Akibat Gosip, Lama Sembuh.

Membicarakan kelemahan atau keburukan orang, merupakan penghibur bagi mereka yang frustrasi dengan keadaan sendiri, merasa senang ternyata ada orang lain bernasib sama, bahkan lebih buruk, atau agar keburukannya sendiri menjadi tertutup. Orang berbahagia sibuk menikmati waktunya dan tiada tertarik mendengarkan apalagi menyebarkan gossip.

Melangkah melewati pintu, tiba-tiba suara percakapan riuh di dalam ruang itu menjadi senyap, dan orang-orang disana memandang kepada orang yang baru masuk. Apakah yang baru saja terjadi itu dapat dialami siapa saja, dimana saja.

GossipGossip merupakan komoditi yang digemari mereka, yang umumnya ber-frustrasi atas suatu kegagalan atau keterpurukan.
Bagi mereka itu, membicarakan keburukan ataupun kelemahan orang lain merupakan penghiburan bahwa masih ada orang yang bernasib sama atau lebih buruk. Berharap keburukan orang lain menutupi keburukan sendiri.

Sementara, pada orang yang sedang pada pendakian, menikmati keberhasilan, akan terlalu sibuk, tiada waktu luang, juga tidak tertarik mendengarkan gossip, apalagi turut menyebarkan. Demikian pula yang berpandangan positip, tiada motivasi padanya atas hal serupa, meski di dalam waktu santai sekalipun.

Kebiasaan gossip, pada gilirannya menjadi semacam hobby. Tidak pandang bulu siapa yang menjadi objek. Tiada pertemuan tanpa gossip, yang actual ataupun kadaluwarsa. Tanpa gossip, pertemuan berlangsung hambar. Apakah pernah disadari akan perasaan orang yang di gosipkan?

Tetapi yang pasti, mereka yang gemar ber-gosip menyadari bahwa teman ber-gosipnya akan menjadikannya objek dalam kesempatan lain. Sehingga setiap dari mereka begitu rajin menghadiri pertemuan, hanya karena kekuatiran bahwa ketidak-hadirannya akan memberi kesempatan bagi yang lain untuk membicarakan mengenai dirinya.

Dalam agama apapun, kiranya gossip bukanlah perbuatan terpuji; namun, gossip tetap terdengar juga di tempat ibadah, oleh mereka yang aktif ber-organisasi sosial. Teguran agar tidak ber-gosip ditanggapi dengan ringan: “Ini kan hanya diantara kita-kita saja.”

Luka akibat gossip.

Adakah sekejap terpikir akan kerusakan yang ditimbulkan oleh gossip?

Ada pendapat mengibaratkan gossip bagai sebuah paku, diri kita adalah palu nya, dan orang yang di-gosip-kan adalah sebilah kayu. Apabila palu menancapkan paku itu pada kayu, terjadilah lubang pada kayu. Lubang itu akan tetap tinggal pada kayu walau paku itu telah dicabut kembali.
Lubang pada kayu tiada lain adalah luka hati orang yang menjadi korban gossip. Luka itu akan lama tinggal disana.

Luka itu tidak diderita oleh individu yang menjadi objek gossip saja melainkan melebar mengena kepada keluarga, kerabat dan pihak yang mengasihnya. Mereka semua turut merasa sebagai korban.

Dalam kasus tertentu ada gossip yang kemudian berbalik menguntungkan korbannya. Kejadian seperti ini biasanya bukan tujuan si penggosip pada mulanya.

Adalah baik, berhati-hati dengan ucapan dan ungkapan, agar tidak menimbulkan luka hati orang lain secara tidak perlu. Dan baik untuk diingat selalu, seorang sahabat yang baik adalah yang meredam setiap gossip yang timbul atas diri sahabat nya, betapapun besar kesalahan yang telah dibuatnya.