Bangsa Israel dipimpin Yoshua tiba di tanah Kanaan lalu dengan berjaya mengalahkan kekuasaan raja-raja disana. Dan dengan penyertaan Tuhan mereka merebut kota demi kota, membagi-bagi kekuasaan diantara suku-suku. Mereka menduduki negeri itu dan menetap dengan tenteram. Tuhan telah memenuhi janji-Nya.
Yoshua meninggal pada usia seratus sepuluh tahun, Israel kehilangan pemimpin untuk menghadapi musuh lama yang mungkin akan membalas menyerang. Keadaan menjadi tak terkendali dan setiap orang berbuat apa yang menurut pandang sendiri benar; ada yang telah mulai menyembah allah lain, mengundang murka Allah yang menyerahkan bangsa itu ke dalam kekuasaan bani Amon.
Orang Israel didesak dan tertindas selama delapan belas tahun sampai mereka telah menyadari perbuatan dosa dan memohon ampunan, kembali Tuhan beserta mereka, membebaskan dari kekuasaan bani Amon, dengan Yehta memerintah, sebagai hakim atas bangsa Israel.
Setelah Yehta meninggal, hakim-hakim lain berturut turut berganti memimpin. Selama itu ketaatan mereka terhadap Tuhan tetap mengalami pasang surut, sampai kembali Tuhan menyerahkan mereka ke bawah kekuasaan orang Filistin, berlangsung selama empat puluh tahun lamanya.
Simson lahir untuk menyelamatkan Israel.
Pada masa kekuasaan orang Filistin, adalah pasangan Manoah dan isterinya, diantara orang Israel yang berasal dari Zora. Isteri Manoah mandul, sampai saat malaikat Tuhan menampakkan diri kepada perempuan itu yang menyampaikan firman, bahwa ia akan melahirkan anak laki-laki, oleh karenanya perempuan itu hendaknya menjaga dirinya dari minuman memabukkan dan makanan yang haram.
Anak yang akan lahir, kepalanya tiada akan mengenal pisau cukur; anak itu merupakan nazir Allah sejak ia didalam kandungan. Melalui anak itu, Allah memulai penyelamatan orang Israel dari penguasaan orang Filistin. Semua kejadian diceritakan perempuan itu kepada suaminya. Malaikat memenuhi permintaan Manoah untuk menampakkan diri, dan mengulang firman yang sama kepada suaminya.
Anak itu lahir, diberi nama Simson. Ia tumbuh dengan berkat Tuhan besertanya. Suatu waktu ia meminta orang tuanya meminangkan perempuan Filistin, yang sangat disukai nya. Orang tuanya yang sebenarnya berkeberatan anaknya menikahi perempuan yang bukan orang Israel, tetapi memenuhi juga permintaan itu, berangkat ke Timna, dimana perempuan itu tinggal.
Tuhan menggerakkan hati Simson, membuatnya sedemikian meminati perempuan itu. Diperbuat Tuhan agar Simson mendapat kesempatan untuk ber-perkara dengan orang Filistin. Dalam perjalanan kesana, diluar pengetahuan kedua orang tua, ia membunuh seekor singa muda gagah pengancam keselamatan. Berkat Roh Tuhan atas dirinya, ia dengan mudah mencabik singa itu.
Setelah saat pernikahan, dalam suatu perjalanan Simson menyelinap dari jalan untuk melihat bangkai singa yang dibunuhnya. Didapatinya, kawanan lebah bersarang pada kerangka singa. Diambilnya madu lebah itu, diberikannya kepada orang tuanya, tanpa menceritakan apa yang telah terjadi.
Dalam suatu perjamuan yang dihadiri tiga puluh teman, Simson mengajukan teka-teki, dengan pakaian lenan dan pakaian kebesaran sebagai taruhannya. Teka-teki berbunyi: “Dari yang makan keluar makanan, dari yang kuat keluar manisan.” Batas waktu untuk menjawab adalah selama berlangsungnya perjamuan itu, yaitu tujuh hari.
