Kiranya polygamy adalah issue kontroversial sepanjang masa. Suara kontra yang keras dan emosional diperdengarkan kaum perempuan. Sementara penganutnya, biasanya laki-laki, tanpa ribut, cenderung diam-diam menikahi beberapa perempuan.
Polygamy, riwayatnya dulu.
Polygamy adalah hubungan suami isteri yang melibatkan lebih dari dua orang, terjadi bilamana seorang suami beristeri lebih dari seorang (polygyny), atau seorang isteri ber suami lebih dari seorang (polyandry) atau beberapa laki-laki dan beberapa perempuan hidup bersama di dalam pernikahan (group marriage).
Di zaman kekuasaan mutlak para raja-raja, polygyny lazim dalam keluarga istana atau bangsawan, puluhan, bahkan ratusan selir, dalam harem kaisar.
Raja Salomo, sebagaimana terkisah, hidup bersama lebih tiga ratus orang selir masih ditambah seribu gundik. Jumlah selir yang sebanyak itu tentu melampaui kebutuhan hasrat syahwat, tak mengherankan jikalau diperlukan bantuan tabib mempersiapkan ramuan peningkat stamina.
Polygyny merupakan symbol status, kekuasaan, kebanggaan keluarga istana, ningrat, namun disaat tertentu mendatangkan bencana. Symbol ini tidak jarang harus dibayar mahal dikemudian hari, saling membunuh antara sesama keturunan, memperebutkan posisi putera mahkota, andil selir berperan kuat dibelakang layar. Alasan ini membuat polygamy tidak popular dikalangan penguasa Roma.
Ada kesan, ditempat dimana polygyny banyak ditemui, disana perempuan dipandang sebagai gender kelas dua, dengan penerapan patrilineal (garis keturunan ayah) sangat kuat. Berbeda dengan keadaan di Jerman ketika negara itu baru mengalami kekalahan dalam perang dunia; undang-undang disana pernah memperkenankan polygyny, oleh karena minimnya jumlah pemuda produktif, banyak yang tewas dalam pertempuran.
Bukan laki-laki saja ber polygamy, perempuanpun ber polyandry, jarang ditemui, tidak berarti tidak ada. Di Tibet, Buthan, Nepal, Srilangka, Monggol, Amerika dan India, suku asli disana mengenal kehidupan polyandry.
Suami suku primitif kerap pergi meninggalkan rumah untuk waktu yang lama, berburu atau bercocok tanam di daerah lain dan sebagainya. Adalah hal baik apabila ada ayah lain bagi anak-anak. Bergantian ayah-ayah mereka menunggui keluarga.
Fraternal polyandry biasanya adalah favorit di tempat suku-suku itu, perempuan yang bersuami beberapa laki-laki bersaudara kandung. Suami-suami yang bersaudara tidak berkeberatan ber investasi atas anak-anak yang dilahirkan. Jikalau anak terlahir bukan anak kandungnya, paling tidak anak itu adalah keponakannya.
Realita ber polygyny.
Alasan lain polyandry, adalah untuk memakmurkan hidup keluarga. Beberapa suami membawa pulang hasil kerja mengumpulkan kekayaan bagi keluarga. Ini berkebalikan dengan polygyny yang memecah kekayaan keluarga. Mempersatukan para isteri hidup rukun dibawah satu atap adalah hampir mustahil.
Ternyata mengumpulkan isteri hidup bersama dan rukun, bukan merupakan kesulitan bagi seorang laki-laki India. Ziona namanya, tinggal di desa Baktwang, timur laut India, bersama keluarga terdiri atas tiga puluh sembilan isteri, sembilan puluh empat anak, belasan menantu perempuan dan tiga puluh lima cucu.
Mereka tinggal dalam bangunan berlantai empat, di dalamnya terdapat lebih dari dua puluh kamar tidur besar!
Anggota keluarga berbagi kamar yang masing-masing berisi dua puluhan tempat tidur, layaknya barak asrama. Ziona sendiri, menempati kamar dengan tempat tidur ukuran besar. Kamar isteri termuda adalah yang terdekat dengan kamar Ziona, dan isteri yang lebih tua menempati kamar yang lebih berjauhan. Pengaturan manusiawi, masuk akal.
Keluarga besar itu bernafkah dari hasil usaha perkayuan, setiap anggota keluarga telah mempunyai bagian tugas, ada yang bekerja di perusahaan kayu keluarga, sedang yang lain mengurus peternakan atau hasil panen. Ziona yang berusia 69 tahun (saat artikel ditulis), memperlakukan disiplin yang tinggi atas keluarga, nyaris seperti disiplin militer tanpa diskriminasi, begitulah pengakuan para isterinya; termasuk juga jadwal kunjung isteri ke kamar Ziona.
Makanan dipersiapkan di dapur keluarga, dengan pembagian kerja, memasak, mem bersihkan, mencuci, dipimpin isteri tertua. Semua mendapat bagian, anak usia enam tahun telah pandai mencabuti bulu ayam. Dalam waktu sejam, makanan untuk lebih dari 180 mulut terhidang. Urusan mencuci peralatan masak dan makan selesai hanya dalam bilangan menit saja.
Pro dan kontra, berargumentasi atas kehidupan polygamy, kelebihan dan kekurangan, untung rugi, tidak saja secara agama dan istiadat, tetapi juga memasuki ranah hukum, keadilan, sosial budaya, kesehatan dan sebagainya. Polygamy telah dinyatakan sebagai terlarang di pelbagai negara, terutama polyandry, karena menimbulkan banyak resiko kesehatan.
Penelitian menunjukkan bahwa anak yang lahir dibesarkan dalam keluarga monogamy memiliki keandalan yang lebih baik dari pada anak keluarga polygyny atau polyandry. Tidak diragukan karena dalam keluarga monogamy, kesempatan berdekatan orang tua dan anak lebih besar, dibandingkan dalam keluarga polygamy.
Ada pula yang meng klaim polygamy sebagai pengingkaran atas kesetiaan. Sedangkan manusia senang beranggapan diri sebagai mahluk beriman, berkesetiaan. Kenyataan- nya beberapa jenis hewan meneladankan kesetiaan pasangan; burung merpati, angsa, serta elang laut. Lihatlah Ikan paus, mengarungi samudra dalam keluarga monogamy, serigala buas bersarang bersama pasangan tetap, sepanjang hidup.
Mungkin suara kontra polygamy tiada berarti apa-apa bagi Ziona dan keluarga.
Atau Ziona memang laki-laki yang beruntung, tidak sebarang laki-laki seberuntung itu, walaupun betapa kaya raya nya ia.