Kisah Sam Kok 8

Tidak kepalang senang Dong Zhuo: “Semalam saya bermimpi naga melilit tubuhku rupanya kaisar akan menyerahkan tahta kepadaku.” Di ChangAn, Lu Bu orang pertama yang memberi ucapan selamat. “Engkau akan memegang komando pasukan seluruh kekaisaran.” Lu Bu tertawa dalam hati mendengar itu.

Selesai berbincang dengan kaisar, Dong Zhuo keluar ruang dan tidak mendapati Lu Bu, segera ia melaju pulang di atas keretanya. Setiba di gerbang kediamannya, kuda Lu Bu berada disana. Penjaga yang ditanya menerangkan bahwa jenderal berada di dalam.

Memergoki Lu Bu sedang bersama Diao Chan.

Dengan cemas ia berjalan memasuki ruang pribadinya, tiada seorang disana. Dipanggil nya Diao Chan berkali-kali, tiada sahutan, sampai seorang gadis pelayan memberitahu, bahwa Diao Chan sedang berada di taman bunga, segera ia menuju ke sana.

Tombak Lu Bu tersandar di pohonMemasuki taman bunga, melihat tombak bulan sabit tersandar pada pohon dan tak jauh dari sana, sepasang sejoli berpelukan sambil berbincang mesra. Menggelagarlah teriakan geram Dong Zhuo seketika itu!
Menyadari siapa yang datang, lekas Lu Bu melepas pelukan dan mengambil langkah seribu.

Dong Zhuo meraih tombak itu, dan dikejar nya anak angkat durhaka. Apa daya tubuh tambunnya susah dibawa berlari, dilempar nya tombak ke arah Lu Bu dan jatuh tanpa menyentuh sasaran. Dipungutnya tombak dan kembali mengejar, sementara Lu Bu sudah berlari jauh meninggalkannya.

Li Ru melihat Lu Bu berlari, pahamlah ia atas apa yang sedang terjadi. Dengan langkah panjang menyusur arah dari mana Lu Bu muncul, untuk meredakan murka junjungan nya. Melangkah masuk pintu bulan ia bertabrakan dengan tubuh tambun yang sedang merangsek maju, keduanya jatuh terduduk karenanya.

Segera Li Ru menolongnya berdiri sambil meminta maaf, lalu mereka berjalan ke ruang baca, disana mereka duduk. Setelah Dong Zhuo selesai mengumbar rasa gundah, Li Ru menasehati untuk mendahulukan kekuasaan dari pada mempertahankan gundik. Budi baik terhadap Lu Bu, niscaya akan membuahkan kesetiaan besar panglima andalannya itu. Dong Zhuo menerima baik pikiran penasihatnya itu.

Sepergi Li Ru, ia masuk menemui Diao Chan, ditanyakan kepadanya apa yang terjadi di taman bersama Lu Bu tadi. Dengan menangis Diao Chan menuturkan bahwa ia sedang melihat bunga ketika Lu Bu masuk, lalu dengan tombak di tangan membujuknya untuk menuruti keinginannya.
Karena merasa takut, ia hendak terjun ke kolam teratai tetapi Lu Bu berhasil memeluk nya. Beruntung ia, Dong Zhuo tiba pada waktu yang tepat dan menyelamatkannya dari tangan jenderal jahat itu.

Dong Zhuo bertanya pada Diao ChanSetelah tangisnya mereda, Dong Zhuo me nanyakan kalau-kalau ia bersedia untuk di serahkan kepada Lu Bu. Pertanyaan mana membuat tangisnya menjadi-jadi kembali:
“Apakah kesalahan yang sudah hamba per buat? Setelah hamba menemani, melayani, paduka beberapa waktu, dengan semudah itu hamba diserahkan kepada bawahan?”

Lalu ia bangkit merenggut pedang yang ter gantung di dinding, sambil menghunusnya ia berkata: “Lebih baik hamba mati, dari pada mendapat perendahan seperti ini.”
Lekas Dong Zhuo menjauhkan pedang, dan dipeluknya Diao Chan sambil menghibur: “Oh saya hanya bergurau dengan kata-kata saya itu, maafkan saya.”

