Kematian Sun Jian menambah lega perasaan Dong Zhuo; makin leluasa bersewenang mengumbar keangkuhan. Dengan paksa dikerahkannya 250 ribu rakyat membangun replika ibukota di MeiWo. Di kota yang berjarak 120 kilometer dari ibukota itu, juga di bangunkan istana untuknya, yang serupa dengan istana di ChangAn.
Untuk mengisi istana nya, dengan paksa dipilih 800 lebih gadis dari rakyat untuk men jadi dayang. Harta benda rakyat pun dijarahnya; ia menimbun bahan makanan sangat banyak, hingga mencukupi sediaan untuk 20 tahun. Anggota sanak keluarga diangkat nya menduduki posisi penting dalam pemerintahan.
Sebulan sekali bolak balik, antara MeiWo dan ChangAn, dengan pengawal pasukan mewah dan megah sepanjang perjalanan, dan pejabat menyambut di tempat ia tiba.
Tiada yang berani menegur meski banyak pejabat yang tidak menyukai tingkah ulah Dong Zhuo yang berlebihan itu.
Pada suatu hari, tengah ia menjamu para pejabat, masuk Lu Bu dan membisikkan sesuatu kepadanya. Dong Zhuo mengangguk dengan tawa kecut menanggapi. Para pejabat saling pandang, mereka berkuatir akan terjadinya hal yang menakutkan.
Sesaat kemudian, Dong Zhuo dengan menghardik memerintahkan menyeret menteri Zhang Wan keluar untuk dipenggal. Zhang Wan dihukum karena berkomplot dengan Yuan Shu, untuk membunuhnya. Malangnya Zhang Wan, karena surat Yuan Shu yang ditujukan kepadanya jatuh ke tangan Lu Bu.
Algojo pelaksana membawa kepala Zhang Wan di atas sebuah nampan ke perjamuan. Walaupun Dong Zhuo meminta pejabat hadirin tenang, perjamuan usai segera setelah kejadian itu.
Kembali ke kediaman, di halaman belakang, Wang Yun merenung sampai jauh malam, mencemaskan keadaan negara tetapi sebagai menteri protokol ia tiada berdaya untuk memperbaikinya, sementara telah banyak pejabat kehilangan nyawa akibat perbuatan Dong Zhuo. Hatinya merasa sangat sedih, tanpa terasa mengalir air matanya.
Wang Yun menyusun siasat.
Pada saat mana terdengar sayup suara dari balik pepohonan bunga botan. Wang Yun segera menyelidik, dilihatnya Diao Chan sedang berkeluh kesah kepada rembulan. Ia terkejut mendengar Wang Yun menegurnya dan segera berlutut memberi hormat.
Diao Chan adalah penyanyi keluarga pada kediaman menteri, ia tinggal bersama dan dibesarkan keluarga Wang Yun, yang telah memandangnya bagai puteri sendiri.
Atas pertanyaan, Diao Chan mengatakan bahwa ia bersedih melihat akhir-akhir itu Wang Yun dirundung kecemasan terlebih pada malam itu.
Besar niat untuk menghibur atau membantu, namun tiada mengetahui caranya, tiada berani pula menanyakan. Itulah sebab ia berkeluh kesah, tanpa menyangka ada yang mendengar. Jawab diluar perkiraan, menyadarkan Wang Yun akan empathy Diao Chan yang besar, timbul seketika itu sebuah gagasan dalam pikirannya.
Diao Chan diajak ke ruang lukis, setelah ia duduk, Wang Yun bersujud kehadapannya. Perempuan cantik itu terkejut, bersujudlah pula ia karenanya. Lalu, dengan menangis Wang Yun memaparkan betapa kejam kebijakan pemerintah otoriter serta diutarakan nya rencana siasat yang terpikirkan, dengan Diao Chan sebagai pelaku umpan.
Terharu Diao Chan, menanggapi: “Hamba bersedia menjalankan, walau hamba harus mati, sebagai pernyataan terima kasih hamba kepada yang mulia. Silahkan yang mulia bangkit.” Sambil memapah menteri dari berlututnya. Wang Yun berterima kasih untuk kesediaan Diao Chan berperan memperbaiki nasib bangsa.
Sebagai langkah pertama, Wang Yun mengambil beberapa mutiara simpanannya dan disuruhnya orang menatahnya pada sebuah topi emas, untuk diberikan kepada Lu Bu. Utusan kembali dan melaporkan betapa Lu Bu senang menerima pemberian itu dan ia sendiri akan berkunjung untuk menyampaikan terima kasihnya.
