Na Zha, adalah dewa bocah dalam mythology Tiongkok sejak abad 16 sebelum Masehi, masa dynasty Shang. Beberapa propinsi menyebut namanya Li LoChia, adalah karakter impulsive, temperamental, namun mengemuka sebagai pembela kaum lemah.
Kelahiran Na Zha.
Di dalam benteng kota ChenTang, berdiam keluarga panglima militer, bernama Li Jing, bersama keluarga berputera dua, Jin Zha dan Mu Zha. Ketika hamil untuk anak ketiga, isteri Li Jing, nyonya Yin, tidak melahirkan pada waktu sebagaimana biasanya.
Isteri Li Jing melahirkan setelah kandungan berumur tiga tahun enam bulan, dan yang lahir bukan seorang bayi melainkan adalah sebuah bola daging, licin berguling-guling.
Meyakini bahwa selama itu yang berada di dalam kandungan isterinya adalah jejadian dari roh jahat, Li Jing lekas menyerang bola itu dengan pedangnya. Setelah berkejaran dalam rumah beberapa saat ‘bakso besar’ itu berhasil dibelah menjadi dua.
Yang lebih mencengangkan dua orang tua nya; dari dalam bola keluar anak laki-laki, berumur enam tahunan, dengan lincahnya ia berjalan dan berbicara, ekspresi senyum terlihat di matanya. Ia memegang sebuah gelang emas besar di tangannya.
Kedua orang tua menerima kehadiran bocah luar biasa itu dalam keluarga. Jin Zha dan Mu Zha memperlakukan Na Zha sebagai adik bungsu, pangeran ketiga yang kuat, sakti, berani dan cenderung bersikap nakal.
Keributan di tepi pantai.
Na Zha, suka bermain di pantai dekat rumah, bersama teman sebayanya. Di suatu hari, saking basah dan kotor, Na Zha melepas pakaian, diantaranya adalah ‘oto’ nya (sejenis pakaian dalam penghangat tubuh anak-anak zaman dulu) dan mengucek oto itu dalam air laut di pantai.
Oto itu adalah bawaan dari kahyangan. Kucekan oto mengakibatkan getaran hebat air laut dan terasa sampai ke istana naga, di dasar samudra. Raja naga mengutus jenderal Li Gen untuk mengendalikan keadaan. Teguran keras Li Gen kepada Na Zha menyebab kan perkelahian, dalam waktu singkat Li Gen tewas terpukul gelang Na Zha.
Mengetahui keadaan, raja naga mengutus putera ketiga nya, Ao Bing. Pelaksana hujan ini menjelma manusia untuk meminta pertanggung jawaban Na Zha. Pertempuran tak terelakkan dan berjalan agak seimbang hingga ketika Ao Bing terkena bola api, lalu ia tewas karena tendangan keras Na Zha di kepalanya, ia kembali ke wujud asal dengan tubuh hangus.
Bagi Na Zha pertempuran adalah kompetisi menarik, namun warga yang menyaksikan merasa sangat takut akan akibat matinya Ao Bing. Dan benarlah, tidak lama kemudian raja naga Ao Guang muncul ke permukaan, mendatangkan banjir besar melanda kota pesisir. Jumlah korban penduduk dan kerusakan memilukan hati yang melihat, begitu pun dengan Li Jing yang memimpin bantuan untuk menolong penduduk.
Belum puas terlampias amarahnya, raja naga pun mengajukan tuntutan ke kahyangan. Na Zha melihat ketidak adilan sikap raja naga, mengajukan tuntutan atas dirinya tetapi menyembunyikan perbuatan sendiri yang menimbulkan korban penduduk. Karena itu, Na Zha menyerang Ao Guang seketika bertemu di pengadilan kahyangan.
Perkelahian terjadi sebelum sidang dimulai. Kewalahan menghadapi Na Zha, raja naga melarikan diri ke tempat asalnya. Sebagai balasan, ia kembali membuat banjir besar, dengan korban penduduk lebih banyak lagi, serta menyandera orang tua Na Zha.
Menebus akibat perbuatannya.
