Tradisi Sex di Tiongkok.

Menurut ajaran Tao, untuk keseimbangan unsur Yin dan Yang guna memperoleh kesetaraan dalam berhubungan hendaklah laki-laki membuat perempuan mengeluarkan energy Yin lebih dulu, mereguk sari-pati Yin perempuan, sebanyak-banyaknya, sebelum laki-laki mengerahkan energy Yang. Pengabaian akan hal ini merugikan kesehatan laki-laki, bahkan berakibat fatal.

Sex adalah sarana ber-reproduksi, kebanyakan mahluk melakukannya hanya pada saat kesuburan telur. Beberapa species primata serta hewan menyusui melakukannya juga sebagai sarana kenikmatan, dan keakraban bergaul, bagi manusia bahkan merupakan kehidupan; manusia menjalani kehidupan sexual.

Sebagai mahluk dengan kecerdasan tertinggi, secara psikologis, melakukan sex dengan kesadaran sebagai kehidupan yang dijalani dengan penjiwaan. Keunikan antar budaya, falsabah dan agama, berbaur menghasilkan pandangan sangat kompleks atas kegiatan yang membuat manusia terlahir.

Tradisi sex dengan pengaruh dari India.Budaya, istiadat dan falsafah mengenai sex mengalami perkembangan pada sepanjang masa, di tempat yang berbeda. Antara satu dan yang lain saling mempengaruhi.
Pengaruh kuat berasal dari India terasakan di daratan Tiongkok bahkan sampai ke Asia timur dan Asia tenggara dan menyebar lagi kemudian ke region seterusnya.

Ribuan tahun sebelum Masehi, pandangan mengenai kehidupan sexual telah ditulis di India. Dalam upacara pernikahanpun berisi simulasi kegiatan sex dimaksudkan sebagai panjatan doa memohon akan kesuburan. Sebagian mengenai ritual itu dapat ditemui dalam kitab antara lain seperti Ramayana, Mahabharata, dimana tersirat jelas arti penting kesetaraan kewajiban, diantara suami isteri dalam mendatangkan kepuasan bagi pasangan.

Kesetaraan mana, terurai dengan lebih gamblang dalam Kama-Sutra, bacaan kalangan kasta tertinggi dan para filsof, kalangan petinggi militer serta gundik mereka, terkenal sebagai kitab dengan 64 seni bercinta.

Sex menurut ajaran Tao.

Selama kurun beberapa abad sebelum Masehi, ajaran Tao meng-interpretasi kegiatan sexual sebagai hubungan antar unsur Yin dan Yang; bahwa pada perempuan terdapat sediaan Yin tiada terbatas, sedangkan laki-laki mempunyai sediaan energy Yang yang terbatas.

Oleh karenanya, menurut ajaran Tao, demi keseimbangan kedua unsur guna didapat kesetaraan dalam berhubungan, hendaklah laki-laki membuat perempuan lebih dulu mengeluarkan energy Yin sebanyak-banyaknya, mereguk sari-pati Yin dari perempuan lebih dulu sebelum laki-laki mengerahkan energy Yang. Pengabaian atas hal ini adalah merugikan bagi kesehatan laki-laki bahkan dapat membawanya kepada kematian.

Dengan kata lain, ajaran Tao kuat menganjurkan agar laki-laki tidaklah mementingkan kepuasan sendiri, melainkan mengendalikan ejakulasi, bertahan selama mungkin agar membawa perempuan mencapai klimaks terlebih dahulu beberapa kali, makin banyak makin baik, sebelum ia sendiri ber ejakulasi.

Dengan demikian, mudahlah dipahami betapa ajaran Tao menentang masturbasi atas laki-laki; masturbasi atas laki-laki merupakan penghamburan energy Yang, mengingat akan sediaannya yang terbatas. Demikian pula pada hubungan sesama antara laki-laki sangat merugikan bagi kesehatan mereka. Mimpi basah pada laki-laki juga merupakan pertanda adanya masalah kesehatan.

Perempuan sebebasnya boleh ber masturbasi, karena sediaan energy Yin mereka tak terbatas. Mungkin inilah yang menyebabkan bahwa dalam masa popular ajaran Tao, di daratan Tiongkok ditemui banyak kasus hubungan sejenis antar sesama perempuan.

Ajaran Confucius mengenai sex.

Dalam ajaran Confucius yang diterapkan masa dynasty Qin selama dua abad, sebelum masehi, sex merupakan hal keramat, kegiatannya hanya boleh dilakukan untuk tujuan memperoleh keturunan. Sex hanya bagi mereka yang sudah terikat dalam pernikahan, termasuk selir. Sex diluar pernikahan dipandang sebagai perbuatan berdosa.