Keesokan hari Wang Yun menyambut kedatangan Lu Bu dan mempersilahkan masuk ke ruang pribadi, duduk pada tempat yang terhormat, sampai Lu Bu menjadi sungkan karenanya. Setelah beberapa kali bersulang serta menghargai keperkasaan tamunya, Wang Yun menyuruh pelayan menyingkir, tertinggal beberapa gadis saja. Lalu kepada mereka dikatakannya: “Panggillah anakku kemari.”
Diao Chan masuk ke ruang itu diiringi dua gadis pelayan. Melihat Lu Bu memandang dengan terpana, Wang Yun lekas berkata:
“Biar saya mendapat kehormatan jenderal untuk memperkenalkan puteri saya.”
Lalu katanya kepada Diao Chan: “Anakku, tuangkanlah minuman bagi tuan jenderal, tempat kita sekeluarga berlindung.”
Beberapa cawan berturut-turut Diao Chan menuangkan untuk Lu Bu yang meminum tanpa melepas pandangan dari Diao Chan.
Melihat Diao Chan tersipu malu dan akan pergi, Wang Yun memintanya duduk, lalu ia berkata: “Ingin sekali saya menjodohkan puteri saya dengan jenderal, bagaimanakah pendapat tuan?” Lu Bu lekas menjura: “Sekiranya benar-benar terjadi, hamba sangat berterima kasih kepada yang mulia.”
Ketika Lu Bu pamit diri, Wang Yun menyatakan akan memilih hari baik, mengantarkan Diao Chan kepadanya, yang disambut Lu Bu dengan berterima kasih.
Beberapa hari kemudian, Wang Yun bertemu Dong Zhuo di istana, disaat Lu Bu tidak bersamanya dan diundangnya ke perjamuan siang di rumahnya keesokan hari.
Dong Zhuo memenuhi undangan datang dengan berkereta. Selama perjamuan tanpa henti memujinya, bahkan menyatakan Dong Zhuo bukan saja pantas sebagai perdana menteri melainkan juga pantas menjadi kaisar, menggantikan kaisar yang lemah.
Menjelang senja, berpindah ke ruang dalam, dimana Wang Yun telah mempersiapkan pertunjukan menyanyi dan tarian dari balik tirai, dengan penerangan lilin. Dong Zhuo memuji-muji si penari. Setelah acara selesai Dong Zhuo memanggilnya dan terpesona lah ia melihat kecantikan si penari, yang tak lain adalah Diao Chan.
Melihat Dong Zhuo terpikat, Wang Yun mengemukakan niat menyumbangkan penari itu kepadanya, yang disambut Dong Zhuo dengan gembira. Malam itu juga Wang Yun mengantarkan Diao Chan sampai di gerbang kediaman perdana menteri.
Dalam perjalanan Wang Yun pulang Lu Bu mencegatnya, ia mempertanyakan sikapnya mengenai Diao Chan.
Diajaknya Lu Bu ke rumahnya; diterangkannya bahwa perjodohannya telah diketahui Dong Zhuo. Ia tak dapat mencegah niat Dong Zhuo membawa Diao Chan karena akan dinikahkan dengan Lu Bu. Segera Lu Bu meminta maaf atas kesalah pahaman.
Lu Bu berpamit dan setiba di gerbang kediaman Dong Zhuo, penjaga disana melarang setiap orang memasukinya. Di dalam kemah Lu Bu memikirkan bahwa Wang Yun tidak dapat dipersalahkan, tetapi apa gerangan alasan Dong Zhuo dengan perbuatannya.
Diao Chan menjalankan peran.
Pagi hari, dengan penasaran Lu Bu mendatangi kediaman Dong Zhuo. Penjaga disana mengatakan bahwa perdana menteri tadi malam membawa pulang teman tidur yang cantik, karena itu ia belum bangun sepagi ini. Bergolak darah Lu Bu mendengar itu.
Untuk memastikan perkembangan, Lu Bu mengendap, mendekati kamar tidur ayah angkatnya, untuk mengintip dari jendela.
Diao Chan, yang sedang menyisir di dekat jendela, melihat bayang sosok Lu Bu pada air di kolam. Lekas ia meraih sapu tangan, berpura-pura menyapu air mata.
Lu Bu memperhatikan dengan hati pedih, lalu pergi karena kuatir Dong Zhuo akan terbangun. Pada saat Dong Zhuo sarapan di ruang makan, Lu Bu datang, ia duduk untuk menyapanya. Dari balik tirai, sekali-sekali tampak setengah wajah perempuan memandang mesra kearah Lu Bu.
