Suatu malam, sebuah kapal pesiar mengalami badai besar dalam pelayaran dan kapal terombang-ambing, menjadi sangat sulit dikendalikan. Lalu, satu hempasan yang kuat membuat badan kapal menyinggung batu karang, lambungnya terkoyak berakibatkan kebocoran besar.
Air dengan derasnya memasuki badan kapal, segala upaya yang dilakukan para awak kapal tidak menolong keadaan. Tiada pilihan, kapten memutuskan untuk mengadakan evakuasi, menggunakan seluruh sekoci yang tersedia, di tengah malam.
Demikianlah, satu persatu sekoci dipenuhi penumpang yang panik, ditengah remang- nya malam badai, bergegas diturunkan ke permukaan laut dan menjauhi kapal yang mulai miring.
Tak lama kemudian, perlahan kapal mulai tenggelam, di-iringi pandang sedih setiap orang disana.
Puluhan sekoci terapung di lautan, mereka terpencar satu sama lain tiada tentu arah. Satu dari antara sekoci itu bermuatan dua puluhan orang, seorang juru mesin serta kapten kapal.
Ketika hari mulai terang kepanikan mereka mereda, baru diketahui bahwa perbekalan yang ada dalam sekoci hanyalah sebuah jerry-can berisi air minum.
Kapten menyadari bahwa titik tempat mereka berada sangat jarang dilewati pelayaran, kecil harapan akan mendapat pertolongan dalam waktu dekat, sedangkan sekoci lain- nya tidak tertampak lagi. Oleh karenanya ia menetapkan penjatahan air minum, setiap orang mendapat air setakaran tutup jerry-can, setiap jam sekali.
Tutup jerry-can di estafet kan, bolak balik, setiap orang minum sekali pada gilirannya, berjalan tertib pada mulanya. Tetapi waktu siang hari, di bawah sengat sinar matahari, jatah air itu jauh dari mencukupi, dan mulailah ada yang minum lebih dari sekali ketika sedang melalukan air dalam tutup jerry-can kepada orang yang berada disebelahnya.
Keadaan mana membuat kapten ber-inisiatip mengambil posisi di haluan sekoci; satu persatu mereka maju melangkah kepadanya untuk menerima jatah air. Pengaturan ini tak menghentikan niat beberapa dari mereka untuk mencoba mendapat jatah minum tambahan, sampai-sampai terjadi perkelahian, diantaranya baku hantam dengan juru mesin, anak buah kapal sendiri, yang berusaha merebut jerry-can dari tangan kapten,
Perkelahian dimenangkan kapten, kejadian itu memaksa kapten berwaspada, bersiap selalu dengan pistol ditangan, ia duduk di haluan, menyuruh yang lainnya cenderung ke bagian buritan. Siang berganti malam, dua hari sudah mereka lalui terapung di laut.
Menyadari, bahwa dirinya tak dapat bertahan lebih lama lagi menahan serangan rasa kantuk, dipanggillah juru mesin agar mendekat dan kepadanya diserahkan pistol serta perbekalan air. Lalu, tanpa sempat lagi menunggu tanggapan juru mesin, kapten jatuh rebah dari duduknya, tertidur. Tidak mampu peduli dengan perkembangan yang akan terjadi.
Entah berapa jam kapten terlelap dalam tidur, ketika ia tersadar, apa yang didapatinya sungguh diluar dugaan; si juru mesin sedang duduk di haluan dengan pistol ditangan, membagikan jatah air minum kepada setiap penumpang, persis seperti apa yang telah diperbuat kapten.
Kapten mendekati juru mesin dan bertanya: “Bukankah engkau adalah diantara yang berusaha merebut air, bahkan sampai kita berkelahi? Lalu, mengapakah engkau tidak meminum sekehendakmu, memuaskan haus, selagi engkau berkuasa atas air itu?”.
Jawab juru mesin: “Maaf kapten, saya memang bertindak keliru saat berusaha merebut air dari penguasaan anda, dikarenakan rasa haus tiada tertahankan. Namun pada saat itu, pada saya tiada tanggung jawab atas perbekalan air.”
Sambungnya lagi: “Persoalan menjadi lain, sejak anda menyerahkan tanggung jawab kepada saya. Itulah mengapa saya menjaga perbekalan air dan melakukan penjatahan sebagaimana anda percayakan kepada saya.” Kapten mendengarkan penuturan anak buahnya dengan mengangguk angguk.
Demikian kisah dalam sekoci penyelamat, kiranya meng-inspirasi akan pengembanan amanah serta tanggung jawab. Seorang yang baik, adalah orang yang memanfaatkan secara positip kepercayaan yang didapat, untuk menunjukkan rasa tanggung jawab.