Kisah Sam Kok 6

Penasihat Kuai Liang menyampaikan bahwa semalam melihat bintang besar jatuh menuju ke daerah kekuasaan Sun Jian. Karena itu ia menyarankan membuat surat, meminta bantuan Yuan Shao. Ia membisikkan suatu siasat kepada Lu Gong yang akan menerobos kepungan musuh dengan membawa surat itu.

Dengan Zhang ZiLong dan pasukan di satu sisi dan kedatangan Liu Bei dan pasukan di sisi lain, praktis pasukan Yuan Shao terkepung, hilang keberaniannya sehingga senjata pun terlepas dari tangannya. Dengan susah payah tentaranya melindunginya, mereka mundur masuk ke dalam benteng dengan kekalahan besar.

Sam Kok 6GongSun Zan tidak mengejar, ia menemui Liu Bei dan menyatakan terima kasih yang besar untuk bantuannya.
Di perkemahan, Liu Bei dan Zhang ZiLong berkenalan. Sejak pertama melihat, Liu Bei sangat menyukai pribadi Zhang Zilong.

Mengetahui kejadian pertempuran di sisi sungai Pan, Dong Zhuo, bertindak seakan-akan panglima atas kekaisaran, mengutus menteri untuk mendamaikan kedua pihak yang berseteru, bertujuan mengambil hati mereka.

Yuan Shao, dengan daya tempur pasukan melemah karena kekalahan besar, dengan gembira segera menempuh jarak ratusan kilometer, menyambut titah perdamaian.
Sedangkan GongSun Zan, yang didatangi menteri utusan di perkemahannya keesokan hari, menyatakan persetujuan untuk berdamai, karena masih teringat akan kekalahan yang nyaris merenggut nyawanya. GongSun Zan menarik pasukannya.

Ketika akan berpisah, Zhang ZiLong menyatakan kepada Liu Bei, bahwa ia telah keliru memandang GongSun Zan sebagai ksatria ternyata ia tak berbeda dengan Yuan Shao. Liu Bei menghibur, dan sambil menjabat tangan Zhang ZiLong erat-erat, mengatakan keyakinannya bahwa mereka akan berjumpa lagi, perpisahan terjadi dengan perasaan sedih.

Sun Jian menggempur Liu Biao.

Sementara itu, Sun Jian telah kembali berada di ChangSha. Suatu hari menerima surat dari Yuan Shu, yang menulis bahwa Yuan Shao dan Liu Biao, mereka yang menentang pemilikan Sun Jian atas stempel kekaisaran, sedang berencana menyerang Sun Jian.

Dalam suratnya, Yuan Shu menyatakan kesediaan bekerja sama menyerang Liu Biao di JingZhou dan menjanjikan akan menangkap saudaranya, Yuan Shao, untuk diserahkan kepada Sun Jian. Pembagian pada akhir kerja sama adalah, bahwa Sun Jian menguasai JingZhou, ia sendiri menguasai JiZhou. Dua daerah hampir bersamaan nama.

Sebenarnya ajakan kerja sama Yuan Shu adalah didasari amarahnya terhadap Liu Biao, yang tidak memberinya pinjaman perbekalan makanan dari JingZhou, dan kekecewaan terhadap Yuan Shao, yang menolak memberinya seribu ekor kuda setelah kakaknya itu menduduki JiZhou.

Surat itu membuat Sun Jian teringat kepada penghadangan Liu Biao di JingZhou; maka diperintahnya Huang Gai mempersiapkan armada kapal perang lengkap dengan kapal pengangkut untuk pasukan berkuda berkekuatan besar, untuk menggempur Liu Biao.

Sun Jian akan berangkatCheng Pu membujuk, agar mengurungkan keberangkatan mengingat ketidak tulusan Yuan Shu waktu ber koalisi. Sun Jian tetap dengan keputusannya, karena sebenarnya tidak pernah menganggap dan mengharap akan bantuan Yuan Shu.

Menjelang keberangkatan, adik dan empat putera-putera nya berlutut, membujuknya agar mengurungkan pergi berperang hanya untuk melampiaskan dendam.

