Standard apakah penentu kedewasaan seseorang? Sekiranya umur bukan merupakan pengukur lalu apakah seorang dipandang dewasa karena telah merasa dirinya dewasa, ataukah ada petunjuk patutnya seorang dianggap sebagai telah dewasa?
Dalam pertumbuhan, masa kedewasaan biasa tertandai apabila seorang terlihat mulai mengedepan dengan hal positip yang ada pada dirinya. Mulai menunjukkan keberhati-hatian dalam menyikapi dan menanggapi perkembangan disekelilingnya, mulai merasa bertanggung jawab atas apa yang diucapkan dan diperbuat.
Dengan meningkatnya kedewasaan, makin baiklah pengendalian emosi, makin tertata cara dan sikap dalam menyatakan ataupun mengutarakan pikiran, tidak lagi meletup-letup (impulsive) sekalipun mengenai tidak berkenannya atas suatu kejadiaan atau hal yang dikenakan terhadapnya.
Hukum seluruh negara menentukan batas usia, saat mana seorang dianggap dewasa, dan telah siap menerima perlakuan hukum sebagai konsekuensi atas perbuatannya.
Kenyataannya banyak orang sudah memasuki usia tiga puluhan belum dapat memilah kebaikan dari antara kejahatan, tetapi ada remaja bawah umur telah mengenali mana perbuatan terpuji dan tercela.
Dengan perkataan lain, kedewasaan di mata hukum, phisik dan secara sexualitas, tidak dengan sendirinya berarti kedewasaan ber-sosial atau kedewasaan psikologis.
Dewasa secara psikologis, terlihat pada kemampuan berpembawaan diri ber-interaksi, dihadapan orang lain, sesuai norma, nilai-nilai serta tata krama yang berlaku, menurut kebudayaan di lingkungan dimana berada. Kedewasaan adalah sesuatu yang dipelajari dan dibinakan kepada diri sendiri atau anak asuh, tidak terjadi secara naluriah.
Kemana berpindah, hendaklah mempelajari kebudayaan disana.
Kedewasaan psikologis adalah tingkat disaat mana seorang berpengertian dengan baik dan jelas mengenai makna dan tujuan hidup. Pandangan tradisi lama menyirat hal ini, yaitu bahwa kedewasaan akan terbina dengan sendirinya setelah menikah, saat mana makna dan tujuan hidup terpeta dengan lebih jelas dalam hidup berkeluarga, apalagi setelah mempunyai anak.
Adalah logis cara pandang kebudayaan lama itu, mengingat pasangan berumah tangga praktis sepenuhnya adalah pembawa arah perjalanan hidup keluarga, kehidupan yang memberi semacam otonomi (kekuasaan), dibarengi dengan tuntutan tanggung-jawab. Mungkin inilah yang menimbulkan kecenderungan menikahkan anak pada usia muda, dimasa silam.
Otonomi apapun jenis dan bidangnya, merupakan bentuk motivasi. Otonomi yang ada pada diri seorang, membuatnya merasa diri sebagai dewasa. Sementara, pertanggung-jawabnya membuktikan bahwa sesungguhnya seorang telah dewasa atau belum.
Kebergantungan akan bantuan merupakan unsur yang amat dominan memperlambat pendewasaan, umumnya terjadi menyangkut bantuan finansiil. Anak yang berkeluarga, sedangkan keuangannya masih harus ditunjang orang tua, tentu tak memiliki otonomi yang penuh atas keluarganya, begitupun dengan rasa tanggung jawabnya.
Ini tidak berarti bahwa kekayaan materi, yang menjadikan lepas dari kebergantungan dimaksud diatas, menjadikan seseorang lebih dewasa dari pada orang berkekurangan. Dalam banyak kasus justru menunjukkan kebalikan.
Banyak kejadian, bahwa pemilik perusahaan yang temperamental justru ‘diasuh’ oleh karyawannya yang lebih muda usia. Karyawan dengan tingkat kedewasaan lebih tinggi itulah yang mengemong si boss, yang selalu membantunya meredakan emosinya yang meledak-ledak.
Alam menyediakan banyak sarana pembinaan kedewasaan, sebagai contoh;
dalam perjalanan bersama keluarga dengan kendaraan umum, duduk bersama orang lain yang tidak dikenal, membuat orang merasa perlu membangun suasana perjalanan yang damai, khususnya dengan orang asing yang duduk berdekatan, demi keamanan dan kenyamanan keluarga selama perjalanan.
Kepala keluarga, yang membawa isteri dan anak-anak bepergian, cenderung bersikap ramah, lebih berbaik hati terhadap orang disekeliling, dibandingkan apabila ia sedang bepergian seorang diri.
Tidak berlebihan, menilai kedewasaan melalui penilikan perlakuan terhadap kehadiran anggota keluarga. Orang yang menyenangi kehadiran keluarga akan menikmati santap hidangan bersama dengan memilih posisi duduk berseberangan, berhadapan, dengan demikian memudahkan memandang orang yang dikasihnya, ketimbang posisi duduk bersebelahan.
Kedewasaan adalah kematangan pribadi yang telah menemukan dan mengenali diri di dalam keluarga, di dalam masyarakat, dengan kesadaran dan perasaan mendalam dan jujur, bertindak otonomis namun bertanggung jawab.
Adakah tingkat kedewasaan kita mencukupi menurut beberapa cara pandang diatas? Dan bagaimana pula dengan kedewasaan kita secara agama?