Memotivasi Diri.

Sekedar ingin atau niat belum cukup menjadikannya motivasi. Alasan kuat yang terbaik adalah impian atau cita-cita. Bagaikan pejalan dipadang pasir yang kehausan, pemuasan rasa dahaga yang mendesak membuat mampu mengatasi lelah dan bangkit meneruskan perjalanan menuju sumber air.

Motivasi adalah dorongan dari dalam diri untuk melangkah, melakukan suatu tindakan jangka pendek atau panjang, demi mendapat suatu hasil, atau mencapai suatu tujuan yang tidak mudah.
Menekan tombol untuk menghidupkan televisi tidak diperlukan motivasi.

Bernafkah atau bekerja untuk sekedar melewati hari kehari belumlah dapat dikatakan sebagai motivasi kuat. Dan suatu motivasi dikatakan kuat, tidak harus selalu bertujuan memperoleh atau mengumpulkan materi, sebagai upahnya.

MotivasiAdanya dukungan moril ditambah fasilitas, tentu akan mempermudah upaya kepada pencapaian. Namun, seorang ber motivasi kuat bukanlah orang yang mengandalkan dukungan.
Lebih dari pada itu, ia bahkan meneruskan langkah tindakannya, upayanya, walaupun banyak yang menentangnya.

Membangun motivasi akan efektif dimulai dengan menyingkirkan terlebih dulu unsur yang merugikan;
biasanya motivasi seseorang menurun karena yang bersangkutan memperbandingkan kemampuan dirinya dengan kemampuan orang lain.

Penyanyi pemula akan runtuh motivasi berlatihnya jauh sebelum waktunya ia tampil, jikalau memperbandingkan kemampuan menyanyinya dengan penyanyi kawakan yang tampil dalam event bersamaan.

Membandingkan prestasi sendiri dengan prestasi orang lain menimbulkan kecemasan. Perbandingan memang dibutuhkan untuk memacu peningkatan prestasi, akan tetapi pembanding yang terbaik adalah prestasi diri sendiri di waktu sebelumnya, mengukur kemajuan yang diperoleh.

Kendala lain terhadap motivasi adalah kesalahan masa lalu; kegagalan mengecewakan orang lain dan diri sendiri; ibarat gadis yang patah hati kemudian memandang semua laki-laki adalah sama, patah hati menghantuinya setiap kali mulai membina hubungan dengan laki laki lain.

Membawa-bawa kegagalan masa lalu bagaikan memikul beban yang sebenarnya sama sekali tidak perlu; sedangkan disadari, memang tidak ada yang dapat diperbuat untuk mengubah apa yang telah terjadi. Kegagalan masa lampau biarlah menjadi kenangan, dan tidak menghentikan langkah kedepan.

Motivasi membutuhkan alasan; setiap orang mempunyai alasan untuk berbuat, untuk melakukan suatu tindakan. Motivasi yang kuat hanya terbangun oleh alasan yang kuat. Makin kuat alasan makin bergairah seorang melakukan sesuatu.

Disaat mengalami lesu semangat, alasan itu dapat dilihat kembali sebagai pembangkit. Pemuda yang lelah sepulang dari bekerja, akan bersemangat untuk mandi, berpakaian rapih, mendatangi kekasihnya, hanya karena teringat akan senyum manisnya.

Alasan terkuat dan terbaik adalah impian atau cita-cita. Faktor inilah membuat orang menjadi mampu mencapai sesuatu diluar perkiraannya sendiri; tingginya cita-cita dan besarnya impian, merupakan penambah enerji yang terbangkit dalam diri.

Cita-cita atau impian hendaknya realistis dalam pengertian dapat dicapai setiap orang, namun penuh tantangan. Impian tak ubahnya sumber air, yang tertampak oleh pejalan kaki yang kehausan dipadang pasir. Sekedar ingin atau niat, belum menjadi pendorong yang cukup; akan tetapi rasa dahaga yang mendesak untuk mendapat pemuasan, akan membuat kita mampu mengatasi lelah, untuk bangkit meneruskan perjalanan kepada sumber air.

Sudahkah kita semua mempunyai cita-cita sebagai target dalam bekerja?