Sebagai penumpang, adalah menarik dan baik untuk mengetahui bagaimana rancang keselamatan penerbangan komersiil sejak menjelang lepas landas hingga mendarat di tempat tujuan. Tiada yang dapat dilakukan penumpang untuk membantu, tetapi ada perbuatan yang perlu dihindari demi keselamatan bersama.
Dalam perjalanan udara, jalur dan arah penerbangan telah ditentukan seperti halnya dengan perjalanan darat, perbedaan yang menyolok adalah jalurnya yang berdimensi tiga (meliput juga ketinggian); route arah berlawanan dipisah pada ketinggian terbang. Perbedaan lain adalah bahwa pada perjalanan udara tiada penghentian, apalagi untuk mundur, dan kesalahan kecil saja dapat berakibat fatal.
Oleh karena itu pengaturan jalur dan arah adalah sangat kritikal untuk penerbangan, membayangkan betapa ramainya pesawat bertubuh bongsor, bobot berat ditambah muatan ratusan penumpang serta bagasi, berlalu-lang di udara berkecepatan 800km perjam (ground-speed).
Lepas landas dan mengangkasa.
Petugas menara pada setiap bandara, berfungsi mengatur lalu lintas lepas landas dan pendaratan, berkomunikasi dengan pilot.
Setiap pilot menunggu perkenaan dari petugas menara mengenai waktu dan landasan pacu yang digunakan untuk meluncur lepas landas beserta informasi yang diperlukan mengenai keadaan cuaca. Petugas mengikuti gerak pesawat secara visual dari menara tempat ia bertugas, untuk memastikan pesawat terhindar dari persinggungan dengan objek atau penerbangan lain, hingga pesawat mengangkasa.
Setelah mengudara dan memposisikan pesawat dalam jalur dan arah yang benar, pilot meng-aplikasi-kan INS (Inertial Navigation System), yang telah di program sebelumnya. Sebuah sistim auto-pilot yang mengendali pesawat menempuh perjalanan ke tempat tujuan.
Dalam perjalanan di udara.
Seperti dalam perjalanan menjelajah darat, jalur dan arah perjalanan udara pun telah tergambar pada peta, menjadi perlengkapan yang dipersiapkan pilot setiap menjelang keberangkatan. Hanya saja, setelah mencapai angkasa pada ketinggian ribuan meter, tidak terlihat jelas lagi bumi dibawah, tidak seperti bila terbang relatif rendah dengan pesawat kecil dan menerapkan VFR (Visual Flight Rules).
Selama perjalanan udara, dalam pesawat komersiil pada ketinggian 7 ribu meter atau lebih, pesawat harus berada dalam jalur (track) yang benar, arah (heading) yang benar dan kecepatan (ground-speed) yang benar menurut ketentuan, demi keselamatan dan tiba pada waktu diharapkan.
Kendati setting arah dan jalur telah benar pada suatu saat tertentu, namun pada saat lain pesawat dapat terbawa oleh perpindahan udara (angin), tergeser keluar dari jalur, atau terbelok arah terbangnya (vektor), demikian pula dengan ketinggiannya (altitude) yang mungkin anjlog, oleh ketipisan tekanan udara yang dialami pada lokasi tertentu.
Atas pergeseran atau pembelokkan arah atau perubahan ketinggian yang dikarenakan perubahan keadaan udara tersebut, perlu adanya kompensasi untuk mengembalikan pesawat kedalam jalur (tiga dimensi) dan heading yang telah ditentukan, agar pesawat tidak tersesat ke suatu tempat lain, juga menghindarkan pesawat dari persinggungan dengan penerbangan lain dalam jalur yang lain atau route yang berlawanan. Begitulah fungsi pengendalian dengan INS.
Menjadi pekerjaan pilot, untuk memastikan bahwa pesawat dalam penerbangan yang benar, memastikan bahwa sistim perangkat auto pilot bekerja dengan baik, untuk itu diperlukan beberapa perangkat tambahan lain dalam cockpit, untuk dijadikan sebagai referensi, antara lain perangkat sistim GPS. Dalam keadaan darurat karena kesalahan kerja sistim, pilot perlu mengambil langkah manual.
Pendaratan di bandara tujuan.
Saat mendekati bandara tujuan dalam radius sekitar 8 km, petugas menara berfungsi membantu, mengenai perkenan pendaratan, koordinat landasan dan sebagainya.
Pada saat tersebut, pilot mengalihkan aplikasi dari INS kepada ILS (Instrument Landing System) sesuai koordinat landasan.
Setiap pilot memang terlatih untuk mendaratkan pesawat secara manual, akan tetapi pendaratan yang ‘mulus’ adalah dengan menggunakan aplikasi ILS; auto-pilot system yang mengatur kecuraman curve penurunan ketinggian, sehingga demikian landainya penurunan ketinggian ketika roda pesawat akan hampir menyentuh landasan.
Penurunan ketinggian yang curam berakibatkan kecelakaan; pesawat akan terbanting menabrak landasan. Seperti mungkin banyak dari kita telah menyaksikan dalam film Die Hard, yang disengaja lakukan terrorist pembajak bandara dengan mengubah info mengenai elevasi (koordinat) landasan udara.
Ketergantungan pada kerja fungsi perangkat.
Kecanggihan kerja perangkat INS dan ILS mengagumkan, perangkat pengendalian dan pendaratan pesawat ini dimungkinkan berkat perkembangan ilmu pelayaran Navigasi (juga penerbangan). Pengetahuan mana terpikirkan orang sejak abad 13 untuk meng-alokasi posisi suatu objek di atas muka bumi, sampai dikenalkannya koordinat dengan garis lintang (utara-selatan) dan bujur (timur-barat).
GPS (Global Positioning System) adalah terobosan besar ilmu navigasi, yang direalisasi Amerika Serikat. Aplikasinya praktis bahkan untuk mobile-phone (hand-phone), mulai generasi pertama tahun 1994, didukung oleh 24 satelit, kini telah bertambah dengan sejumlah satelit. Perangkat ini terpasang dalam cockpit berbagai pesawat modern.
Dewasa ini telah dioperasikan lebih 3.000 (tiga ribu) stasion VOR (VHF Omnidirectional Radio Range) oleh Amerika Serikat yang tersebar di seantero muka bumi. Stasion yang berfungsi layaknya menara mercu suar memancarkan tanda cahaya untuk pelayaran, bedanya bahwa stasion ini memancarkan gelombang radio untuk penangkapan sistim navigasi.
Jenis perangkat system dan perangkat referensi yang disebutkan diatas adalah contoh diantara yang terpasang dalam cockpit sebuah pesawat komersiil modern.
Perangkat system merupakan penginderaan dan pengendalian auto-pilot, sedangkan penginderaan pilot atas kerja perangkat sistem adalah berdasar pada kerja perangkat referensi.
Penting untuk disadari bahwa semua perangkat itu bekerja berdasar pada gelombang radio yang diterimanya, dari satelit maupun stasion VOR. Gelombang radio, yang juga dipancarkan oleh piranti seperti mobile-phone (hand-phone), dan sebagainya.
Apabila gelombang radio yang diterima perangkat, ter-interferenced atau ter-distorted oleh gelombang radio lain, tidaklah sukar membayangkan akan kesalahan yang akan terjadi pada pengendalian dan pendaratan, berakibat kepada kemungkinan timbulnya kecelakaan.
Oleh karenanya merupakan kepentingan setiap penumpang, untuk turut memastikan bahwa penumpang lain yang duduk berdekatan telah mematikan (off) alat komunikasi atau piranti lain yang membangkitkan gelombang radio, demi keselamatan bersama.