Kue Tahunan, Riwayatnya Dulu.

Kue tahunan mentradisi sejak abad delapan sebelum Masehi. Tujuan mula membuat kue, yang dapat mengeras bagai batu, untuk dijadikan makanan cadangan, disimpan dikubur dalam tanah. Sekarang kue tahunan dibuat untuk merayakan tahun baru Imlek. Banyak yang menyukai rasa penganan sederhana ini, tersedia di toko-toko, juga toko penjual makanan muslim.

Kue tahunan, Nian Gao, adalah penganan sederhana yang terkenal. Secara tradisi telah menjadi hidangan yang tak pernah ketinggalan di kalangan Tionghoa dalam perayaan tahun baru Imlek, dimanapun berada.

Warga kota, dimana terdapat pemukiman orang Tionghoa, umumnya mengenal, juga menyukai rasa kue ini. Toko makanan kecil untuk umat muslim juga menyediakannya, antara lain, ditemui di kota-kota beberapa negara dan di Tiongkok sendiri.

Penganan ini sudah men-tradisi sejak lebih tujuh ratusan tahun sebelum Masehi, sejak sebelum dynasty Qin mempersatu daratan Tiongkok. Tidak mengherankan, sekiranya kue tahunan menjadi demikian terkenal.

Yang mungkin menjadi pertanyaan adalah mengapa kue yang satu ini disebut sebagai ‘tahunan’, dari sekian banyak macam penganan yang ‘terlibat’ memeriahkan berbagai perayaan setiap tahunnya.

Mulanya tradisi kue tahunan.

Dalam masa periode yang dinamakan “Spring and autumn” di Tiongkok, yaitu sebelum abad ke delapan sebelum Masehi, daratan Tiongkok terbagi kedalam banyak kerajaan. Satu sama lain saling bermusuhan dan saling menyerang, berakibat derita rakyat yang berkepanjangan.

Karena itu, kerajaan Wu membangun benteng pelindung ibukota nya, XuZhou, yang di prakarsai, antara lain oleh perdana menteri Wu ZiXu, siapa selalu mengkuatirkan akan keamanan rakyat. Gagasan bersambut, penduduk dengan bersemangat mengerjakan penyiapan bebatuan dan penyusunan. Bertahun kemudian pengerjaan selesai, meriah gembira perayaan diadakan atas berdirinya benteng kokoh, yang mendatangkan rasa aman penduduk.

Akan tetapi, kembali Wu ZiXu berkuatir kalau-kalau perbentengan juga menyebabkan masalah baru. Ia cemas membayangkan, bahwa mereka terkurung dinding kokoh itu, apabila musuh menghadang akses keluar-masuk; memikirkan bagaimana penduduk beroleh bahan pangan dari sawah dan ladang yang berada diluar benteng, sedangkan pertempuran menggempur blokade musuh dapat berlangsung berminggu, berbulan.

Dicarilah bentuk makanan untuk persiapan meng-antisipasi keadaan tidak diharapkan tadi. Tidak jelas bagaimana mulanya inovasi tepung ketan diaduk dengan gula. Adonan berwarna putih lalu dikukus selama 12 jam berubah warna, menjadi coklat-kemerahan (tanpa bahan pewarna), setelah mendingin akan mengeras bagai batu.

Makanan yang membatu itu akan siap disantap, setelah dikukus kembali terlebih dulu. Jadilah cadangan makanan yang dibutuhkan, untuk disimpan, dengan tumpukan yang dikubur dalam tanah. Shuffling (pertukaran) sediaan lama dengan yang baru dilakukan setiap pasca panen, setiap tahun. Sejak itulah dikenal kue tahunan, Nian Gao.

Nian Gao menjadi kue tahun baru Imlek.

Seiring dengan perkembangan pemikiran akan strategy pertahanan, pengetahuan cara menyimpan dan perluasan perdagangan bahan pangan mentah, kebutuhan akan kue tahunan sebagai cadangan makanan menurun, sampai kemudian tiada sama sekali.

