Profesi dan Persahabatan.

Di mata mereka yang kurang memahami arti profesionalisme, kesan mudah serta cepatnya pengerjaan, menimbulkan kesan murah. Itulah alasan bidang profesi tertentu menjadi tertutup terhadap awam. Terhadap kerabat yang selalu mendahulukan kepentingan diri sendiri sebaiknya menjaga jarak hubungan.

Suatu sore, seorang teknisi computer dikunjungi tetangganya yang membawa sebuah CPU box, ia meminta tolong memperbaiki; computer nya ‘sedikit bermasalah’, begitu katanya. Setelah berbasa-basi sebentar, ia pamit dan meninggalkan CPU box di rumah teknisi. Bagaimana sebaiknya teknisi menanggapi permintaan tolong tetangganya itu?

Adakah tetangganya memilih mendatangi teknisi itu untuk perbaikan computer karena telah mengenal reputasinya? Karena kebetulan berdekatan rumah? Karena bersimpati dan bermaksud menambah jumlah pelanggan, untuk mendukung kegiatan bernafkah sesama tetangga? Atau sebaliknya, mengharap simpati teknisi, agar diberi keringanan biaya perbaikan, bahkan gratis?

Memperbaiki computerMenjadi pertanyaan bagi si teknisi, apakah sebaiknya ia mendahulukan mengerjakan perbaikan computer tetangga yang tanpa kejelasan akan upah dan pengganti biaya suku cadang?
Sementara itu di rumahnya masih banyak computer pelanggan menunggu ditangani dan para pemilik bergantian menanyakan, kalau-kalau perbaikannya sudah siap.
Setiap orang berprofesi lepas (free-lance) sangat mungkin telah pernah menghadapi kasus ini.

Menolong sesama yang sedang membutuhkan bantuan adalah perbuatan mulia.
Tetapi tentu tidak demikian sesederhana untuk kita kemukakan ungkapan itu, apabila kita yang sedang membutuhkan bantuan.

Seyogyanya kita mempertimbangkan pengorbanan orang yang membantu kita khusus nya dalam bidang yang menjadi profesi, bidang mata-pencarian untuk bernafkah bagi keluarganya.

Pemuasan dan imbalan penghargaan.

Melayani kepentingan orang yang sudah dikenal dengan baik, membuka peluang lebih besar untuk memuaskannya dengan pelayanan dikarenakan telah memahami dengan benar akan kebutuhan dan keinginannya. Walau kenyataannya, pemuasan tidak selalu sejalan dengan penghargaan yang diterima.

Ada khalayak yang berkecenderungan berbuat baik kepada anggota keluarga sendiri, sahabat dan tetangga, sebelum meluas kepada yang lain. Berada disekeliling khalayak seperti ini adalah suatu keberuntungan, sebagaimana dialami penulis.
Satu dari antara kejadian adalah kerabat berbagi keuntungan besar setelah depresiasi mata uang atas saran-konsultasi penulis.

Menurut hemat kerabat tadi: “Selalu ada biaya untuk ber-konsultasi. Apakah kita tidak merasa perlu membayar biaya hanya karena kebetulan ber-konsultasi kepada kerabat sendiri?”
Begitulah sikap berpikir mereka yang memikirkan kepentingan orang lain, dimulai dari lingkungan terdekat. Kerabat yang baik adalah kerabat yang menguntungkan sesama kerabat.

Ada pula yang berpandangan lain yang cenderung ber aji mumpung. Biasanya mereka lebih menghargakan orang asing atau orang yang tidak/baru dikenalnya. Setelah lama berhubungan, mereka tidak lagi menghargakannya seperti waktu sebelumnya.

Apakah ini yang dimaksud bahwa seorang nabi tidak dikenal ditempatnya sendiri?
Namun yang jelas, terhadap mereka yang lebih menghargakan orang asing, sebaiknya menjaga jarak dan bersikap tegas mengenai bidang profesional.

Tantangan dalam melayani kerabat.

Persoalan teknisi menangani computer yang sedikit bermasalah tadi seperti dikatakan tetangga itu, mungkin persoalannya tidak sesederhana sebagaimana yang terlihat.
Seperti halnya radiator mobil yang sedikit bocor, namun pengerjaan perbaikan harus dilakukan dengan melepas, membongkar beberapa bagian mesin lain terlebih dulu.

Keadaan menjadi rumit apabila persoalan berkembang dilematik, dihadapkan kepada pilihan semisal antara mengganti component yang rusak atau melepas bagian itu dan membiarkan kapasitas menjadi down-graded. Satu dan lain hal berhubungan dengan pembiayaan.

Diluar harapannya, dikarenakan rasa empathy, tanpa tersadari teknisi terlibat dalam suatu peran ganda, di satu sisi sebagai seorang profesional di sisi lain sebagai seorang tetangga, ikut memikirkan pertimbangan demi penyesuaian dengan kepentingan dan keadaan tetangga. Keterlibatan mana tidak dialami pada pelayanan untuk pelanggan biasa.

Memelihara hubungan baik dengan kerabat.

Menyaksikan kecepatan dan kecekatan seorang yang menguasai pekerjaannya, tentu memberi kesan betapa mudah pengerjaannya; begitulah seorang profesional trampil dalam bekerja. Siapakah ‘berani’ mempercayakan kepentingannya dikerjakan seorang yang rikuh bekerja?

Akan tetapi sikap pandang dan penghargaan atas suatu hasil karya, berbeda satu sama lain. Dimata mereka yang kurang memahami arti profesionalisme, kesan mudah serta cepatnya pengerjaan, menimbulkan kesan murah.
Dari sanalah, mengapa kemudian bidang profesi tertentu menjadi tertutup terhadap mereka yang awam.

Kehidupan profesional tidak terpisahkan sama sekali dengan kehidupan ber sosial, di saat yang tepat menolong mereka yang membutuhkan bantuan adalah perbuatan arif, tanpa perlu mengakibatkan peremehannya terhadap profesionalisme dalam bidang di mana kita bernafkah.

Keengganan menyampaikan tarif pelayanan menjadi kebiasaan adat ketimuran sejak dulu, kebiasaan mana tidak jarang menyebabkan terganggunya hubungan baik antara kerabat. Kiranya pemasangan tarif tertulis dan digantung pada dinding dapat menjadi jalan keluar. Potongan harga (diskon) untuk kaum sendiri akan menyenangkan kedua pihak demi menjaga hubungan yang sudah terbina lama.

Demikianlah pembaca budiman, selamat bernafkah dalam bidang profesi kita masing-masing.