Seperti kata petuah, bahwa bagi seorang anak yang baik, tidak akan ada halangan yang merintangi niatnya untuk berbakti kepada orang tua. Dimanapun berada ia selalu akan menemui jalan menunjukkan perbuatan baktinya, seperti mungkin ditunjukkan dalam cerita ini.
Adalah seorang anak bungsu dua bersaudara, Peter, pemuda baik hati, ia bersemangat dan jujur, tidak terpengaruh untuk mengikut kenakalan beberapa teman sekolah. Sejak kakak perempuannya menikah, pindah ke negara lain, praktis ia lah yang menjalankan usaha peternakan sapi perah dan kebun sayur keluarga; ayah dan ibunya sudah mulai uzur.
Suatu hari polisi datangi ke rumah mereka untuk membawa Peter, ia dicuriga terlibat kejahatan berdasar keterangan saksi mata yang mencatat nomor polisi sepeda motor nya ketika pelaku kabur melarikan diri dari tempat kejadian perkara.
Kendati Peter menerangkan, bahwa pada malam kejadian, ia meminjamkan sepeda motornya kepada teman, polisi tidak dapat menerimanya begitu saja.
Peter sendiri tidak dapat mengemukakan alibi yang kuat, kesaksian ayah ibunya atas keberadaannya di rumah pada saat kejadian, tidak dapat dijadikan pembelaan.
Apa boleh buat, Peter mendekam dalam tahanan selama pengejaran, sampai pelaku sesungguhnya tertangkap.
Orang tua Peter sangat bersedih atas kejadian, yang tidak seharusnya, menimpa anak kesayangan, mereka pergi kesana kemari mencari teman-teman Peter yang meminjam motor anaknya pada malam kejadian. Tetapi mereka menghilang bagai ditelan bumi.
Jarak tempat Peter ditahan cukup jauh dari peternakan, merekapun tak diperbolehkan sebarang waktu menjenguk; kasus kejahatan tergolong serious dengan adanya korban penembakan. Apa yang dapat dipakai untuk berkomunikasi hanyalah menyurati secara kilat, dikirim melalui kantor pos dekat tempat tinggal mereka.
Demikian di suatu sore, ibunya menulis kepadanya, memberikan kata-kata penghibur bahwa tiada akan lama kebenaran terungkap. Pada penutup surat, ibu menyampaikan mengenai keadaan ayah yang dalam keadaan baik untuk mencangkul halaman kebun mereka, memulai menanam sayuran sebagaimana biasa dilakukan di musim semi.
Membaca itu, Peter merasa sedih. Ia mengetahui keadaan ayah sebenarnya, rheumatic pinggang akan membuat ayahnya sangat menderita setelah pekerjaan berat . Ia hanya dapat merenung, bahwa tahun ini ia tidak dapat mencangkuli tanah seperti biasanya, menyesali mengapa harus terjadi hal yang menyusahkan mereka yang tidak bersalah.
Tiba-tiba ia beranjak berdiri dari duduknya, kepada sipir dimintanya sehelai kertas dan amplop, ia menyurati orang tuanya, bahwa ia dalam keadaan baik dan merasa prihatin dengan kesedihan mereka atas kejadian yang menimpanya.
Dalam surat itu Peter meminta perhatian ibunya agar mencegah ayahnya mencangkul, katanya dalam surat: “Ibu, tolong jangan membiarkan ayah mencangkul di kebun kita, saya tidak menghendaki ayah menemukan sesuatu yang saya kubur disana.”
Selang dua hari kemudian, Peter menerima surat, kali ini ditulis ayahnya, mensyukuri bahwa ia dalam keadaan baik dalam tahanan polisi, dan harapan bahwa ia akan lekas dibebaskan.
Namun si ayah mempertanyakan sesuatu: “Nak, entah apa sebenarnya telah terjadi? Kemarin pagi, belasan polisi datang ke rumah kita, tanpa keterangan dan tanpa dapat dicegah, mereka langsung mencangkuli tanah halaman belakang rumah dari ujung ke ujung. Tampaknya mencari sesuatu, namun tidak mereka temukan.”
Peter membaca sambil senyum, lalu menulis balasan: “Ayah, saya dalam keadaan baik dan ayah tidak usah memikirkan apa yang dicari polisi dengan mencangkuli tanah kita, yang terpenting, ayah telah dapat mulai menanam sayur di tanah yang telah dicangkul polisi itu.”
Demikian kisah anak yang menyayangi orang tua. Meski berada dalam tahanan, tetapi dengan cerdiknya ia tetap dapat membantu, agar ayah tak harus melakukan pekerjaan berat, yang biasa dilakukannya, selama ia sendiri menunggu pembebasan atas dirinya.
Selamat berkreasi untuk selalu dapat membantu orang tua.