Di dunia ini tiada orang terbebas dari kritik. Kenyataan itu tidak dapat disangkali, juga dialami mama Teresa. Tak sedikit kritik dialamatkan kepada mama Teresa, setelah apa yang diperbuat selama 45 tahun dalam hidupnya mengabdi kepada kemanusiaan.
Awal karir.
Puteri bungsu keluarga Katholik berdarah Albania, diantara penduduk yang mayoritas beragama Islam, bernama Agnes Gonxhe Bojaxhiu, terlahir tanggal 26 Agustus 1910, di kota Skopje, propinsi Kosovo, bagian kerajaan Ottoman era lampau; sekarang ibukota Macedonia, dimana penduduk mayoritas memeluk agama Macedonia Orthodox.
Ayahandanya adalah pedagang besar dan aktifis politik Albania, meninggal, waktu ia masih berusia 8 tahun. Ibundanya sendiri, yang membesarkan, mengasuh, menurut keimanan Roma Katholik. Sejak menginjak usia 12 tahun berketetapan hati menjalani hidup secara religious karena ketertarikan dengan dengan pelayanan saat mengikuti missionary di Bengal.
Perubahan besar hidup terjadi, ter-ilhami kegiatan ritual rutin yang diikutinya pada tempat kramat Madona, pada 15 Agustus 1928. Dalam usia 18 tahun, ia meninggalkan rumah sejak saat mana tiada pernah lagi bertemu ibunda dan dua saudara, mengikuti kesusteran Loreto sebagai missionary.
Setahun ia mempelajari bahasa Inggris di Irlandia, agar dapat memberi pelajaran pada anak-anak sekolah di India; karir pertamanya adalah mengajar di sekolah St. Teresa, di kaki pegunungan Himalaya, tidak jauh dari biara dimana ia menjalani masa percobaan sebagai biarawati, disana nama Teresa mulai digunakan, nama santa pelindung biara.
Teresa mengikrarkan kaul terakhir pada 14 Mei 1937, selagi berprofesi guru ilmu bumi dan katakese di sekolah Entally, timur Kalkuta. Ia menyukai profesi guru namun dalam saat yang sama merasakan adanya panggilan lain; derita kaum miskin dilingkungan.
Dalam tahun 1943, banyak dari mereka yang sengsara meninggal, membuatnya sering keluar biara seorang diri, untuk mencarikan sumbangan uang dan makanan bagi yang kelaparan.
Kegiatan Teresa itu mengundang kritik biarawati lain; yang memandang sebagai telah mempermalukan biara, pengaduanpun disampaikan ke uskup setempat. Oleh karena itu, kemudian dalam tahun 1944 ia dipindah untuk menjadi kepala sekolah.
Ternyata kedudukan kepala sekolah tidak dapat menahannya lama, dalam perjalanan ber kereta api menuju Darjeeling 10 September 1946, bulat sudah ketetapannya.
Langkah besar pengembangan karir.
Teresa mengajukan permohonan disampaikan melalui keuskupan agung Kalkuta, agar diperbolehkan meninggalkan komunitas, untuk hidup dan bertindak sebagai biarawati lepas. Permohonan mana dikabulkan Paus dalam tahun 1948.
Teresa tidak lagi menjabat kepala dan guru sekolah di Entally, tempat dimana ia telah mengabdi hampir 20 tahun. Tidak lagi berseragam biarawati, sebagai gantinya adalah pakaian sari terbuat dari bahan katun, berwarna putih dengan bis biru. Itulah pertama kali kehadiran mama Teresa yang sebenarnya.
Setelah pendidikan medical yang singkat di kesusteran di Patna, ia kembali ke Kalkuta memondok sementara di kesusteran kecil orang miskin. Disini mulai dengan sekolah ruang terbuka untuk anak anak. Tak lama kemudian, banyak tenaga suka-rela turut bergabung, bantuan keuangan dari Gereja dan kotapraja mengalir sebagai dukungan kepada kegiatan mama Teresa.