Menyadari Diao Chan yang berdiri dibalik tirai, Lu Bu menjadi salah tingkah, sehingga membangkitkan kecurigaan Dong Zhuo yang segera menyuruhnya pergi.
Sejak kehadiran Diao Chan, lebih sebulan Dong Zhuo tiada berkepedulian atas segala urusan. Selagi ia kurang sehat, Diao Chan merawatnya dengan penuh perhatian, yang membuat Dong Zhuo makin menyayanginya.
Keadaan kesehatan Dong Zhuo menjadi alasan Lu Bu menjenguk ke dalam kamarnya. Ketika ia masuk, junjungannya masih tidur. Diao Chan mendekat di sisi kepala tempat tidur, menunjuk pada Dong Zhuo lalu diri sendiri, kemudian berpaling menangis.
Mendadak Dong Zhuo tersadar dari tidur, melihat Lu Bu berdiri di sisi tempat tidurnya sedang memandang ke arah belakang sisi kepala tempat tidur. Ia menoleh ke arah itu dan melihat Diao Chan sedang berdiri di sana, marahlah ia. Dengan serta merta diusir nya Lu Bu dan dilarangnya memasuki kamar nya lagi.
Lu Bu pun tak kalah marah. Ia berjalan meninggalkan tempat dan berpapasan dengan Li Ru yang merasa heran melihat ekspresinya. Sambil lalu Lu Bu menjawab pertanyaan Li Ru dengan suara bernada geram.
Dong Zhuo yang kesal dengan kelakuan Lu Bu, sedang duduk ketika Li Ru menjenguk. Kepadanya Dong Zhuo menceritakan apa yang baru terjadi. Li Ru menanggapi dengan mempertanyakan apa perlunya memarahi jenderal, hanya untuk persoalan semacam itu, mengingat tujuan besar memegang kekuasaan kekaisaran.
“Lalu, apa yang harus kuperbuat?” gumam Dong Zhuo. “Sebaiknyalah tuan memanggil jenderal besok, berikanlah hadiah besar serta pujian penghargaan kepadanya, setelah itu semua akan kembali baik-baik saja.” Jawab Li Ru.
Dong Zhuo menjalankan saran, kepada Lu Bu dihadiahkan 8 kilogram lebih emas, dan 20 kayu kain sutera. Kepadanya Dong Zhuo meminta maaf atas sikap hari sebelumnya yang disebabkan gangguan kesehatan. Lu Bu menerima baik sikap Dong Zhuo, namun hatinya sedang memikirkan calon mempelai yang telah dijanjikan kepadanya.
Sebagaimana biasa, Lu Bu mengikut Dong Zhuo menghadiri rapat istana. Hari itu, seusai rapat semua pejabat pulang, kaisar melanjutkan bincang dengan Dong Zhuo.
Kesempatan mana digunakan Lu Bu, untuk menjumpai Diao Chan.
Ia memacu kuda, menuju kediaman perdana menteri. Disana ia berjalan ke ruang dalam tanpa teringat untuk melepas senjata. Diao Chan melihat kedatangannya, memintanya untuk menunggu di kebun.
Beberapa saat menunggu, Diao Chan datang dengan langkah gemulai, indah bagaikan peri dari istana bulan. Lalu layaknya keluarga yang telah lama berpisah, mengadukan nasib ketika bertemu; Diao Chan dengan air mata mengalir berlinang, berkata bahwa walau ia hanya anak angkat menteri protokol namun kehidupannya berbahagia.
Ia merasa sangat bersyukur ketika dijodohkan dengan Lu Bu. Semua impian indah itu buyar seketika perdana menteri merenggutnya. Berhari lalu ia ingin mati, tetapi tidak dilakukan, sebelum menyampaikan isi hati serta mengucapkan selamat tinggal kepada Lu Bu. Setelah mengatakan itu, ia meraih pagar untuk melompat ke dalam kolam.
Lu Bu menyergap dan memeluknya, dengan berbisik dikatakan bahwa ia mengetahui perasaan Diao Chan, hanya saja tiada kesempatan berbicara, mencurahkan perasaan.
Dengan membalas memeluk Diao Chan berkata: “Sekiranya dalam kehidupan ini saya tidak dapat menjadi isteri anda, biarkanlah saya menjadi isteri anda dalam kehidupan berikut. Jawab Lu Bu: “Saya bukan pahlawan jikalau tidak dapat memperisteri anda.”
Diao Chan meminta Lu Bu agar membawanya keluar dari tempat itu. Pada saat mana, pikiran Lu Bu mulai dilanda kekuatiran, kalau-kalau Dong Zhuo sedang mencarinya di istana.
Bersambung . . .