Melihat tidak berhasilnya bujukan, Sun Ce meminta agar diperbolehkan turut. Sun Jian meluluskan permintaannya; berangkatlah ayah serta anak sulung memimpin pasukan besar dengan armada kapal, menyeberangi sungai menuju FanKou.

Mendekati tempat tujuan, armada disambut dengan hujan ribuan anak panah pasukan Huang Zu, yang diperintah Liu Biao menunggu di tepi sungai. Sun Jian memerintahkan pasukan melindungi diri dibalik layar. Selama tiga hari, armada bergerak maju mundur, seakan-akan hendak mendarat, sampai musuh mulai kehabisan anak panah.

Tentara Sun Jian mencabuti anak panah yang menancapi badan kapal, terkumpul lebih 100 ribu anak panah. Ketika arah angin bergerak ke arah musuh, Sun Jian memerintah pengembalian hujan anak panah, musuh terpukul mundur karenanya.

Pasukan Sun Jian mendarat; Cheng Pu dan Huang Gai memimpin menyerang dari dua arah berbeda sedangkan Han Dang menyergap di tengah. Pasukan Huang Zu terpukul hebat, dengan kekalahan besar ia melepas FanKou dan melarikan diri ke DengCheng.

Dengan Huang Gai yang menjagai kapal, Sun Jian memimpin pasukan untuk mengejar. Huang Zu keluar benteng menyambut dengan memaki Sun Jian. Pertempuranpun tak terelakkan, dua perwira Huang Zu tewas, satu di tombak Han Dang, dan lainnya jatuh setelah terpanah matanya oleh Sun Ce.

Cheng Pu segera maju untuk menawan Huang Zu, tetapi Huang Zu segera membuang helm dan turun dari kudanya dan berbaur dengan pasukan, berhasil meloloskan diri. Sun Jian memimpin pasukan maju sampai ke sungai Han, lalu memerintah Huang Gai membawa seluruh kapal-kapal memasuki sungai Han.

Huang Zu kembali ke JingZhou, melaporkan betapa kuat pasukan Sun Jian. Penasihat menyarankan Liu Biao agar menggali parit dan mempertinggi tembok perintang sambil meminta bantuan Yuan Shao. Namun Cai Mao mengajukan diri untuk memukul musuh habis-habisan. Liu Biao mengizinkan iparnya maju dengan memimpin 10 ribu tentara.

Di medan pertempuran, Cai Mao dihadapkan dengan Cheng Pu. Dalam beberapa jurus Cai Mao keteter, ia melarikan diri, pasukannya dihajar habis, mayat bertebaran dengan dibanjiri darah. Cai Mao kembali ke XiangYang, ia diluputkan dari hukuman indisipliner; Liu Biao yang belum lama menikahi adik perempuan Cai Mao, mengampuninya.

Sun Jian mengepung XiangYangPasukan Sun Jian bergerak, mengejar ke XiangYang dan mengepung rapat-rapat kota itu; penggempuran dicoba-lakukan siang-malam.
Beberapa hari berjalan, pada suatu sore terjadi badai angin sangat besar, benda pada beterbangan, tiang bendera patah dan roboh karenanya.

Han Dang berkuatir kalau-kalau kejadian itu merupakan pertanda kurang baik, karena itu disarankannya agar mereka mundur kembali. Sun Jian menukas: “Kita memenangi setiap pertempuran dan kejatuhan kota ini ke tangan kita tinggal soal waktu. Mengapa kita akan melepasnya begitu saja, hanya karena angin merobohkan tiang bendera?”

Pertanda bintang besar jatuh di ChangSha.

Sementara itu dalam ketidak berdayaan Liu Biao, penasihat Kuai Liang menyampaikan kepadanya bahwa semalam ia melihat bintang besar jatuh, mengarah kepada daerah kekuasaan Sun Jian. Menurut perhitungannya, hal itu adalah pertanda akan kejatuhan Sun Jian. Ia menyarankan menulis surat kepada Yuan Shao, meminta bantuannya.

Seorang perwira bernama Lu Gong mengajukan diri untuk menerobos kepungan guna menyampaikan surat tadi kepada Yuan Shao. Setelah penasihat Lu Gong yakin dengan keberanian Lu Gong, ia membisikkan siasat kepadanya untuk dijalankan.

