Dynasty Han 3

Perempuan Wang ZhengJun berperan penting di istana selama periode 5 kaisar, sebagai maharani hingga ibu-suri. Selama itu dynasty Han mengalami kemunduran sampai cucu keponakan, Wang Mang merebut kekuasaan. Ketidak mampuan memimpin menimbulkan pemberontakan, yang menewaskan Wang Mang. Bagaimanakah keluarga Liu menegakkan kembali dynasty Han?

Setelah kaisar Ai meninggal, ibu-suri XiaoYuan masih berperan menunjuk Wang Mang, cucu keponakan sebagai wali untuk kaisar berikutnya, kaisar Ping (1 BC – 5 AD), karena usia kaisar masih sangat muda. Wang Mang memperlakukan kaisar bagaikan boneka, sebelum kemudian ia membunuh kaisar dengan racun.

Berakhirnya masa dynasty Han barat.

Pengganti kaisar Ping, adalah Liu Ying, bocah berusia dua tahun. Ia naik tahta, dengan gelar kaisar Ru (6 – 8 AD). Kembali ibu-suri XiaoYuan menunjuk Mang Wang, sekali lagi dengan kedudukan lebih kuat; sebagai pejabat kaisar dengan perjanjian akan melepas jabatan manakala kaisar telah mencapai cukup umur. Janji tinggal janji, berselang dua tahun, dalam tahun 8 AD, Wang Mang mengambil kekuasaan sepenuhnya.

Wang Mang

Protes kalangan ningrat tidak digubrisnya, ia mengangkangi singgasana, menyatakan diri sedang melaksanakan amanat surga. Tahun berikutnya, bersemena mengubah dynasty menjadi dynasty Xin (9 AD).

Perempuan, Wang ZhengJun, berperan di istana selama periode 5 kaisar. Mulai dari sebagai maharani sampai ibu-suri. Dalam masa ia berperan dynasty Han mengalami kemunduran.

Para sejarahwan tidak menuding peran perempuan itu sebagai penyebab mundurnya kejayaan dynasty Han, tidak melihat keterlibatannya dengan muslihat keluarga Wang melainkan bersimpati kepadanya dan menyimpulkan Wang ZhengJun tentu menderita selama hidup, berada dalam posisi menyulitkan.

Disatu sisi, sebagai anggota keluarga kaisar tentunya senang atas perkembangan karir putera dan cucu sebagai penerus kepemimpinan dynasty. Disisi lain, sebagai anggota keluarga Wang, tentu sulit menghindar dari desakan ambisi berkuasa keluarga Wang.

Pemerintahan Wang Mang, dynasty Xin, memprakarsai banyak perubahan, antara lain adalah land-reform, penetapan mata uang baru, mencabut perlindungan hukum atas budak. Namun prakarsa tidak diikuti dengan kemampuan menerapkannya; kebijakan pembagian tanah menimbulkan kekacauan, dikarenakan nafkah petani menjadi tidak mencukupi kebutuhan hidup. Perubahan-perubahan tiada membawa kebaikan.

Illustrasi penyebaran kabar kelompok alis merah
Penyebaran kabar antar anggota alis merah

Keadaan diperburuk musibah banjir, yang melanda banyak wilayah selama beberapa tahun (3 – 11 AD). Endapan lumpur sungai Kuning menyebabkan meluap air. Ribuan petani kehilangan lahan. Tiada bernafkah, mendorong mereka menjadi penjahat.

Kepalang berbuat jahat, sementara beban hidup makin berat, mereka memberontak untuk menjatuhkan penguasa. Pergolakan mulai dari wilayah yang sekarang bernama ShanDong dan JiangSu bagian utara.

Pemberontakan berkembang meluas, kelompok yang semula masing-masing dipimpin Mama Lu, Fan Chong, Pang An, Xu Xuan dan Xie Lu, kemudian bergabung membentuk kekuatan yang tak tertahan penguasa setempat. Kelompok pemberontak yang dikenal dengan ‘Alis Merah’ memotong garis supply logistik kekuatan pemerintah dynasty Xin, sebagai dukungan untuk kelompok lain, yaitu pemerintah pelarian kaisar GengShi (23 – 25 AD) keturunan Liu dari dynasty Han.