Melihat ketidak-berdayaan orang tua dibawah ancaman, Na Zha menyesali perbuatan nya yang t’lah membawa derita kepada orang tua. Ia membunuh diri sebagai penebus dan mengembalikan tubuhnya kepada orang tua. Raja naga yang terhibur karenanya, lalu melepas Li Jing dan isteri, dan menggelar pesta merayakan kematian Na Zha.
Sebagai pejabat, Li Jing malu dan marah dengan apa yang di perbuat Na Zha, yang menyebabkan korban jiwa penduduk, kerusakan dan banyak kerugian lain. Sia-sia upaya isteri nya menghibur dan mengemukakan pembelaan bagi Na Zha.
Suatu malam, Na Zha hadir dalam mimpi ibunya, meminta dibuatkan kuil, bagi arwahnya untuk beristirahat. Ibu yang sangat menyayangi dan selalu membelanya, dengan diam- diam membangun kuil, memenuhi permintaan Na Zha.
Dalam waktu tak lama, kuil Na Cha menjadi sangat terkenal diantara penduduk setempat dan sekitarnya, bangunan kuil pun berkembang pesat karena banyak penderita sakit yang beroleh kesembuhan setelah berdoa dalam kuil itu.
Keberadaan kuil tak dapat lagi disembunyikan dari Li Jing; segera diperintahnya untuk membakar habis kuil itu, agar tidak terulang masalah waktu lalu. Arwah Na Zha marah mendapati kuilnya musnah timbullah rasa permusuhan dengan ayahnya. Ia memohon kepada kahyangan agar menitiskannya kembali ke dunia.
Na Zha menitis kembali.
Na Zha yang berasal dari kahyangan sebenarnya berusia sama dengan dewa-dewi lain penghuni kahyangan, namun bertabiat tetap seperti kanak-kanak. Setelah dikabulkan, Na Zha menitis kembali seperti sosok semula, kali ini dengan senjata tambahan berupa roda angin ber-api serta sebilah tombak berujung api, agar lebih berjaya menghadapi kekuatan jahat di dunia, termasuk Ao Guang dan pengikutnya yang bersewenang.
Segera dicarinya Li Jing, untuk mempertanyakan alasan perlunya membakar kuil, dan menyatakan penebusan yang seyogyanya telah melunasi kesalahannya. Beberapa kali pertemuan, selalu berakhir dengan pertengkaran, hingga suatu kali meningkat kepada pertarungan.
Li Jing menjadari tubuhnya yang insani bukan tandingan Na Zha, melarikan diri sambil menangkis serangan. Pada saat mana Mu Zha berpapasan dan berusaha menghalang Na Zha mengejar ayah mereka, tetapi dengan mudah Na Zha melewatinya.
Perseteruan ayah dan anak terdengar kahyangan. Pimpinan dewa menyadari bahwa sebagian dari tujuan menghadirkan Na Zha ke dunia sudah tercapai, dengan matinya naga Ao Bing. Perkembangan keadaan berlanjut menyimpang dari tujuan semula.
Dewa-dewa mendamaikan ayah beranak dan membuat Na Zha menghormati ayahnya. Perangai Na Zha pun berubah drastis setelah menyadari betapa kelakuannya yang lalu menyebabkan kesusahan orang, terutama hati ibunya yang sangat menyayanginya.
Li Jing bersama tiga puteranya lalu bersama-sama menggulingkan dynasty Shang yang lalim yang didalangi oleh roh jahat dan membantu pendirian dynasty Zhou. Beberapa tahun kemudian, Na Zha kembali ke kahyangan dan menerima penghargaan.
Ketika Sun WuKong membuat onar, Na Zha adalah diantara dewa yang merintangnya, namun tidak dapat mengimbangi keunggulan Sun WuKong. Sekembali dari mengawal XuanZang (SamZong) menjemput kitab suci, Sun WuKong bersahabat dengan NaZha.
Kini kuil bagi Na Zha banyak ditemui di kota-kota di negara Asia. Dipuja sebagai dewa pelindung serta penyembuh penyakit kanak-kanak. Orang-orang tua yang kewalahan menghadapi kenakalan anak, berdoa di kuil Na Zha, berharap kelakuan anak mereka akan berubah baik, seperti Na Zha yang menyadari dan mengubah perangainya.