Membina Hubungan Baik dengan Sesama.

Bukan kita saja yang menilai pribadi dan perbuatan orang lain. Orang lainpun sama menilai pribadi dan perbuatan kita. Akan tetapi, bagaimanakah jikalau penilaian orang lain atas diri kita keliru? Adakah sesuatu yang dapat kita perbuat agar pandang yang keliru tadi dapat dikoreksi sesuai sebagaimana adanya?

Ambillah kertas, tuliskan mengenai hal buruk, mencela dan meng kritisi seorang (siapa saja), dalam waktu singkat, berhelai kertas penuh dengan tulisan. Ambil lagi kertas lain dan tuliskan hal baik atau kelebihan dari orang yang sama, sesudah mengambil waktu lebih lama apakah tulisan pada kertas hanya sedikit? Bila ini yang terjadi, menandakan sikap pandang kita yang masih cenderung negatip.

Mengasah kecerdasan antar pribadi.

Melihat sisi negatip, keburukan atau kekurangan orang lain, itu hal mudah, sederhana, bagaikan mendapati sampah yang mengapung di permukaan laut. Untuk menemukan kebaikan dan kelebihan seorang bagaikan mencari mutiara di dasar lautan.

Ketidak-terbukaan

Amarah yang menguasai kita terhadap seorang, menambah kesulitan bagi kita untuk melihat kebaikan pada orang itu. Begitu juga manakala ada rasa benci. Sementara itu, terhadap orang yang kita cintai atau gandrungi, kesalahan yang diperbuatnya seolah tidak terlihat, segala perbuatannya nampak baik di mata kita.

Selain sikap pandang yang cenderung negatip tadi, unsur perasaan juga berpengaruh terhadap cara kita menilai pribadi seorang. Hal sama terjadi pada arah kebalikannya, mengenai sikap pandang orang lain atas diri kita, atas segala perbuatan kita.

Yang menjadi pertanyaan adalah apakah kita mandah saja, menerima pandang orang lain yang mungkin keliru atas diri kita? Atau adakah sesuatu, yang dapat kita perbuat agar tidak tidak terjadi kekeliruan pandang orang lain atas diri kita?

Ada banyak cara mengendalikan cara pandang orang mengenai diri kita. Diantaranya, adalah yang ditawarkan pakar hubungan antar sesama, Dale Carnegie, dengan course yang diberinya nama, Human Relation & Effective Speaking Course, bahwa hubungan yang baik dapat terbinakan melalui ketulusan dan cara pandang positip antar sesama, yang dimulai dari diri sendiri.

Membina hubungan baik dengan sesamaCourse menerangkan, bahwasanya kesan pandangan orang yang kurang layak atas diri kita; persoalannya bukan pada orang lain, melainkan pada diri kita sendiri. Kita tidak/belum membiarkan, atau membuat, orang lain melihat sisi positip pada kita.

Setiap pribadi adalah unik dan mempunya banyak hal sangat penting serta bernilai.
Hanya saja hal penting serta bernilai pada kebanyakan orang tertutup, tidak terlihat oleh orang lain. Bagaikan mutiara tertutup dalam cangkang kerang, sehingga yang terlihat dari luar adalah cangkang nya, belum mutiaranya.

Oleh karenanya, dalam course itu kita semua diajak berlatih agar bisa melihat mutiara pada orang lain dan dalam waktu bersamaan, membuka cangkang kerang yang selama ini menutupi diri kita, agar cahaya mutiara diri kita tidak terhalangi, dengan demikian, orang dapat melihat kebaikan yang ada pada diri kita.

Kemampuan melihat dengan cara pandang positip, juga merupakan refleksi kebaikan dan keterbukaan diri kita. Makin banyak kebaikan dan makin terbuka pribadi seorang, akan makin besar kemampuannya untuk melihat dengan cara pandang positip. Itulah yang diperlukan untuk mengkreasi atmosphere, kondisi yang kondusif, bagi terbangun nya hubungan baik antar sesama, yang menjadi tujuan course.

Pelatihan biasa dilakukan dengan kehadiran in person peserta Course. Tetapi telah di cobakan pelatihan di Facebook, dalam group  ‘Dale Carnegie Course Attendants Club’, dimana seluruh peserta berlatih dengan aktif mengikuti setiap program course.

Jadi mengapa kita harus tetap tinggal dalam cangkang kerang tertutup sehingga orang hanya melihat cangkangnya saja (shell), dan melihat yang bukan diri kita sebenarnya?
Mengapa tidak keluar dari cangkang agar orang melihat sisi baik pribadi kita, tidakkah ini memberikan kemudahan juga bagi kita meraih masa depan yang lebih cemerlang?