Pada umumnya, orang mengenakan pakaian terbaiknya untuk menghadiri undangan perjamuan ditambah dengan hal lain untuk meningkatkan nilai kecantikan-kegagahan. Yang sering dilupakan namun tidak kalah pentingnya, adalah pembawaan diri, mahluk dibalik penampilan cantik dan gagah itu.
Mengenai siapa orang dibalik penampilan, terlihat dari caranya menyantap hidangan. Dalam resepsi seperti pernikahan atau acara lain dengan suguhan prasmanan (buffet), kelakuan seorang menampakkan siapa dirinya; ia bagai telanjang, betapapun ditutupi dibalik pakaian mewah mahal, semua itu tidak mampu mengecoh kesan akan dirinya.
Cara bersantap itulah siapa kita.
Pada suatu resepsi terlihat seorang dengan piring besar di tangan, mengambil hidangan yang banyak dari meja prasmanan, dimakan sedikit, lalu piring yang masih penuh dengan makanan diletakkannya dibawah kursi.
Perbuatan ini tidak hanya sekali, melainkan diulang dengan sebuah piring lain dan jenis hidangan lain, lagi dan lagi.
Adakah diperbuatnya begitu karena merasa telah turut menyumbang dana dengan uang angpaonya, atau ia berbuat tanpa alasan?
Porsi makan setiap orang berbeda, bukanlah suatu yang tercela menyantap hidangan, memuaskan rasa lapar, sebanyak yang mencukupi tanpa perlu merasa malu.
Pihak yang mengundang dan pemasok katering prasmanan tentunya senang melihat tamu dengan lahap menikmati hidangan. Persoalan akan berbeda dengan perbuatan menyia-nyiakan makanan secara tidak pada tempatnya.
Siapakah akan complain atas pembuangan makanan yang tak semestinya? Juga tidak pernah ada ketentuan mengenai pengenaan sanksi, atas perbuatan itu dalam resepsi. Di dalam keadaan yang bebas itulah pembawaan diri seorang terlihat lebih jelas.
Perbuatan ini dalam bahasa Inggris dikatakan, bahwa matanya lebih besar dari pada perutnya, menunjukkan kurangnya keprihatinan atas kesusahan orang lain, di banyak tempat, yang sedang menderita kelaparan.
Perbuatan yang menjadi kebiasaan ini, tidak merupakan masalah bagi orang lain, pun bukan merupakan masalah bagi yang mengadakan resepsi. Permasalahannya adalah pada diri yang bersangkutan, bahwa ia mengalami kesulitan untuk mengekang hasrat, cenderung membebaskan diri dari apa yang seharusnya dipertanggung jawabkan.
Apabila hal diatas diperbuat seorang calon yang di recruit kedalam group manajemen, khususnya untuk posisi penting, pendapat objektif profesional menyarankan dengan sangat agar membatalkan niat semula, walau ia mempunyai banyak pengetahuan dan pengalaman seperti yang diakuinya.
Unsur efisiensi, jelas kurang atau sama sekali tidak ada dalam pertimbangannya. Rasa tanggung jawabnya patut dipertanyakan, selain kejujurannya meragukan.
Menyerahkan kepercayaan penuh kepadanya adalah suatu kesalahan besar. Orang ini tidak dapat diharapkan mengatur pelaksanaan atas tanggung jawab sementara dirinya sendiri mengalami kesulitan mengatur kepentingan hasrat untuk perutnya sendiri.
Arti Perjamuan.
Sebagai tambahan, kita semua tentu mengerti bahwa suatu resepsi perjamuan adalah lebih dari pada sekedar undangan untuk mengisi perut. Sangat disayangkan bilamana penampilan yang cantik dan ganteng, tidak disertakan rasa tanggung jawab mengenai kesan orang atas diri sendiri.
Tanggung jawab dan sikap menghargai sebagai pihak yang diundang sebenarnya telah dimulai sejak menerima kartu undangan. Namun, ada berapakah orang memberikan tanggapan, memberi jawab atas undangan yang khusus tertulis RSVP?
RSVP adalah catatan, tertera pada undangan yang berarti ‘mohon tanggapan’, sebagai pernyataan bahwa pihak yang mengundang membutuhkan tanggapan. Pihak yang di undang seyogyanya memberi tanggapan, akan menghadiri atau tidak menghadiri.
Bukankah sudah selayaknya, pihak yang di undang mempermudah pihak pengundang agar dapat mempersiapkan penerimaan para ter-undang dengan baik?