Mujizat dan Rasa Syukur.

Makin luas dan dalam pengetahuan, makin mudah dan akurat menandai keluar biasaan, keajaiban. Tetapi, soal men-syukuri keluar-biasaan itu sebagai mujizat adalah soal lain. Makin besar sikap mensyukuri seorang, makin jarang ia mengharap mujizat. Sedang yang tidak mampu bersyukur tidak mampu menandai mujizat, padahal mujizat itu sedang berlangsung didepannya.

“Saya pernah melihat sperma berenang menjauhi telur, padahal secara medis sperma dan telur keduanya sehat” Begitu petugas rumah bersalin program bayi tabung mulai dengan cerita, ia mengaku merinding setiap kali teringat.
“Luar biasa benar keajaiban itu, saya melihat dengan mata kepala sendiri kuasa Tuhan bekerja!”

Menandai keajaiban.

Petugas program bayi tabung, dengan pengetahuan dan pengalamannya memahami benar kuatnya daya tarik telur yang sehat terhadap sperma yang juga sehat. Gerakan sperma mendekati telur untuk membuahinya adalah peristiwa biasa.
Untuk dapat menandai sesuatu adalah luar-biasa, perlu lebih dulu memahami kejadian yang biasa.

Mengharap mujizatPeminta-minta belas kasih akan menandai pemberian uang besar sebagai luar-biasa, setelah ia terbiasa menerima pemberian uang receh.

Makin luas dan dalam pengetahuan seorang, akan makin mudah dan akurat menandai suatu ketidak laziman, keajaiban, dari pada seorang lain yang kurang berpengetahuan.

Adapun kebiasaan, atau kelaziman, yang ditemui di atas bumi, dikarenakan adanya ber bagai unsur. Dalam hubungan antar sesama, yang merupakan unsur dimaksud adalah antara lain ego, budaya, dan tradisi. Sedangkan kebiasaan yang berhubungan dengan kejadian alam dunia, batasannya dikenal sebagai hukum alam.

Beberapa batasan (hukum) alam.

Batasan dimensi.
Dari antara batasan yang diderita mahluk dan benda di dunia adalah dimensi. Sebagai kita pahami, secara phisik, setiap mahluk dan benda mengambil ruang. Serenik, sekecil apapun volumenya dapat diukur dimensinya.

Volume, adalah bagian batasan ruang sesuatu phisik, berarti bahwa ruang yang telah diambil suatu phisik tidak dapat diambil phisik lain.

Sebuah gelas penuh terisi air, ke dalamnya tidak dapat lagi diisikan benda lain, atau air akan meluap keluar dari dalam gelas; volume yang sudah diambil oleh air tidak dapat lagi diambil alih phisik lainnya, atau air akan berpindah mengambil ruang baru di luar gelas, sebagaimana dimaksudkan oleh hukum Archimedez.

Batasan waktu.
Ada batasan lain, yaitu waktu, dimensi keempat yang dikemukakan oleh teori Einstein. Suatu peristiwa dikatakan sebagai hal yang biasa terjadi, karena pengulangan kejadian dalam berjalannya waktu. Dan waktu selalu berjalan maju dengan teratur. Tiada yang dapat menghentikan, mempercepat, memperlambat, mengundurkan atau memajukan waktu.

Batasan dimensi keempat (waktu) juga berarti alibi; seorang tidak dapat berada di dua tempat berbeda dalam waktu yang bersamaan; ketika sedang bepergian, ia tidak dapat ditemui di rumah.

Memahami Kuasa diluar jangkauan manusia.

Ajaran agama mengenalkan kita kepada roh, kepada Yang Maha Kuasa. Apabila dicoba pahami bahwa alam lain itu adalah eksis dan keberadaan roh adalah disekitar kita, ini membawa konsekuensi pengertian, bahwa batasan yang dikenakan atas alam di dunia tidak berlaku atas roh, tidak berlaku juga atas Yang Maha Kuasa.

Batasan dimensi yang tidak berlaku atas roh, memberi kebebasan kepada roh berbagi ruang dengan phisik lain, tanpa memindahkan phisik tersebut, tidak lagi berlaku teori Archimedez. Roh dapat masuk ke dalam gelas penuh berisi air tanpa berakibat meluap air dari gelas. Berarti juga, roh tidak terhalang oleh segala dinding dari materi apapun dinding terbuat, roh dapat berlalu menembus segala gedung.

Batasan waktu yang tidak berlaku atas roh, memberikan pengertian, bahwa roh dapat menjelajah disepanjang Time Line, dapat melompat ke dalam suatu kurun waktu yang dikehendaki dimasa lalu dan masa mendatang, terutama Roh Yang Maha Kuasa, yang diyakini para umat beragama, dapat menilik segala peristiwa yang sudah, sedang dan akan terjadi, di setiap waktu.

Demikianpun dengan alibi yang tidak berlaku atas Yang Maha Kuasa, ini berarti bahwa Kuasa itu dapat berada di segala tempat di dunia dalam waktu bersamaan. Mungkin ini menjawab, mengapa Yang Maha Kuasa dapat mendengar doa yang dipanjatkan orang secara serempak dimana-mana.

Batasan lain yang diperdapat sebagai tidak berlaku atas roh adalah gravitasi, gaya tarik bumi, dengan demikian memungkinkan sosok roh melayang, di dalam maupun di luar atmosphere bumi, berjalan diatas air, meng-angkasa dan sebagainya.

Antara keajaiban, mujizat dan rasa bersyukur.

Masih banyak sekali cara dan sudut pandang atas keluar-biasaan, yang mungkin terjadi di dalam kegiatan keseharian. Demikian pula atas Kuasa yang berada diluar jangkauan manusia, Kuasa mana mungkin berkarya diluar kesadaran dan pengetahuan manusia, di sepanjang kehidupan dunia ini.

Kemampuan menandai suatu keluar-biasaan, keajaiban, adalah satu hal.
Kemampuan mensyukuri keajaiban sebagai mujizat adalah hal lainnya lagi.

Seberapa dahsyatkan keluar-biasaan, keajaiban, harus terjadi yang membuat manusia melihatnya sebagai mujizat Yang Maha Kuasa? Jawabnya bergantung kepada seberapa besar rasa syukur yang ada pada manusia itu.

Seorang yang kurang berpengetahuan (kurang mengenal hal kebiasaan) disertai minim nya rasa syukur, mengalami kesulitan mengenal keajaiban. Ia tetap saja berharap akan datangnya mujizat, padahal mujizat itu sedang terjadi dihadapan matanya. Bagaimana dapat ia mensyukurinya?

Sebaliknya, makin besar sikap bersyukur seorang, akan makin jarang ia mengharapkan mujizat. Ia bahkan mampu mengucap syukur setiap bangun di pagi hari dengan badan bugar mendengar kicauan burung bagai mengucap selamat pagi kepadanya, walaupun peristiwa itu adalah kebiasaan terjadi setiap hari.

Apakah peminta-minta belas kasih menandai pemberian uang besar sebagai luar-biasa atau mujizat karya Yang Maha Kuasa? Itu bergantung kepada rasa bersyukur sendiri.

Kemampuan menandai suatu keluar-biasaan, keajaiban, adalah satu hal.
Kemampuan mensyukuri keajaiban sebagai mujizat adalah hal lainnya lagi.