Ada sementara kalangan umat ber-agama (non-nasrani) menyatakan, bahwa memang Yesus dikandung tanpa hubungan antara laki-laki dan perempuan, yang terjadi karena kehendak Allah. Akan tetapi tiada yang luar biasa dengan kelahiran Yesus.
Yesus lahir dengan proses seperti manusia biasa. Maria yang melahirkan, juga dengan merasa sakit persalinan seperti dialami ibu ibu umumnya ketika melahirkan. Apa yang luar biasa?
Bahwa penciptaan manusia yang pertama (Adam), itulah yang luar biasa, itulah yang dapat dikatakan mujizat Tuhan. Demikian lebih jauh pendapat kalangan tadi.
Kiranya pendapat diatas tiadalah berbeda dengan yang di-imani umat nasrani.
Bahwa Yesus dikandung (dari Roh Kudus) sebagaimana kehendak Allah dan dilahirkan sebagai manusia biasa, untuk kemudian menjalani hidup yang sama dengan manusia.
Hanya saja, yang perlu menjadi pertanyaan untuk dijawabkan adalah mengapa kiranya Yesus lahir sebagai manusia, mengapa juga dalam keadaan memprihatinkan, jauh dari kemewahan.
Kebersahajaan kelahiran Yesus.
Dalam keadaan mengandung, Maria harus menempuh perjalanan dari kota Nazareth di Galilea menuju kota Bethlehem di Yudea, tempat Yusuf berasal, untuk mendaftarkan diri, memenuhi program sensus penduduk sesuai perintah kaisar Agustus.
Dengan sarana transportasi pada waktu itu, jarak kedua kota itu tidak terbilang dekat, terlebih bagi perempuan yang sedang hamil tua. Yusuf pun tidak mendapatkan tempat berteduh yang layak bagi Maria, semua penginapan penuh dengan orang berdatangan untuk tujuan yang sama, sementara waktu Maria melahirkan telah tiba.
Maria melahirkan dalam keadaan serba berkekurangan. Bayi yang diberi nama Yesus, berarti Juru Selamat, tetapi lahir dalam keadaan sangat bersahaja. Suatu yang kontras, setelah banyak nabi-nabi sebelum itu lahir dalam keluarga yang makmur, berpengaruh serta disegani, karena kedekatan hubungan dengan pihak penguasa. Yesus justru lahir dalam kandang domba, kemudian menjadi kejaran pasukan pemerintah.
Kelahiran Yesus, diberitakan orang majus sebagai kelahiran raja orang Yahudi, karena melihat bintang kelahiran-Nya di timur. Berita mana menggemparkan Yerusalem, juga raja Herodes yang lalu memerintahkan membunuh semua anak berumur dibawah dua tahun yang berada di Betlehem dan sekitarnya.
Yusuf membawa keluarganya menyingkir ke Mesir, melarikan Yesus dari pasukan raja Herodes, raja penguasa Roma atas Israel. Mungkin inilah yang luar biasa, seorang bayi, yang lahir dalam keadaan bersahaja, menjadi buronan pasukan kekaisaran Roma.
Rancangan atas kelahiran Yesus.
Apabila semua yang harus dilalui keluarga kecil Yusuf, menjelang dan setelah kelahiran Yesus, terjadi dengan sendirinya, maka terlihat adanya terlalu banyak unsur kebetulan, mulai dari program sensus, perjalanan, ketiadaan tempat di saat Maria telah hamil tua. Lalu dengan bintang kelahiran di timur orang majus berdatangan sampai kepada sikap dan perintah raja Herodes.
Kejadian demi kejadian, membawa kepada pemikiran bahwa semua yang melingkup di seputar kelahiran Yesus adalah sebuah rancangan. Mengarahkan kepada pemahaman, bahwa kelahiran-Nya dimaksudkan sebagai menunjukkan empathy Tuhan yang besar, untuk turut menjalani suka-duka (derita) manusia hidup di dunia, empathy merupakan wujud nyata akan Kasih.
Setelah Tuhan mengutus banyak nabi-nabi dimasa sebelumnya kelahiran Yesus adalah giliran Tuhan sendiri yang akan berkata-kata kepada manusia. Cara yang terbaik untuk berkomunikasi dengan manusia ciptaan-Nya adalah dengan menjadi manusia.
Empathy yang dibangun melalui kehidupan keluarga Yusuf, sejak masa kelahiran-Nya, akan sangat mendukung kepada terjalinnya efektifitas dan intensitas berkomunikasi. Kelahiran sebagai Manusia merupakan satu dari berbagai bentuk keberadaan ditengah tengah manusia (Immanuel).
Apa yang dirayakan sebagai Natal.
Kelahiran Yesus sama sekali tidak memperlihatkan kemegahan duniawi, kalaulah tidak dapat dikatakan nestapa. Ini belum menyinggung berapa banyak korban anak-anak tak berdosa di Bethlehem dan sekitarnya akibat perintah raja Herodes, berapa banyak air mata keluarga tertumpah meratapi kehilangan anak-anak mereka.
Rancangan Tuhan penuh misteri, kita hanya dapat mereka-reka, penafsiran tiada habis tanpa pernah sempurna menampung. Kita juga takkan pernah memahami mengapa harus ada korban jiwa anak-anak yang tak berdosa.
Akan tetapi, paling tidak kita memahami bahwa merayakan Natal bukanlah seperti kita merayakan ulang tahun sesama kita. Thus, tiada guna memperdebat kapan persisnya hari kelahiran Yesus, walaupun dalam alkitab terdapat petunjuk akan hal itu.
Kelahiran Kristus menjadi manusia adalah kehadiran Tuhan ditengah-tengah manusia, untuk berkata-kata kepada kita, mengajarkan akan kasih yang menyelamatkan melalui keteladanan hidup Yesus di dunia. Kelahiran Juru Selamat adalah untuk membawa kita kepada keselamatan, kepada hidup kekal, hidup bersama Tuhan.
Merayakan Natal merupakan penyegaran semangat akan kasih, semangat untuk saling mengasihi, sebagaimana yang telah diajarkan dan diteladankan-Nya.
Selamat hari Natal kepada segenap pembaca budiman yang merayakannya.