh Chok Tong.
Karir terakhir adalah menteri mentor, yang mendampingi Lee Hsien Loong, puteranya yang sulung, yang menjabat sebagai perdana menteri.

Kiranya buah pikiran dan pengalaman bapak pembangun Singapura di dalam empat masa berbeda, adalah pelajaran yang sangat bernilai. Mungkin tokoh ini satu-satunya kepala pemerintahan yang menyanyikan empat lagu kebangsaan dalam empat masa berbeda.

Menyanyikan “God save the king” dalam masa kolonial Britania, kemudian “Kimigayo” dalam masa pendudukan Jepang, berlanjut “Negaraku” dalam masa federasi Malaysia, berakhir dengan “Majulah Singapura” lagu kebangsaan sendiri.

Kini Lee Kuan Yew telah wafat, akankah pikirannya berhenti bekerja untuk Singapura? Sebagaimana dikatakan sendiri: “Even from my sick bed, even if you lower me into the grave and I feel something is going wrong, I will get up.”
Dari tempat tidurpun ketika saya sakit, sekiranyapun anda menurunkan saya ke dalam kubur dan saya merasakan sesuatu yang salah sedang terjadi, saya akan bangkit.

Selamat jalan tuan Lee Kuan Yew, selamat beristirahat setelah kerja keras memajukan Singapura yang sangat membanggakan.