Pada hari jelang tenggat waktu, teman-teman itu membujuk bahkan mengancam isteri Simson untuk mencari-tahu akan jawabnya, karena tiada kesanggupan mereka untuk membayar taruhan bernilai tinggi. Isteri Simson menyanggupi; dengan isak tangisnya merayu suaminya agar memberitahu jawab teka-teki. Lalu, jawab yang didapati diberi tahukannya kepada teman-teman mereka.
Sebelum malam hari ketujuh, orang-orang itu menjawab teka-teki: “Apakah yang lebih manis dari pada madu, apakah yang lebih kuat dari pada singa.”
Walau menyadari isterinya membocorkan jawabnya, ia menerima kekalahan. Ia pergi ke Askelon, disana dibunuhnya tiga puluh orang untuk mengambil pakaian kebesaran mereka, untuk membayar kekalahannya dalam taruhan.
Kemudian, Simson menyatakan kemarahannya dengan menyerahkan isterinya kepada teman bekas pengiringnya.
Musim menuai berikutnya, Simson datang untuk mengunjungi isterinya. Ayah mertua menghalangi niatnya, dikarenakan ia telah menikahkan perempuan itu dengan teman Simson tadi.
Sebagai penggantinya ia menawarkan adik perempuan itu kepadanya.
Simson pergi. Dalam kecewa ditangkapnya tiga ratus ekor anjing, dan setiap dua ekor disatukan pada ekornya, terikat satu sama lain, dimana terpasang obor menyala. Lalu dilepasnya anjing-anjing itu di ladang, terbakarlah tanaman gandum yang belum dituai, juga pohon Zaitun yang terdapat disana, semua milik orang Filistin.
Mengetahui siapa pelaku dan ihwal penyebab kebakaran ladang mereka, orang Filistin marah, melampiaskannya terhadap mertua dan isteri Simson; ayah bersama anaknya dibakar. Simson membalas; dihabisinya para pembunuh isteri dan mertuanya, tulang mereka diremukkannya.
Urusan tidak selesai sampai disitu. Orang Filistin mengejar sampai berkemah di daerah suku Yehuda. Memaksa suku itu menyerahkan Simson dengan terikat tali kuat. Melihat tiada pilihan, tiga ribu orang suku Yehuda mendatangi Simson di bukit batu Etam. Lalu, dibujuknya Simson agar memenuhkan tuntutan orang Filistin.
Bersoraklah orang Filistin di Lehi, melihat mereka membawa Simson yang terikat kuat. Akan tetapi, terjadilah kuasa roh Tuhan, tali temali itu, segala ikatan hancur lepas dari tangan Simson. Dipungutnya tulang rahang keledai yang ditemui, dengan tulang itu di bantainya lebih dari seribu orang Filistin. Lalu berkata: “Dengan tulang keledai kuhajar bangsa keledai. Dengan tulang keledai kupukul seribu orang.” Seraya melempar tulang itu di tempat yang dinamakan Ramat Lehi.
Selesai membereskan orang Filistin, ia menyegarkan tubuhnya kembali, setelah minum air dari liang batu yang dibelah Allah untuknya. Mata air itu dinamai mata air penyeru, dan masih terdapat di Lehi sekarang. Sejak saat itu Simson memerintah bangsa Israel, sebagai hakim.
Tiada yang sanggup menahan kekuatan Simson. Yang sudah mengepungnya juga tidak berani menyerangnya ketika ia pergi ke Gaza, mencari wanita penghibur. Bahkan pintu kota itu dicabut beserta palangnya dan dilemparkan ke puncak gunung dekat Hebron. Tidak lama kemudian Simson bertemu dan jatuh cinta kepada perempuan dari lembah Sorek, bernama Delilah.
Kejatuhan Simson.
