AFuk yang Berbagi Pahala.

Arwah mereka bergerak menuruti rambu di alam sana, tiba di gerbang jalan masuk ke sorga. Dalam daftar nama orang yang diperkenankan, tertera nama aFuk. Segera ia mengajak semua tetangganya mengikutinya memasuki gerbang. Niat mereka di cegah petugas penerimaan, hanya aFuk yang diperbolehkan.

Bilamana ada seorang diantara keluarga serumah yang dikenal karena perbuatan baik nya, maka seisi rumah turut mendapat penghargaan dalam masyarakat. Lebih dari itu, mungkin juga serumah diberkati Yang Maha Kuasa, sebagaimana diajarkan beberapa agama dan kepercayaan.

Berikut ini adalah sebuah kisah, mengenai seorang petani di sebuah desa, yatim piatu, kedua orang tuanya meninggal sebelum ia menginjak usia remaja.

aFuk menjamuAFuk tinggal bersendiri, di rumahnya yang sederhana namun tiada pernah merasa sebatang kara; tetangganya, merupakan keluarga, mereka akrab dengannya, karena kebaikan AFuk.

AFuk rajin bercocok tanam dan tiada segan membagi hasil sawah-ladang, kepada tetangga yang terkena gagal panen, tiada pernah ragu menolong, kepada orang asing sekalipun.

Mereka yang menerima kebaikan aFuk, merasa sangat terharu dan mensyukurinya, di dalam doa-doa mereka. Sedemikian sering doa dipanjatkan bagi aFuk, sehingga dewa yang menerimakan doa tertarik untuk melihat sendiri bagaimana sebenarnya diri aFuk yang dipuji banyak orang.

Dewa itu mengajak beberapa dewa lainnya, menjelma menjadi manusia, di suatu sore bertandang ke rumah aFuk, berperan layaknya orang-orang yang tersesat, lapar, haus dan lelah perjalanan. Mengetahui keadaan tamu-tamu asingnya, dengan spontan aFuk menerima di dalam rumahnya.

Dengan serta merta dikeluarkan segala buah-buahan dan minuman yang ada padanya dan ditanaknya nasi, dimasaknya lauk, begitu sigap ia menjamu. Pada malam hari nya, dipersiapkannya meja-meja, tempat tidurnya sendiri dan selimut untuk istirahat tamu- tamunya. Ia sendiri tidur di lantai yang dingin, beralaskan sejumput kecil jerami.

Pagi hari, sarapan telah dipersiapkan sebelum tamu-tamunya terbangun dari tidur. Ia menyediakan air pencuci muka. Ia berkuatir akan keadaan tamu-tamunya belum pulih dari lelah, aFuk menahan mereka beristirahat sehari lagi di rumahnya. Diserahkannya kecapi kesayangannya untuk tamu bermusik melipur diri.

Hari berikutnya, aFuk mengantarkan tamu-tamunya ke batas desa, menunjukkan arah jalan yang harus ditempuh dan tak lupa dibekali pula dengan makanan dan minuman. Dalam perjalanan kembali ke tempat asalnya dewa-dewa itu tak hentinya memuji atas kebaikan hati aFuk.

Beberapa tahun kehidupan di desa aFuk berjalan seperti biasanya sampai suatu ketika berjangkit penyakit menular di beberapa desa. Banyak warga meninggal, diantaranya termasuk aFuk dan beberapa orang tetangganya.

Arwah mereka bergerak menuruti rambu jalan di alam sana dan tiba di suatu gerbang yang adalah jalan masuk ke sorga. AFuk melihat namanya tertera, dalam daftar orang yang diperkenankan masuk yang tertempel pada papan-papan besar dimuka gerbang. Segera ia mengajak tetangganya mengikutinya memasuki gerbang.

Petugas penerimaan di gerbang menghentikan langkah mereka. Hanya aFuk, seorang, yang diperbolehkan masuk, sedangkan para tetangganya harus lebih dulu menempuh semacam prosedur pen-suci-an arwah.

AFuk berusaha membujuk petugas agar membiarkan tetangganya ikut serta, terjadilah perbincangan yang menarik perhatian dewa yang berada berdekatan. Satu dari antara dewa mendatangi dan membantu menerangkan kepada mereka, mengenai peraturan yang berlaku disana.

Beberapa saat kemudian aFuk mengenali dewa itu adalah seorang diantara tamu yang singgah di rumahnya karena tersesat dalam perjalanan. Lalu katanya kepada dewa itu: “Sewaktu anda datang ke rumah saya tiada saya pertanyakan siapa saja yang bersama anda, saya menerima anda semua dengan hati terbuka. Sekarang saya datang kepada anda dan anda mempertanyakan siapa saja yang bersama saya?
Bukankah anda, para dewa terhormat, yang mengajarkan kasih kepada kami semua?

Mendengar perkataan aFuk, sang dewa berusaha menyembunyikan wajah me-merah karena malu, dimintanya aFuk menunggu sebentar. Tak lama dewa itu kembali setelah merundingkan dengan dewa lain yang mendapatkan bahwa angka kebaikan tetangga nya sudah mendekati syarat kelulusan; aFuk dan tetangga yang bersamanya bersorak riang, mereka diperkenankan masuk melalui gerbang itu.

Jadi, mengapa kita tidak berbuat baik, supaya keluarga kita serumah yang tercinta ikut terpandang, atau mendapat tempat yang baik ketika tiba saat pindah ke alam sana?