Kisah Sam Kok 2

Bukan kepalang berangnya Zhang Fei, dengan gigi gemeretak mata melotot memasuki wisma, beberapa pengawal mencoba menghalangi, terpental oleh tinjunya. Tanpa sempat Du Biao menegur, rambutnya ditarik, ia diseret ke depan balai, warga berduyun menyaksikan dengan bersorak.

Pada artikel ‘Awal masa Sam Kok 1 dan 2’, dikisahkan sampai kepada jatuhnya dynasty Han. Adapun Kisah Sam Kok yang yang sedang dibaca ini, (dari 1 dan seterusnya), juga adalah pada masa yang sama, namun melihat kejadian dari sisi lain, secara lebih detail. Demikian, harap pembaca budiman menjadi maklum dan dapat mengikuti alur kisah.

Suatu hari di ibukota, ketiga bersaudara sedang berjalan, berpapasan dengan kereta yang ditumpangi pejabat bernama Zhang Jun. Setelah mereka menyampaikan hormat, Liu Bei mengemukakan keadaan yang mereka alami.

Menghadapi pejabat korup.

Setiba di istana, Zhang Jun mengadukan ketidak adilan yang dialami Liu Bei dihadapan kaisar. Ia memprotes perbuatan korup kasim yang mengakibat timbulnya kerusuhan besar. Oleh pengaruh kasim yang kuat atas sikap kaisar, Zhang Jun di usir dari istana.

Liu-Bei-bersaudaraAgar kejadian itu tidak menimbulkan heboh, kasim istana merencanakan pemberian pangkat sekedarnya atas yang berjasa. Tidak lama kemudian, diumumkan pengangkatan beberapa pejabat, antara lain Liu Bei menjabat bupati di AnXi.
Liu Bei membubarkan laskarnya agar mereka pulang ke kampung, lalu tiga bersaudara berangkat menuju AnXi,  dengan hanya dua puluhan anggota laskar mengikuti.

Sebagai bupati, Liu Bei dicintai warga AnXi karena kebijaksanaannya. Beberapa bulan berjalan, diterima pemberitahuan akan adanya inspeksi, sebagai seleksi lanjutan, atas pejabat yang berjasa, Liu Bei menjadi cemas karenanya.

Kedatangan inspektur bernama Du Biao, disambut hormat tiga bersaudara di gerbang kota. Du Biao menunggang kudanya sambil mengayun cambuk, dengan pongahnya ia melewati mereka memasuki kota. Liu Bei yang mengerti akan ketidak-senangan kedua adiknya atas sikap inspektur itu, menyuruh mereka pulang lebih dulu.

Ia sendiri pergi mengantar Du Biao menuju wisma negara. Disana, ulah Du Biao makin menjadi-jadi, dengan duduknya seperti petinggi ia menuduh sekenanya, bahwa Liu Bei membual dengan pengakuan sebagai sanak keluarga istana, bahwa Liu Bei melakukan perbuatan korupsi disana.

Liu Bei tidak membela diri, ia kembali ke balai. Setelah berunding dengan staf wilayah, baru ia menyadari bahwa sikap Du Biao yang sedemikian karena mengharapkan suap. Liu Bei menjadi bingung; sebagai pejabat jujur, ia tiada memiliki harta untuk menyuap.

Hari keesokan, Du Biao menekan staf wilayah agar merekayasa fitnah atas diri Liu Bei. Karena menolak berkomplot, staf itu ditahan pengawal inspektur. Telah beberapa kali Liu Bei mendatangi wisma untuk mengajukan pembelaan, namun pengawal disana tak memperkenankannya masuk menemui Du Biao.

Zhang Fei merasa kesal dengan ulah inspektur Du Biao, ia melipur diri di kedai minum. Ketika dalam perjalanan kembali ke balai, di depan wisma negara, ia melihat puluhan warga sedang menangis. Mereka berupaya mengajukan pembelaan untuk staf wilayah namun pengawal Du Biao menolak bahkan memukuli mereka, demikian menerangkan mereka atas pertanyaan Zhang Fei.