Melihat itu, raja-raja orang Filistin dari ber bagai kota mendekati Delilah, mengimingi sejumlah besar uang apabila Delilah dapat memberitahu mereka kelemahan Simson.
Delilah menyatakan kesediaan, dan mulai ia membujuk, sampai Simson mengatakan bahwa ia akan menjadi lemah jikalau diikat dengan tali busur yang baru.
Raja-raja itu segera mendapatkan tali yang dibutuhkan Delilah. Setelah mengikatnya, berteriaklah ia, bahwa orang Filistin akan menangkapnya, sebagai aba-aba bagi orang Filistin yang bersembunyi di dalam kamar, untuk menyergap. Tetapi dengan mudah Simson melepaskan diri dari ikatan tali busur.
Pada kesempatan berikutnya, Simson mengatakan kepada Delilah yang membujuknya, bahwa kelemahannya adalah pada waktu ia diikat dengan tali baru yang belum pernah dipakai untuk keperluan lain. Setelah Delilah mengikatnya dengan tali tersebut, lalu ia meneriakkan kata yang sama, Simson melepaskan diri juga dengan sangat mudah.
Untuk ketiga kalinya, Simson menjawab bujukan Delilah yang menanyakan akan cinta- nya, bahwa kekuatannya akan seperti kebanyakan orang apabila rambutnya dikepang tujuh seperti tenunan dan dipasangkan penjepit. Dan lagi-lagi Simson melepaskan diri dengan sangat mudah.
Setelah tiga kali gagal upaya mendapat pengetahuan akan kelemahan Simson, Delilah merajuk, merengek beberapa hari lamanya sampai Simson tidak tahan hati karenanya. Dikatakannyalah kepada Delilah, bahwa ia tidak pernah bercukur, sebagai nazir Allah, agar kekuatannya tidak hilang.
Pada kesempatan yang ditentukan, Simson dibuat tertidur di pangkuan Delilah, segera Delilah mencukur habis rambutnya, hilang kekuatannya seketika itu juga. Tuhan telah meninggalkannya.
Berteriaklah Delilah: “Orang Filistin datang menyergap engkau, Simson.”
Muncul mereka dari persembunyian untuk meringkusnya, tanpa perlawanan berarti. Setelah ia diikat kuat dan kedua bola mata dicungkil, lalu dibawa menuju Gaza, untuk dipekerjakan sebagai pemutar batu penggiling.
Beberapa hari kemudian, raja-raja Filistin mengadakan perayaan kemenangan. Sebagai pelengkap kemeriahan, Simson disuruhnya melawak dihadapan mereka yang bersorak riang. Tiada yang menyadari bahwa rambutnya telah mulai tumbuh. Usai acara lawak, Simson dirantai diantara tiang. Pada suatu kesempatan, Simson berkata kepada anak yang menuntunnya agar membawanya bersandar pada tiang tengah bangunan.
Dengan kedua tangan kiri-kanan bertopang kepada dua tiang tengah, Simson berseru: “Ya Tuhan ALLAH, ingatlah kiranya kepadaku dan buatlah aku kuat, sekali ini saja, Allah, supaya dengan satu pembalasan, juga kubalaskan demi kedua mataku kepada orang Filistin.”
“Biarlah kiranya aku mati bersama-sama orang Filistin ini.” Dengan sekuat-kuatnya, di- dorongnya kedua tiang itu, rubuhlah bangunan itu menimpa raja-raja kota dan seluruh orang banyak di dalamnya. Jumlah mereka yang mati di saat itu lebih banyak dari pada orang yang telah dibunuhnya sebelumnya.
Matilah juga Simson bersama lebih dari tiga ribu orang Filistin dalam bangunan. Sanak keluarganya mengangkat tubuhnya dari runtuhan bangunan. Hakim yang memerintah bangsa Israel selama dua puluh tahun dikuburkan dekat Zora, dimana ayahandanya di makamkan.
Pembaca yang budiman, apakah kiranya pesan terkandung dalam kisah Simson ini?