Pada senja hari, dengan diam-diam Lu Gong bersama 500 tentara keluar melalui pintu gerbang timur kota. Sun Jian mendapat laporan atas penerobosan, bersama hanya 30 orang berkuda melakukan pengejaran, tanpa memberitahu bawahannya.

Kuda Sun Jian berlari cepat, mengejar pelaku penerobos ke bukit Xian, 30 pengikutnya tertinggal dibelakang. Lu Gong memacu kuda menuju jalan di bukit dan menyelinap ke dalam pepohonan hutan. Sun Jian mempertimbangkan pilihan jalan, saat itu terdengar gendang ditabuh, diikuti dengan berjatuhan batu dan hujan anak panah ke arahnya.

Sun Jian dihujani anak panah dan batuanBegitulah siasat dijalankan Lu Gong, yaitu menempatkan pasukan tersembunyi pada sisi jalan menuju bukit.
Tubuh Sun Jian beserta kudanya tertancap puluhan anak panah. Sun Jian jatuh, tewas secara sebagaimana sumpah sendiri pada usia 37 tahun.

Kemudian, Lu Gong menghabisi 30 orang pengikut Sun Jian dan memberi tanda ledakan untuk mereka yang berada dalam kota. Mendengar isyarat itu, Huang Zu, Kuai Yue dan Cai Mao memimpin tiga ribu pasukan dengan serentak menyerbu keluar benteng, mengacaukan kepungan musuh.

Huang Gai yang menjaga kapal mendengar suara pertempuran. Ia memimpin pasukan marinir mendekat, ia berpapasan dengan Huang Zu dan berhasil menawannya. Dalam keadaan kalut Cheng Pu dan Sun Ce maju menyerbu dan berjumpa dengan Lu Gong.
Dalam seketika Lu Gong tewas di tangan Cheng Pu. Pertempuran berlangsung sampai kedua pihak menarik mundur pasukan dan hari telah menjelang fajar.

Sekembali ke sungai Han, barulah Sun Ce mengetahui bahwa ayahnya telah tewas dan jenazah nya dibawa pasukan Liu Biao ke dalam kota. Sambil menangis Sun Ce berkata: “Bagaimana mungkin kita kembali, dengan jenazah ayah berada di tangan mereka?”
Huang Gai mengusulkan pertukaran Huang Zu yang ditawan, dengan jenazah Sun Jian.

Huan Ji, yang bersahabat lama dengan Liu Biao, mengajukan diri sebagai utusannya. Ia memasuki kota, menyampaikan maksud kedatangan. Liu Biao spontan bersetuju atas pertukaran dan perdamaian.
Kuai Liang mencoba mencegah; ia menganjurkan pemanfaatan moment selagi putera-putera Sun Jian masih kecil, untuk merebut ChangSha, dari pada mempedulikan nasib Huang Zu yang dianggapnya pandir itu.

Liu Biao memandang pengabaian atas Huang Zu adalah penghianatan oleh karenanya tetap dengan keputusan menerima pertukaran dan perdamaian. Huan Ji dipersilahkan kembali kepada Sun Ce dengan membawa persetujuan berdamai dan pertukaran.

Keesokan hari Sun Ce melepaskan Huang Zu, dan Liu Biao memerintahkan tentaranya mengusung peti jenazah Sun Jian. Melihat kedatangan peti jenazah, Sun Ce menangis keras dengan berlutut di tanah bersama beberapa perwira. Seluruh pasukannya turut meneteskan air mata.

Sun Ce menarik pasukan kembali ke ChangSha, memakamkan ayahnya di tanah Que. Di daerahnya, Sun Ce memimpin dengan rendah hati dan mengundang banyak orang cerdik pandai melatih pasukan, mempersiapkan pembalasan atas kematian ayahnya.

Bersambung . . .

Catatan:
Untuk pemudahan mengikuti jalan cerita, nama-nama tokoh diberi ber highlight. Pada halaman ini, nama tokoh ber highlight biru muda adalah dari pihak Sun Jian.