Bukan kepalang berang Zhang Fei, dengan gigi gemeretak mata melotot, ia memasuki wisma, beberapa pengawal mencoba menghentikan, terpental ditinjunya. Didapatinya Du Biao yang sedang berbicara dengan staf wilayah, yang terikat kedua tangannya.
Tanpa sempat Du Biao menegurnya, Zhang Fei menarik rambutnya, menyeret Du Biao ke depan balai, warga berduyun menyaksikan dengan bersorak.

Zhang-Fei-menarik-rambutZhang Fei mengikat Du Biao pada sebuah pohon, lalu dipukuli kedua kakinya keras- keras; sampai belasan ranting telah patah digunakan. Mendengar hiruk pikuk Liu Bei keluar, terkejutlah melihat Du Biao sedang meraung kesakitan.
Melihat Liu Bei, segera Du Biao memohon pertolongan untuk diselamatkan.

Liu Bei mencegah Zhang Fei meneruskan perbuatannya. Guan Yu pun telah tiba disana, ia menyela dengan menghardik Du Biao bahwasanya ia memang pantas dibunuh, serta menyarankan agar Liu Bei meletakkan jabatan. Ikatan Du Biao dilepas, Liu Bei mengeluarkan stempel jabatan, mengalungkan stempel itu di leher Du Biao

Liu Bei bersaudara meninggalkan AnXi, di iringi kesedihan penduduk yang mengantar. Du Biao, mengadukan kejadian yang menimpa dirinya kepada gubernur DingZhuo dan dibuatlah maklumat untuk menangkap Liu Bei.

Liu Bei bersaudara tiba di DaiZhou; sanak keluarga yang bernama Liu Hu menampung mereka di rumahnya dan menulis rekomendasi bagi Liu Bei kepada komandan garda, bernama Liu Yu, yang sedang menggempur pemberontak di YuYang, Dengan senang hati Liu Yu memberikan Liu Bei kedudukan komandan pasukan, untuk mengenyahkan pemberontak.

YuYang pun berhasil direbut kembali, prestasi Liu Bei bersaudara dilaporkan ke istana; atas jasa-jasanya itu, mereka juga mendapat pengampunan atas perlakuan lalu kepada Du Biao. Sesudah itu, berturut turut Liu Bei mendapat kedudukan sebagai penguasa di XiaMi, dan berikutnya komandan di Gao Tang.

Berkat rekomendasi dari panglima GongSu Zan yang memberi penghargaan, Liu Bei di- anugrahi pangkat kepala pemerintahan daerah PingYuan. Pada saat bersamaan Liu Yu dipromosi sebagai panglima besar dan Sun Jian menjadi penguasa di WuCheng karena prestasinya mengendalikan keamanan di ChangSa.

Perkembangan di ibukota.

Dalam pada itu, di istana, kaisar Ling berputerakan dua orang, satu bernama Liu Bian, dilahirkan permaisuri He. Lainnya bernama Liu Xian, dilahirkan selir Wang, selir mana adalah kesayangan kaisar Ling.

Permaisuri He sebelumnya ber-status selir, yang kemudian menggantikan permaisuri terdahulu. Permaisuri He sangat berambisi untuk menjadikan Liu Bian pewaris tahta, selain itu ia bercemburu melihat betapa sayang kaisar Ling terhadap selir Wang.
Dalam suatu kesempatan ia berhasil meracuni selir Wang.

Menjelang-meninggal-serlir-WangPada jelang ajal, selir Wang menyerahkan puteranya, Liu Xian kepada ibusuri Dong, ibunda kaisar Ling, (mertua), siapa sangat menyayang cucu yang satu itu.

Ibusuri sering menasehati kaisar Ling agar mengangkat Liu Xian sebagai penerusnya. Kaisar Ling sependapat dengan pemikiran ibundanya, namun berkuatir sekiranya itu akan menimbulkan kerusuhan, mengingat kakak tiri permaisuri He, bernama He Jin, memegang kekuasaan yang besar.

Menjelang mangkat kaisar Ling, terjadi perseteruan antara ibusuri Dong yang dibantu para kasim di satu pihak, dan permaisuri He yang didukung He Jin yang mengundang komandan berbagai daerah, dipihak lain.