Berbeda dengan ajaran Tao dalam era sebelumnya, ajaran Confucious tiada mengenal kesetaraan; perempuan berada pada posisi lebih rendah dari pada laki-laki. Karena itu, dalam masa dynasty Qin kerap tindakan sadisme diperbuat suami terhadap isteri dan selir. Dalam masa yang sama, banyak hubungan sedarah, yang terjadi antara sesama anggota keluarga istana.

Kendatipun tak mengenal akan kesetaraan gender, ajaran Confucious menetapkan hak perempuan, antara lain adalah hak nafkah bathin yang menjadi kewajiban suami untuk memenuhi, secara berkala, sekalipun usia isteri atau selir telah memasuki masa pasca produktif.
Ajaran Confucious juga mengatur mengenai kedekatan antara selir dengan suami. Usai berhubungan mesra, selir hendaknya segera meninggalkan kamar suami, khususnya di kala isteri sedang tidak berada dirumah.

Prostitusi dan pengaruh budaya barat.

Setelah dynasty Qin, masa berikutnya adalah masa silih bergantinya penerapan kedua ajaran, antara ajaran Tao (dengan pengaruh dari India), dan ajaran Confucius. Berganti gantinya penerapan, menimbulkan konflik dan kebingungan menjalani dalam kalangan masyarakat. Bertambah lagi berlanjut dengan ajaran agama Buddha yang mulai terasa pengaruhnya.

Dunia prostutusi pun mengalami pasang surut seiring dengan gonta-ganti terapan itu. Secara praktis, ajaran Tao disimpulkan sebagai memperkenankan prostitusi, agar laki-laki dapat mereguk energy Yin dari perempuan prostitute, lebih banyak ketimbang dari perempuan biasa; selain itu dipercaya bahwa prostitute yang telah banyak menyerap energy Yang dari laki-laki, tentunya takkan lagi menyerap banyak energy Yang dari laki-laki kesekian puluh atau kesekian ratus berikutnya.

Sebaliknya menurut Confucius, prostitusi adalah perbuatan berdosa. Profesi tertua di dunia ini diharamkan dalam masa terapan ajaran Confucius. Kenyataannya, prostitusi tidak pernah berhasil dihapus; tidak juga sesudah gerakan pembersihan, oleh komunis yang berkuasa sejak tahun 1949.

Kebijakan terbuka oleh kepemimpinan di Tiongkok tahun 1982, memberi kesempatan berkembangnya industri prostitusi. Kini, dapat ditemui prostitute dari luar, antara lain dari Rusia dan para manusia perahu. Maraknya kedatangan penjaja sex asing, adalah dikarenakan adanya peluang; yaitu kecenderungan prostitute setempat melayani yang hanya warga Tiongkok saja, mereka merasa tidak familiar dengan tubuh laki-laki asing, menimbulkan rasa enggan mereka melayaninya.

Sup janin trenggilingPerkembangan pengobatan dan reramuan, praktis terluput dari campur tangan kedua ajaran tadi dan peraturan pemerintah sejak dynasty dahulu. Praktek pengobatan tidak tergoyahkan pengaruh budaya asing.
Sejarah panjang tradisi teknik pengobatan mencatat perbendaharaan kaya reramuan, untuk kesehatan dan peningkat vitalitas.

Bahan baku reramuan sangat variatif; dari berbagai jenis tumbuhan, serangga, reptile dan lain-lain. Juga diambilkan bagian tubuh hewan antara lain cula, tanduk, tulang, daging, alat kelamin hewan jantan, serta janin.
Daging, tulang dan tangkur harimau, daging dan janin trenggiling atau rusa, digunakan untuk rendaman ramuan, atau disajikan sebagai hidangan.

Toko penjual kebutuhan sex di TiongkokAkan tetapi, pengaruh kebudayaan negara barat membawa perubahan besar kepada pandangan dalam masyarakat di Tiongkok mengenai kehidupan sex. Tidak lagi hanya sekedar meng-adopt melainkan aktif meng antisipasi perkembangan, khususnya akan permintaan kebutuhan sex dunia.

Dalam dekade terakhir ini Tiongkok adalah pemasok terbesar bermacam benda untuk kebutuhan sex, mulai dari jenis benda pemuas berukuran kecil, sampai kepada boneka ber-skala tubuh manusia.

Lebih dari 70% permintaan dunia dipasok oleh lebih dari 1.000 pabrik produsen benda sex, untuk laki-laki dan perempuan, tersebar di seantero daratan Tiongkok. Sementara reramuan dan makanan peningkat vitalitas sex tersedia di restaurant Tionghoa, khusus nya di Asia tengah, timur dan tenggara.

Sekiranya ada pembaca budiman yang pernah mencoba, atau menggemari makanan atau ramuan dimaksud, dipersilahkan berbagi pengalaman mengenai khasiatnya yang telah terasakan.