“Aku ini, Jangan Takut!”

Perikop ini analog dengan perjalanan hidup keimanan. Bahwa, umat-Nya menjalani hidup tidak ber-fokus kepada-Nya. Karna itu tak menyadari kehadiran-Nya yang selalu datang pada saat yang tepat, ditengah mengalami kesulitan. Orang yang kurang percaya menjadi takut dan cemas dan makin tenggelam dalam dalam gelombang hidup yang mengombang-ambing.

Sekilas, pericope ini tiada lebihnya dari synopsis sederhana, mengenai Yesus berjalan di atas air. Menilik lebih dalam, akan mendapati setiap bagiannya merupakan analogy perjalanan hidup keimanan kita. 

Suatu ketika menjelang malam, setelah memberi makan 5 ribu orang, Yesus menyuruh murid-murid-Nya naik ke perahu, mendahului-Nya menyeberang. Setelah 5 ribu orang itu pulang, Yesus naik ke bukit untuk berdoa seorang diri, sampai malam hari.

Yesus menolong PetrusSetelah mendayung beberapa mil jauhnya dari pantai, angin sakal berhembus hingga air berombak besar mengombang ambing perahu mereka. Saat kesulitan mengendali perahu, terlihat oleh mereka Yesus sedang mendatangi, berjalan di atas air, waktu itu kira-kira pukul 3 pagi.

Murid-murid-Nya melihat Dia yang sedang berjalan di atas air, terkejutlah mereka dan berteriak-teriak karena menyangka sedang melihat hantu. Dan, Yesus berkata kepada mereka: “Tenanglah! Aku ini, jangan takut!” Mat 14:27

Petrus berseru menjawab Dia: “Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada Mu berjalan diatas air.” Kata Yesus: “Datanglah!” Maka, Petrus turun dari perahu dan berjalan diatas air mendapatkan Yesus. Mat 14:28,29

Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam lalu ia berteriak: “Tuhan tolonglah aku!” Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang dia dan ber kata: “Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?” Mat 14:30,31

Lalu, mereka naik ke perahu dan anginpun redalah. Orang-orang yang ada di perahu menyembah Dia, katanya: “Sesungguhnya Engkau Anak Allah.” Mat 14:33

Mengapa mereka mengira sedang melihat hantu?

Mungkin Yesus memang sengaja menyuruh murid-murid-Nya ber-perahu mendahului menyeberang, Yesus tidak mengatakan bagaimana Dia akan menyusul mereka dengan maksud menguji keyakinan murid-murid-Nya mengenai Dia.

Terjadilah dalam gelap, yang barang tentu susah mengenali siapa sosok yang terlihat. Namun apa yang membuat mereka terkejut, mengira sedang melihat hantu, terutama dikarenakan dua hal dibawah ini:

1). Mereka tidak menyangka akan kehadiran Yesus pada waktu itu. Kalau saya mereka sudah memperkirakan atau mengharapkan (expect) kedatangan-Nya, tentunya reaksi mereka akan sangat berbeda; mungkin mereka akan berseru: “Lihat, itu Tuhan tiba!”

2). Setelah selama 9 jam mendayung, sedang mereka letih ditambah perahu yang sulit dikendali dikarenakan gelombang mengombang ambing, membuat mereka cenderung bersikap bahwa sesuatu sudah datang untuk menambah kesusahan; bertambah takut mereka; itulah mengapa mereka mengira melihat hantu.

Terkandung pesan, bahwa Tuhan selalu datang ditengah kita mengalami kesusahan, di luar perkiraan, Dia datang pada waktu yang tepat.
Namun karena sedemikian tidak disangkakan akan kehadiran-Nya, sehingga kita tidak menyadari bahwa Tuhan telah hadir. Ketakutan dan kecemasan yang mencekam akan membuat kita melihat bahwa yang datang kepada kita kemudian merupakan ancaman yang justru menambah rasa takut dan cemas.

 Mengapa Petrus mulai tenggelam?

Petrus dapat, dan sudah berjalan di atas air ketika perhatiannya ter-fokus kepada-Nya. Sesuatu yang telah berhasil diperbuat Petrus dengan baik tidak dapat berlanjut, ketika pemusatan perhatiannya terpecahkan oleh angin yang bertiup yang menimbulkan rasa takut. Pada saat perhatiannya tidak lagi ter-fokus kepada Yesus, ia mulai bimbang dan tenggelamlah ia karenanya.

Petrus gagal ditengah melaksanakan perintah Yesus, bukan pada saat memulai. Tetapi sebelum terlanjur kita menyayangkannya, bukankah kita sendiri sering gagal ditengah jalan melaksanakan perintah-Nya? Apa yang terjadi dengan Petrus adalah gambar dari kebanyakan diri kita, yang memulai suatu pekerjaan berbekal iman, yang menurut kita telah cukup kuat, kemudian terbukti kandas di tengah jalan.

Kendatipun Petrus gagal ditengah melaksanakan perintah Tuhan, namun perlu diingat bahwa Petrus adalah satu-satunya dari antara dua belas orang murid-murid-Nya yang berani mengajukan diri menantang Yesus. Sesuatu hal yang hanya sedikit orang berani melakukannya, dan Yesus tidak marah mendengar tantangan Petrus.

Adakah diantara kita seberani itu menantang Tuhan menguji iman kita? Apakah berani kita menjalani jejak perbuatan yang telah diteladani Yesus semasa di bumi?
Lihatlah diri kita, bagaimana kesusahan/kesesakan tidak menjadikan kita master untuk mengatasinya dengan iman, melainkan iman yang terkikis oleh rasa takut dan cemas.

Setelah Yesus menolong Petrus, dan naik ke perahu, anginpun reda. Orang-orang yang ada di perahu menyembah Dia. Kemudian untuk pertama kali mereka menyebut Yesus sebagai Anak Allah, kata mereka: “Sesungguhnya Engkau Anak Allah.”

“Sesungguhnya Engkau Anak Allah.”

Semoga kita semua senantiasa ber-fokus kepada Yesus, demikian iman kita dikuatkan, untuk mengarungi gelombang hidup mengombang ambing, dalam perjalanan menuju kepada hidup kekal, hidup bersama Tuhan. Amin.