Agar memuluskan jalan keponakannya kepada kursi singgasana, He Jin menyingkirkan ibusuri Dong dari istana, memindahkannya ke kota lain. Ibusuri Dong meninggal dalam perjalanan karena diracun. Liu Bian pun dinobatkan sebagai kaisar dengan gelar kaisar Shao, sebagaimana di kisahkan dalam Awal masa Sam Kok 1.

Perseteruan antara para kasim dan He Jin berlanjut, berakhir dengan tewasnya He Jin ditangan algojo yang disiapkan para kasim. Sebagai balasannya, ribuan kasim di istana ditebas habis oleh Yuan Shao, Yuan Shu dan Cao Cao.

Kasim Zhang Rang kabur, dengan menyandera kaisar Shao dan saudaranya, Liu Xian. Kasim kemudian membunuh diri setelah melihat tiada jalan lagi untuk meloloskan diri. Kaisar Shao dan saudaranya ditemukan warga, dikawal Dong Zhuo kembali ke istana.

Kesewenangan Dong Zhuo.

Dong Zhuo memanfaatkan kekacauan, membangun kekuasaan di ibukota. Kekuasaan dan kesewenangannya bertambah setelah Lu Bu menyeberang, berpihak kepadanya, sebagaimana dikisahkan dalam Awal masa Sam Kok 2.

Ketika Dong Zhuo berkuasa, ia menurunkan kaisar Shao dari tahta, untuk mengangkat Liu Xian sebagai kaisar dengan gelar kaisar Xian. Ini dilakukan Dong Zhuo yang merasa bertalian keluarga dengan ibusuri Dong (sesama marga), sebagai menghargai ibusuri yang mengasuh dan mengharapkan Liu Xian menjadi kaisar.
Tanpa mempedulikan keberatan banyak pihak terhadap penggantian kaisar, bahkan ia sendiri membuat dirinya dinobatkan sebagai perdana menteri.

Kaisar Shao dan ibusuri He diharuskan menanggalkan pakaian kebesaran. Ibu beranak itu diharuskan berlutut, mendengarkan keputuran yang dibacakan Li Su, dalam sidang istana. Para pejabat menangis melihat kejadian itu. Mantan kaisar Shao dan ibusuri di pindahkan ke istana terasing, gerbang disegel, tiada seorang pun boleh menyambangi, perbekalan pun diperketat.

Dong Zhuo mencari jalan agar dapat menghabisi ibu beranak itu. Ketika mantan kaisar Shao bersajak seorang diri, seseorang yang menjagainya mencatat dan melaporkannya kepada Dong Zhuo. Sajak bernada sedih itu di interpretasi kan sebagai pengungkapan dendam kesumat, dijadikan alasan untuk membunuh mereka.

Mantan-permaisuri-He-memaki-Li-SuDong Zhuo memerintahkan Li Su bersama sepuluh pengawal membawa anggur yang beracun kepada mantan kaisar Shao.
Mantan ibusuri He mencegah niat mereka, sambil memaki-maki. Li Su mendorongnya sehingga mantan ibusuri itu pun jatuh dari lantai bertingkat, ia tewas. Mantan kaisar Shao tewas setelah meminum anggur itu.

Suatu hari Dong Zhuo membawa pasukan keluar ibukota untuk berburu. Pasukan melewati YangCheng, dimana penduduk ramai merayakan awal musim semi. Tiba-tiba Dong Zhuo memerintahkan penyergapan dan membunuh semua warga laki-laki. Tubuh dengan kepala terpisah bergelimang di jalan.

Tangis dan ratapan penduduk ditanggapi gelak tawa Dong Zhuo. Harta benda dijarah, perempuan dirampas; pasukan kembali ke ibukota dengan yel, layaknya mereka baru memenangi pertempuran.

Seorang perwira bernama Wu Fu geram melihat kesewenangan Dong Zhuo. Suatu hari saat Dong Zhuo memasuki istana, Wu Fu menikamnya dengan pisau. Dong Zhuo meng elak dan mencekal tangan Wu Fu, pada saat itu Lu Bu menghampiri, dan menjatuhkan Wu Fu.
Wu Fu dihukum dengan diiris seluruh tubuh sampai tewas. Namun, selama menjalani hukuman, tanpa gentar Wu Fu terus memaki-maki Dong Zhuo.

Bersambung . . .