Kendati demikian, pembuatan Nian Gao yang menyebar ke seantero daratan Tiongkok berkelanjutan setiap tahun dengan fungsi berangsur bergeser; sampai dalam abad 14, masa dynasty Ming, kue tahunan merupakan penganan umum perayaan tahun baru.

Sebagaimana mungkin diketahui bahwa bunyi pelafalan aksara Kan-Ji adalah sensitive bagi setiap yang fasih berbahasa Mandarin ataupun berbagai dialek yang berasal dari daratan Tiongkok.
Pelafalan 年 糕  sangat berdekatan dengan pelafalan  年 高 , kedua aksara sama dibaca ‘nian gao’.
Karakter 年 糕  mengartikan kue tahunan.
Karakter 年 高 mengartikan meningginya tahun, menyuarakan harapan meningkatnya keberhasilan atau sebagai mem-promosi tahun mendatang.
Karena kedekatan bunyi pelafalannya itu, kue tahunan kemudian merupakan kue yang me-refleksi harapan dalam menyambut tahun yang baru.

Kegiatan pembuatan Nian Gao tidak lagi se-usai panen (awal musim panas). Penduduk disana ramai membuat kue tahunan itu, menjelang musim semi. Dengan bahan baku yang sama, tepung ketan dan gula, setiap propinsi meng-kreasi variasi sendiri; bentuk, rasa, warna, kekenyalan, kemanisan, dan sebagainya sesuai selera.

Nian Gao dimasa sekarang.

Berbagi kue tahunan diantara keluarga, tetangga dan handai taulan menjelang tahun baru Imlek menjadi kebiasaan sejak lama. Semasa tempo doeloe kue dibuat sendiri di rumah atau membeli dari tetangga yang membuatnya.

Di Indonesia, Nian Gao dikenal sebagai kue keranjang karena menggunakan keranjang bentuk bundar sebagai wadah pencetak sebelum kue mengeras, setelah diberi beralas daun pisang atau lembar plastik bening terlebih dulu. Alas mana kemudian berfungsi juga sebagai pembungkus kue.

Kue dibuat dalam beberapa ukuran diameter, menurut beratnya. Yang berstatus sosial terpandang biasa menyusun beberapa bungkus ukuran yang berbeda, diatas meja di rumah, dari yang terbesar dibawah sampai kepada yang terkecil di puncak, ditambah hiasan tertentu.

Demi menghemat bahan bakar, kue dikukus selama 2 jam saja; dan tidak cukup lama untuk adonan yang semula berwarna putih berubah menjadi coklat-kemerahan. Oleh karenanya, pemanis rasa yang dipilih adalah gula merah, agar didapatkan pewarnaan sebagaimana diharapkan.

Walau kue tahunan dibuat sebagai meramaikan perayaan tahun baru Imlek, penganan ini tidak habis disantap pada hari H saja. Berminggu bahkan berbulan kemudian masih tersedia di rumah-rumah. Kue yang mengeras diiris, dikukus kembali, dibuat urap atau digoreng tepung seperti tempura dan sebagainya.

Kue me-refleksi harapanKini kue keranjang mudah didapat di toko. Bermacam ragam bentuk indah, terpajang dalam etalase toko penjual. Pembentukan terlihat terarah kepada pengharapan akan kemakmuran dan keadaan baik lainnya.

Sepasang ikan dalam gambar insert adalah refleksi harapan akan kelimpahan berlebih setiap tahunnya 年年有餘 atau bentuk lain yang dibubuhkan karakter keberuntungan 福  yang ramai diperdagangkan, disamping bentuk konvensional yang selalu tersedia untuk keperluan ber-sembahyang.

Ada kepercayaan menyajikan Nian Gao untuk dewa dapur. Dengan harapan kelekatan kue pada mulut membuat sang dewa susah berbicara, sehingga tidak berpanjang lebar mengadukan perbuatan orang di bumi, kehadapan kerajaan langit.

Begitulah mengenai kue tahunan, kue keranjang, kue tahun baru Imlek. Sudahkah kita semua bersiap dengan kue tahunan, untuk meramaikan perayaan tahun baru Imlek? 🙂