Kasih juga Mendidik.

Sudah terlalu banyak lagu tentang kasih, semuanya mengenai lemah lembut, murah hati. Tetapi tiada yang mengenai pohon yang tidak berbuah, ditebang dan dilempar ke dalam api?
Sejak dulu kala, orang mempelajari agama, cenderung memilih bagian yang disukai, sedangkan bagian lain yang masih sangat banyak tidak disadari keberadaannya.

Kasih memiliki makna sangat luas dan mendalam. Entah apakah ada konotasi lain yang menyamai kompleksnya term untuk di-illustrasi-kan secara utuh & jelas, seperti halnya kasih. Terlalu banyak penafsiran atas sepatah kata ini, setiap agama mengajarkan akan kasih dengan cara pandang masing-masing.

Sesudah para filsof mencoba menggambarkan akan kasih, hasilnya adalah penggalan, bukan seutuhnya mengenai kasih, itulah hasil terbaik yang dapat dicapai. Dari banyak versi, terlihat kecenderungan umum menyatakan kasih adalah keindahan suasana hati dan untuk mencapainya diperlukan pengorbanan.

Anak menjalani hukuman, duduk disudut.

Diantara penggalan yang sering terdengar adalah bahwa kasih itu murah hati, bahwa kasih lemah lembut dan memaafkan. Tak ada yang salah dengan penggalan itu dan kebebasan adalah hak setiap orang untuk memilih yang mana bagian dari kasih yang disukainya untuk dikemukakan.

Sejak dulu kala, orang mempelajari agama, cenderung mengambil bagian yang disukai memilih hanya bagian tertentu saja untuk dikemukakan sewaktu diperlukan.
Ayat-ayat lain selebihnya yang jumlahnya masih sangat banyak, mungkin tidak disadari keberadaannya.

Kasih jauh lebih luas dari pada yang pernah kita perkirakan. Sebagai contoh penerapan pengertian kasih sebagai kelemah-lembutan dan kemurahan hati takkan menghasilkan apa-apa selain menambah jumlah pengemis. Dalam keluarga, akan bagaimana jadinya pertumbuhan anak yang dibesarkan hanya dengan pengertian kasih seperti itu.

Tidak ada yang menyangkali bahwa lemah lembut, murah hati dan memaafkan, adalah bagian dari kasih. Bagian spesifik ini penting diutarakan untuk menyabarkan pemarah. Namun, kasih mempunyai dua sisi, mengenalkan kepada pemberian atau pengupahan (reward) dan kepada pengenaan hukuman (punishment).

Upah selalu diharapkan, sedangkan hukuman sedapatnya diupayakan untuk diingkari meski sudah nyata bersalah.  Banyak lagu mengenai berkat, pengupahan, sudah ditulis orang. Namun, belum ada yang mau menulis lagu mengenai penebangan pohon yang tidak berbuah dan dilemparkan ke dalam api. Mungkin berkuatir tiada orang yang sudi menyanyikannya.

Pengupahan dan pengenaan hukuman, adalah unsur pendidikan yang tak terpisahkan, orang tua bijaksana tentu menyadari arti penting pendidikan anak, mendidiknya sejak kecil, memberi upah yang pantas atas hal baik yang diperbuat, tetapi tanpa segan juga mengenakan hukuman atas kesalahannya, hanya saja, hukuman berdasarkan kasih.

Adalah kenyataan, setiap orang mengalami dan saling mendidik satu kepada yang lain, masing-masing dengan cara berbeda. Teman yang mementingkan diri sendiri, ia tentu akan dijauhi yang lain. Penjahat yang tertangkap akan mendapat hukuman. Sebaliknya mereka yang berbuat kebaikan dan jasa akan mendapatkan penghargaan. Begitu yang terjadi dalam hidup masyarakat luas.

Tinggallah pilihan untuk orang tua, adakah kita sendiri yang akan memberi pendidikan kepada anak berdasarkan kasih, mempersiapkan anak menjalani kehidupannya sendiri dalam masyarakat, atau membiarkan kepribagian anak tumbuh bebas sekehendaknya, untuk dikemudian hari melihat masyarakat yang mengadili dan mendidiknya?

Akhir kata, harus diakui mengenai kasih; meng illustrasi kannya saja sudah sedemikian sulit, belum lagi mencoba untuk melakukan perbuatan kasih. Sungguh diperlukan daya kreatifitas untuk berbuat kasih, menerapkan pendidikan dan kedisiplinan, berdasarkan kasih.