Hari berikutnya Li Ru menghadap, tak lupa ia menyinggung lagi mengenai penyerahan Diao Chan. Spontan Dong Zhuo menukas, bahwa seorang waras takkan menyerahkan isterinya kepada orang lain dan sangat tidak pantas menyerahkan, walau gundik sekali pun, kepada anak angkat sendiri.

Melihat junjungannya berubah pendirian. Li Ru mengemukakan pendapat agar ia tidak mudah terpedaya oleh perempuan. Belum lagi sempat Li Ru menyelesaikan kata-kata, Dong Zhuo menghardik dengan kata-kata pedas agar tidak mengungkit soal itu lagi.

Jelang siang Dong Zhuo membawa Diao Chan bersama rombongan berangkat menuju MeiWo, diperbuatnya demikian untuk menjauhkan Diao Chan dari Lu Bu. Dari jendela kereta, Diao Chan melihat Lu Bu terdapat diantara para pejabat yang melepas mereka di gerbang kota. Segera ia meng-ekspresi kesedihan dan menyeka air mata.

Setelah iringan rombongan bergerak pergi Lu Bu mengarahkan kuda mendaki bukit, di sana ia memandangi kereta Diao Chan yang menjauh dengan perasaan pilu. Tak lama datang Wang Yun dari belakang menyapa, bahwa dilihatnya Lu Bu sedang bermenung, dan bahwa selama ini ia kurang sehat sehingga tidak dapat menemui.

Wang Yun dengan provokasinya.

Jenderal yang sedang patah hati itu lantas saja menceritakan apa yang dialami kekasih nya. Sebagai empathy Wang Yun menanggapi: “Oh, ternyata Diao Chan belum dinikah kan kepada jenderal? Sungguh keterlaluan perbuatan perdana menteri.” Diundangnya Lu Bu ke rumahnya untuk berbincang, mereka duduk dalam ruang tertutup.

Wang Yun membuat kesimpulan bahwa perbuatan Dong Zhuo merupakan penghinaan atas dirinya dan Lu Bu selagi ia berniat menikahkan puteri angkatnya itu dengan Lu Bu. Dilanjutkan bahwa penghinaan mana bukan hal serious bagi dirinya yang tua dan tidak berharga, lain halnya dengan Lu Bu yang muda gagah, bermasa depan gemilang.

Mendengar itu Lu Bu marah berteriak, Wang Yun meminta maaf bahwa mungkin telah keliru menyimpulkan, membuat Lu Bu tak berkenan, walau ia mengetahui kemarahan Lu Bu itu bukan ditujukan kepadanya, melainkan kepada Dong Zhuo. Dalam geramnya Lu Bu berkata: “Hanya dengan membunuh si bandot tua, penghinaannya terhadap diri saya akan terobati.”

Lu Bu menyatakan sumpahSejenak kemudian kembali Lu Bu bimbang berkuatir akan pandang orang atas dirinya sekiranya ia mengulangi, membunuh ayah angkatnya.
Melihat itu, Wang Yun mengulas, memper tanyakan ayah angkat mana yang merebut calon isteri anak angkatnya dan melempar tombak ke arahnya, lagi pula mereka tidak bersamaan nama keluarga.

Lu Bu bagai tersadar, ia bangkit dari duduk dan menjura mengakui kekeliruannya berpikir. Untuk meyakinkan Wang Yun yang ber sengaja menyatakan kesangsian akan tekadnya, Ia menghunus pedang dan menggores tangan sendiri sebagai sumpah darah.

Rencana dan pelaksanaan pembunuhan Dong Zhuo.

Hari berikutnya, Wang Yun mengajak beberapa pejabat lain untuk merundingkan cara membinasakan penguasa tirani; Li Su disepakat bersama sebagai utusan mengundang Dong Zhuo kedalam perangkap. Li Su adalah teman sekampung Lu Bu, penasihat lama Dong Zhuo yang kecewa terhadapnya karena tidak memperoleh promosi jabatan. Lihat Awal Masa Sam Kok 2.