Dalam tahun 1950, Vatikan memperkenan nya untuk mulai pembentukan ordo baru, yang diberi nama Missionaries of Charity, pengutusan amal dan kemurahan hati, misi kepedulian atas derita kelaparan, tuna sandang, tuna wisma, penyandang cacat, buta, penderita kusta, tak ketinggalan rumah untuk anak terbuang, itulah misi mama Teresa dengan ordonya.
Dengan bantuan pemerintah India, mama Teresa mendapat tempat menampung bagi orang sakit, hasil dari memugar sebuah kuil Hindu terbengkalai. Kemudian bertambah dengan beberapa tempat untuk penderita kusta dan anak yatim piatu. Kegiatan mama menarik minat tenaga sukarela dan penyumbang dana. Tahun 1960, terdapat puluhan tempat penampungan di seantero India, gratis untuk kaum tak berpunya.
Pengembangan ordo, missionaries of charity mendunia.
Dalam surat keputusan tahun 1965, yang berisi pujian; Vatikan memperkenan mama Teresa untuk mengembangkan kegiatan ordo nya keluar India. Dengan cepat ordo itu memperluas kegiatan, rumah missionary mama bertumbuhan mulai dari Venezuela, Roma, Tanzania, Albania, Amerika Serikat, seterusnya Asia, Afrika, Eropa dan Amerika.
Ordo bentukan mama Teresa menarik perhatian banyak Gereja Katholik dari beberapa negara untuk bergabung dalam kegiatan ordo, atau menjadi pencabangan kegiatan di negaranya. Menyusul institusi lain non Katholik, bahkan non Gereja, berperan serta di dalam misi mama Teresa.
Menanggapi kebutuhan dunia akan imam, mama Teresa mendirikan seminari, antara lain bersama dengan frater Joseph Langford, dengan Missionaries of Charity Fathers, tahun 1981, gabungan missionaries of charity dan pendidikan kejuruan, menghasilkan imam baru.
Dalam beberapa kesempatan, mama Theresa menjalankan misi penyelamatan, antara lain untuk 37 anak yang terperangkap di rumah sakit, di daerah dimana berlangsung pertempuran antara Israel dan Palestina. Sambil membujuk kedua belah pihak untuk menghentikan tembakan, mama Teresa didampingi beberapa anggota palang merah, memasuki zone pertempuran, menuju rumah sakit yang gedungnya telah tergempur, menyelamatkan anak-anak itu.
Dalam tahun 1980an, mama Teresa memperluas lagi kegiatan di negara komunis yang waktu itu mulai membuka diri. Diantaranya, negara yang pernah menolak kedatangan nya dimasa lalu, Uni Soviet. Prinsipnya yeng keras, menentang aborsi dan perceraian, mengundang kritik keras, namun semua itu tidak menghalangi niat memasuki negara-negara itu.
Mama Teresa mengunjungi korban gempa di Armenia, negara bagian Uni Soviet waktu itu, serta korban radiasi Chernobyl dan beberapa kesempatan lain. Dalam tahun 1991, mama Teresa kembali ke kampung halaman, dimana mama membuka misi seminari baru di Tirana Albania.
Akhir karir mama Teresa.
Setelah beberapa kali mendapat serangan jantung, yang pertama sewaktu berkunjung ke Roma bertemu Paus Yohanes Paulus 2, dalam tahun 1983. Berikutnya terjadi tahun 1989, diperlukan operasi untuk pemasangan ring. Merasa kesehatan menurun, mama Teresa mengadakan pemilihan kepala missionarries baru sebagai pengganti. Namun, hasil voting tertutup kembali menunjuk mama tetap sebagai kepala.