Wang Mang bereaksi; dikirimnya pasukan berkekuatan lebih dari 100.000 personil dan dipimpin dua jenderal yang piawai, berhasil memukul mundur kelompok Alis Merah. Namun ambisi Wang Mang untuk mengalahkan lawan selekasnya, membuatnya tidak memberi waktu istirahat kepada pasukan sendiri. Akibatnya mereka dikalahkan secara telak dan kedua jenderal tewas, Wang Mang melarikan diri tanpa disertai pasukannya.

Pertempuran, berakhir riwayat Wang MangPada waktu mana, kelompok lain dipimpin Lu Lin, dalam perjalanan untuk menduduki ibukota, berhasil menangkap Wang Mang, dan membunuhnya, tahun 23 AD.

Masa dynasty Xin berlalu dan keluarga Liu kembali menegakkan dynasty Han, dengan Kaisar GengShi memegang tahta.
Pada saat itu, kekuatan pemberontak Alis Merah mencapai puncak, beranggotakan 300ribu personil.

Para pemberontak yang terdiri dari petani tiada ber-ambisi politik, setelah tewasnya Wang Mang, mereka rindu kampung halaman. Namun, agar kekuatan yang terhimpun tidak bubar, pimpinan kelompok menentukan target lanjutan sebagai menyemangati, mengalihkan perhatian untuk menduduki ibukota Chang An.

Penyerbuan kelompok Alis Merah dipimpin Fan Chong dan Pang An, berhasil merebut ibukota ChangAn, kaisar GengShi melarikan diri disertai beberapa pengikut setia.
Setelah itu, pemberontak menempatkan satu dari tiga orang keturunan keluarga Liu, dynasty Han yang bergabung bersama mereka, sebagai pemegang tahta dynasty Han, yaitu kaisar PenZi  yang masih remaja dan tiada berkemampuan. Mereka memilihnya agar mudah dijadikan boneka.

Walau ChangAn dalam penguasaan Alis Merah yang mempromosi kaisar PenZi, tetapi warga kota mengharap kaisar GengShi sebagai penerus pemerintahan dynasty Han.
Menanggapi perkembangan ini, jenderal Xie Lu, pemimpin Alis Merah, yang diam diam telah menawan kaisar GengShi, mencekik tewas kaisar, musim gugur tahun 25 AD.

Mulainya masa dynasty Han timur.

Kompas dimasa dynasty HanMelihat keadaan mencekam, Liu Gong, adik kaisar PenZi, memanfaatkan pertemuan perayaan tahun baru di istana, menyerukan agar memperkenankan kaisar PenZi turun tahta. Spontan Kaisar melompat turun seketika dari singgasana, dan mengeluarkan cap kekaisaran, sambil menangis ia berujar:
“Sekarang telah ada kaisar dan setiap orang masih merampok membuat rakyat tak menyukai dan tak mempercayai pemerintah. Ini berarti kalian telah keliru memilih ‘putera surga’ (kaisar). Jadi, biarkan aku melepas tahta, dan jikalau kalian menganggap aku adalah penyebab kekeliruan itu, sehingga ingin membunuhku, aku bersedia mati.”

Mendengar itu, Fan Chong dan pemimpin lain merasa malu, mereka menjura, berlutut memohon ampun, dan meminta kaisar untuk kembali duduk di singgasana. Beberapa minggu setelah itu keadaan kembali aman, rakyat memuji kaisar PenZi sebagai murah hati dan berpikiran cemerlang.

Tetapi, ketika persediaan makanan habis, keadaan kembali kacau, Alis Merah kembali menjarahi warga kota, bahkan membakar beberapa bagian istana, kemudian bergerak ke wilayah yang kini disebut GanSu, dalam musim gugur tahun 26 AD.

Upaya kelompok Alis Merah untuk menguasai GanSu, digagalkan penguasa setempat. Banyak dari mereka tewas di dalam pertempuran atau kedinginan. Mereka kembali ke Chang An, terjadilah lagi pertempuran, menghadapi pasukan pimpinan Deng Yu yang mempertahankan kota itu. Meski kekuatan Alis Merah sudah menurun, mereka masih mampu merepotkan barisan pasukan Deng Yu.

Pada waktu paceklik, rakyat dan kedua pasukan yang bertempur menderita kelaparan. Kelompok Alis Merah tidak melihat alasan meneruskan pertempuran, pergilah mereka meninggalkan Chang An, untuk mencari sumber makanan di daerah lain.

bersambung . . .