Pada hari yang direncanakan Li Su menghadap Dong Zhuo di MeiWo membawa firman kaisar, bahwa karena alasan kesehatan, kaisar memutuskan turun tahta dan menyerah kannya kepada Dong Zhuo, karena itu mengundangnya ke ChangAn untuk pelantikan.

Bukan kepalang besar hati Dong Zhuo: “Semalam saya bermimpi naga melilit tubuhku, rupanya inilah yang akan terjadi!” Kepada Diao Chan dikatakan bahwa ia akan menjadi selir utama, Diao Chan berterima kasih dengan berpura-pura gembira.
Setelah mengatur segalanya dan pamit kepada ibunya, berangkatlah Dong Zhuo tanpa kecurigaan, di atas keretanya menuju Chang An.

Para pejabat menyambung kedatangan Dong Zhuo di gerbang kota, kecuali Li Ru yang sedang sakit. Setiba di kediamannya, Lu Bu adalah orang yang pertama dengan ucapan selamat kepadanya. “Saya akan menjadi kaisar, engkau akan mengkomando pasukan kekaisaran.” Lu Bu tertawa dalam hati mendengar tanggapan Dong Zhuo.

Keesokan pagi, dengan gembira Dong Zhuo berangkat ke istana. Li Su mengikutinya di belakang kereta berjalan kaki dengan pedang di tangan. Para pejabat berdiri memberi hormat mengantarnya. Setiba di istana, hanya pengiring kereta diperkenankan masuk mengikuti upacara, pasukan Dong Zhuo terpaksa menunggu di luar gerbang istana.

Akhir riwayat Dong ZhuoDi halaman istana, Wang Yun dan para pejabat tampak berdiri dengan pedang ditangan. Dong Zhuo dengan bercuriga mempertanyakan kepada Li Su, namun yang ditanya tidak menggubrisnya.

Lalu, terdengarlah Wang Yun berteriak: “Penghianat tiba, dimanakah pelaksana penghukuman?” Dari kiri kanan muncul pasukan, mereka menusukkan tombak ke tubuh Dong Zhuo. Ia tak terluka oleh karena pakaian perang yang dikenakan dibalik jubahnya; sesuatu kebiasaannya sejak lama.

Dong Zhuo hanya terjatuh dari kereta, Li Su yang menyusul menikam juga tak berhasil melukainya. Dalam paniknya Dong Zhuo berteriak: “Dimanakah Lu Bu anakku?”
Lu Bu datang dan berkata: “Saya disini dan membawa dekrit kaisar untuk menghukum penghianat, seraya menghabisi nyawa Dong Zhuo dengan sekali tusukan di lehernya.

Kemudian Lu Bu membacakan firman kaisar bahwa Dong Zhuo telah dihukum sebagai penghianat, sedangkan pasukannya tidak dikenakan hukuman. Mendengar itu perwira dan tentara bersorak riang: “Hidup kaisar seribu tahun!”

Li Su mengajukan diri untuk menangkap Li Ru dan beberapa lainnya, yang membantu Dong Zhuo berhianat. Wang Yun menetapkan hukuman pancung kepada Li Ru sedang tubuh Dong Zhuo dibawa ke jalan, dipertunjukkan agar memberi kesempatan kepada warga melampiaskan kemarahan terhadap penindas mereka.

Lalu Wang Yun mengutus Lu Bu membawa 50 ribu tentara, untuk menyerang MeiWo. Mereka tiba tanpa mendapat perlawanan; perwira yang menjaga kota itu telah merat membawa pasukan mereka ke LiangZhou.

Yang pertama dicari Lu Bu, tiada lain tentu nya Diao Chan, setelah itu menangkap dan membunuh seluruh sanak keluarga Dong.
Harta berupa ratusan kilogram emas, batu permata, sutera, jutaan keping uang perak, beludru, mutiara dan lain-lain semua disita dan diangkut ke ChangAn dalam ribuan pedati. Sedangkan gadis dayang dari keluarga baik-baik, semua dibebaskan.

Bersambung . . .