Mama Teresa memangku jabatan kepala hingga 13 Maret 1997, disaat mana keadaan kesehatan sangat menurun, semenjak menjalani operasi karena gagal jantung. Mama Teresa terlahir 26 Agustus 1910, mengklaim tanggal 27 Agustus, hari pembaptisannya, sebagai hari ulang tahun. Mama Teresa meninggal pada 5 september 1997.
Tokoh celebrity international, mencuat sejak tahun 1970, penerima ratusan nobel dan penghargaan dari puluhan negara, serta warga negara kehormatan di Amerika Serikat (satu diantara 6 orang yang dianugerahkan) telah pergi. Jenazah mama disemayamkan selama satu minggu di Kalkuta dan dimakamkan dengan upacara kenegaraan penuh, yang biasa dianugerahkan hanya kepada kepada presiden atau perdana menteri saja, di India.
Mama Teresa meninggalkan ordonya, yang terdiri dari lebih 4000 sisters dan assosiasi keanggota- annya lebih dari 300 brothers, lebih dari 100.000 sukarelawan awam yang mengoperasikan kegiat- an lebih dari 600 mission, di 123 negara.
Pujian dan kritik.
Sikap terbuka mama Teresa yang menentang pencegahan kehamilan dan aborsi telah mengundang kritik sejak tahun 1970. Satu dan lain hal adalah karena pada saat mana terdapat ratusan ribu perempuan Pakistan timur, sekarang Bangladesh, mengandung akibat perkosaan dalam kekacauan perang. Kritik juga masih terdengar setelah perang usai, seruan mama Teresa mengakibatkan kesulitan kerja gerakan keluarga berencana di sana.
Kritik juga dialamatkan kepada penerimaan mama Teresa, atas donasi dari penguasa korup di Haiti. Ordo mama Teresa dinyatakan menerima dana 1,25 juta USDollar dari Charles Keating, dana penguasa Haiti itu terbukti kemudian adalah hasil korupsi, uang rakyat.
Dalam tahun 2002, Vatikan menandai kesembuhan tumor perut seorang perempuan India, sebagai keajaiban. Monica Besra, perempuan itu, ia menyatakan melihat sinar, bercahaya dari buah kalungnya, dimana terselip gambar mama Teresa, bahwa terjadi mujizat penyembuhan atas kanker tumor yang bersarang di perutnya.
Pernyataan perempuan itu, disangkal oleh suami dan dokter yang merawat; suaminya menyatakan bahwa isterinya mendapatkan kesembuhan setelah menjalani perawatan secara medis dan dokter mengklaim bahwa pengobatannyalah yang menyembuhkan dan menambahkan, bahwa suami isteri itu mendapat tekanan missionaries of charity agar menyatakan kesembuhannya merupakan mujizat.
Tidak lama kemudian, suami Monica Besra menarik kembali penyangkalan, mengakui kesembuhan isterinya merupakan mujizat, ia menyatakan bahwa penyangkalan pada waktu lalu dikarenakan ia mengalami kebingungan. Catatan perawatan Monica Besra di rumah sakitpun telah hilang, padahal catatan sangat diperlukan untuk menentukan secara ilmiah adakah kesembuhannya diperoleh sebagai hasil perawatan dokter.
Vatikan mengikuti perkembangan; mengirim agen penyelidik, dan tidak menemukan keraguan yang menghalangi beatifikasi mama Teresa. Pada 19 Oktober 2003 resmilah beatifikasi; hanya 6 tahun setelah meninggalnya mama Teresa, waktu relatif singkat di dalam sejarah Vatikan. Beata adalah derajat kekudusan, setingkat dibawah santa.
Satu mujizat lagi terjadi akan mengukuhkan beata mama Teresa menjadi santa.
Demikian perjuangan beata mama Teresa di dunia. Sederet pujian panjang dan kritik, mewarnai sepanjang perjalanan karirnya. Yang terpenting adalah bahwa semua yang diperbuat beata mama Teresa meng-inspirasi-kan banyak hal dan pelajaran mengenai kemanusiaan.